Suar.ID -Sebagai garda terdepan melawan Covid-19, kondisi tenaga medis Indonesia malah memprihatinkan.
Terus berkembangnya pandemi corona di Indonesia membuat tenaga medis kewalahan lantaran tidak memadainya peralatan kesehatan.
Bahkan, menyadur dari Al Jazeera, tercatat 18 dokter telah meninggal dunia akibat Covid-19.
Tak pelak, perihal keamanan para tenaga medis ini menjadi dipertanyakan?
Sudahkan negara menjamin keselamatan para tenaga medis yang menjadi garda terdepan?
1. IDI Galang Donasi
Sementara, menurut Humas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr. Halik Malik, PB IDI juga menyalurkan bantuan APD melalui donasi IDI Peduli kepada rekan-rekan sejawat yang kesulitan.
Halik menyebut, perlunya APD yang memenuhi standar dan pembenahan sistem layanan untuk menghindari risiko penularan Covid-19 kepada tenaga medis.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan mengatakan bahwa pihaknya telah memesan 10.000 alat perlindungan dari India dan Eropa.
Pekan lalu, pemerintah juga mengatakan telah mendistribusikan 151.000 alat perlindungan tersebut ke berbagai wilayah di Indonesia.
2. 1 Perawat Tangani 3 hingga 8 Pasien
Mengutip South China Morning Post (SCMP), hal lain yang perlu diperhatikan pada garda terdepan untuk menangani virus corona di Indonesia adalah jumlah tenaga medis.
Ketua Asosiasi Perawat Nasional Indonesia Haris Fadhillah menyebut sejumlah tenaga medis kelelahan karena harus bekerja terlalu lama akibat kurangnya tenaga terlatih di rumah sakit di Indonesia.
Ia mengatakan, satu orang perawat dapat menangani satu hingga tiga pasien kritis Covid-19, atau hingga delapan pasien yang lebih sehat, selama satu kali shift delapan jam.
"Kurangnya perawat tersebut telah diringankan melalui rekrutmen online yang digagas oleh Asosiasi Perawat Nasional, di mana ada 480 relawan yang mendaftar dalam waktu 24 jam," tutur Haris.
3. 1 Dokter Spesialis Paru untuk 100.000 Penduduk
Namun, Indonesia juga mengalami kekurangan tenaga medis lain.
Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Agus Dwi Susanto mengatakan bahwa hanya ada 1.106 spesialis paru di Indonesia.
Padahal, seharusnya ada sekitar 2.600 spesialis untuk negara dengan populasi sekitar 260 juta penduduk ini.
Jadi, ada satu dokter spesialis paru untuk setiap 100.000 penduduk.
Sementara itu, dokter anak di Jakarta Harjaningrum mengungkapkan, ia tidak tahu apakah pemerintah telah melakukan "terlalu banyak" atau "terlalu sedikit" upaya dalam menangani pandemi ini.
Untuk saat ini, ia menaruh kepercayaan pada kekuatan lain di luar pemerintah untuk menyelesaikan masalah ini.
"Tentunya Tuhan akan menjaga saya, keluarga saya, dan teman-teman saya yang telah melakukan yang terbaik," kata Harjaningrum sebagimana dikutip SCMP.
4. APD dari Kantung Sampah
Salah satu peralatan terpenting dalam menangani pasien corona adalah Alat Pelindung Diri / APD.
Sayangnya, ada kekurangan alat perlindungan diri (APD) bagi tenaga kesehatan.
Beberapa laporan yang muncul pun menunjukkan bahwa beberapa dokter dan staf medis lainnya harus memodifikasi APD dengan jas hujan plastik hingga kantung sampah.
Hingga kini, banyak donasi yang dibuka untuk membantu penyediaan APD bagi para staf medis dan diakui sebagai upaya yang sangat membantu.
(Tribun Mataram)