Suar.ID -Perlakuan rumah sakit terhadap istrinya yang diduga terinfeksi virus corona atau Covid-19 membuat pria berinisial SH kecewa.
Istri SH dipulangkan meski kondisinya masih buruk setelah diisolasi selama tiga hari.
Masalah tak hanya di rumah sakit, SH pun harus menerima kenyataan tak bisa kembali karena ditolak warga kampung.
Akibatnya, SH dan istrinya tidak kembali ke rumah melainkan menyewa kamar hotel.
"Enggak berani pulang. Kami mau enggak mau jadi di hotel dekat rumah sakit," ujar SH saat dihubungi oleh Tribun Jakarta, Rabu (18/3/2020).
"Karena apa? Enggak diterima orang kampung karena hasil tes belum ada," kata SH.
Semua bermula ketika SH menemani istri berjuang mendapat pemeriksaan Covid-19.
Dalam kasus ini, TribunJakarta.com menyebut istri SH sebagai A, bukan inisial nama sebenarnya.
Pada Minggu (15/3/2020) pukul 21.00 WIB, SH mengantarkan A pergi ke salah satu RSUD di Jakarta.
Saat itu A mengalami sejumlah keluhan menyerupai gejala virus corona hampir mirip dengan flu.
"Gejalanya itu sesak napas berat, flu berat, demam tinggi sampai 39 derajat Celcius, bersin," kata SH saat dihubungi, Rabu (18/3/2020).
Tekanan darah A juga cukup tinggi, yakni 144/120.
Baca Juga: Kisah Pilu Sopir Taksi yang Menangis karena Sepinya Mekkah Demi Mencegah Virus Corona: Allahuakbar!
Padahal, kata SH, istrinya tidak memiliki riwayat darah tinggi.
Dugaan terpapar Covid-19 diperkuat setelah A kontak dengan rekan yang baru kembali dari Jepang, salah satu negara terjangkit virus corona.
Sang istri satu kamar hotel yang sama dengan rekannya tersebut selama lima hari berturut-turut dari 9-13 Maret 2020.
"Istri kan di kementerian. Dia baru pulang penelitian dari Batam, pesertanya empat orang," cerita SH.
"Nah, salah satu peserta penelitian ini baru pulang dari negara terjangkit, dari Jepang."
"Selama lima hari itu istri saya satu kamar. Kebetulan memang sahabatnya," tutur dia.
Pihak rumah sakit memeriksa A di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Setelahnya, A langsung diisolasi.
Pada Senin (16/3/2020), SH mengatakan istrinya menjalani tes swab dan sampelnya dikirim ke Balitbangkes.
"Hasilnya dua hari kemudian katanya. Tapi istri saya diminta tetap diisolasi sambil menunggu rumah sakit rujukan," ucap SH.
Keesokannya, pihak rumah sakit memulangkan A.
Padahal, kondisi A saat itu belum memungkinkan untuk pulang.
Suhu tubuh A masih 37 derajat Celcius, tensi darah belum stabil, serta batuk dan sakit tenggorokan.
"Mereka (pihak RS) bilang nanti hasilnya dikabari by phone."
"Kalau ada perubahan kondisi istri saya, harap langsung dibawa ke rumah sakit rujukan atau telepon hotline," ujar dia.
Selain itu, ia mengaku dilarang untuk mengunjungi rumah sakit itu jika hasil tes swab menunjukkan A terinfeksi corona.
"Mereka bilang jangan ke rumah sakit mereka lagi, alasannya karena bukan rujukan."
"Tapi mereka isolasi sampai tiga hari loh. Bahkan yang kasih makan di ruangan itu pakai baju (seperti) robot."
"Kalau enggak ada kemungkinan suspect, enggak mungkin diisolasi kan?" kata SH.
Kini, SH berharap hasil tes swab sang istri keluar secepatnya untuk segera mengambil langkah antisipasi.
SH mengakui sulitnya mendapatkan pemeriksaan ideal terkait Covid-19.
Ia mempertanyakan keseriusan Pemprov DKI Jakarta dalam menangani kasus Covid-19.
"Yang saya pertanyakan, apakah pemerintah DKI sebagai ibu kota negara cara menangani Covid-19 seperti ini?" kata SH.
(Tribun Jakarta)