Cinta Bersemi di Karantina Corona, WNI yang Dipulangkan dari Wuhan Terlibat Cinlok di Natuna: Banyak yang Jomblo

Selasa, 18 Februari 2020 | 07:00
Tribun Batam

Pesawat Batik Air yang telah mendaratkan 238 WNI dari China menuju Natuna untuk dikarantina.

Suar.ID -Kisah menarik mewarnai 14 hari masa karantina WNI yang dipulangkan dari Wuhan, China akibat virus corona.

Selama 2 minggu, ratusan WNI tersebut diobservasi dan dipastikan bahwa mereka bebas dari virus corona.

Namun, siapa sangka, hidup bersama dalam karantina selama 14 hari di Natuna, tak sedikit WNI yang terlibat cinlok alias cinta lokasi.

Bibit-bibit asmara justru muncul antar WNI yang awalnya tak kenal namun menjadi dekat setelah dikarantina selama 14 hari di Hanggar Lanud Raden Sadjad, Natuna.

Baca Juga: Berhasil Sembuh dari Virus Corona Pasien ini Mengaku Hanya Seperti Pilek Berat, Kok Bisa?

14 hari melewati hari-hari dalam ruang terbatas memang tak mudah bagi beberapa WNI yang dipulangkan Pemerintah Indonesia lantaran wabah virus corona ini.

Seorang WNI yang juga ikut diobservasi pun akhirnya tak ragu untuk membagikan kisahnya selama dikarantina selama dua pekan tersebut.

Yayu Indah Maharani, seorang mahasiswa yang dieksekusi dari Wuhan ini mengaku berada di tempat observasi adalah pengalaman berharga yang tak terlupakan.

"Iya, tentu berkesann. Dan tidak hanya berkesan, namun menggoreskan pengalaman berharga dalam hidup," ujar Yayu Indah Maharani.

Bagi Yayu, ini akan menjadi pengalaman tak terlupakan sepanjang hidupnya.

"Seumur hidup baru kali ini saya mengalami kejadian di observasi dalam sebuah ruang gerak terbatas.

Baca Juga: Lewat Penerawangan, Mbah Mijan Sebut Fenomena Burung Gagak di Wuhan sebagai 'Kunci' Terungkapnya Fakta Korban Virus Corona yang Disembunyikan

Namun itu bukan persoalan.

Masa observasi memberi saya sebuah pengalaman berharga," tambah gadis asal Kendari pada Tribun, Sabtu (15/2/2020).

Yayu lantas mengibaratkan bagaimana secarik kertas tak cukup menggoreskan cerita hari-hari yang dilalui ratusan WNI saat menjalani masa observasi di Lanud Raden Sajad, Ranai, Natuna.

Bukan tanpa alasan, karena rentetan perjalanan mereka cukup panjang, mulai dari dijemput oleh Pemerintah Indonesia dari Wuhan Provinsi Hubei, China, mereka sudah mulai saling berkenalan satu sama lain.

"Ibarat kawan senasib sepenanggungan, kami dievakuasi lalu diisolasi di sebuah pulau.

Kalau kata medis bak virus yang harus dihindari. Kami seperti virus yang bisa menyebar, padahal tidak.

Saya tahu lah gejala virus bagaimana.

Baca Juga: Benarkah Rakyat Indonesia Tidak Dapat Terserang Virus Corona karena Cuaca dan Sinar Matahari? Begini Kata Ahli

Enggak sia-sia dong saya jadi mahasiswa kedokteran," cetus Yayu sambil tersenyum.

"Namun walau bagaimanapun, saya bersyukur telah melewati pengalaman berharga ini," imbuhnya.

Yayu pun mulai bercerita perasaan semula yang ia rasakan saat menjalani serangkaian evakuasi dari Wuhan membuat hati dan perasaannya bercampur aduk.

"Iya, mungkin karena pertama kali dijemput Pemerintah, terus satu pesawat dengan warga Indonesia lainnya. Kesannya itu beda jika kita pulang sendiri," ujarnya.

Lalu, lanjut Yayu ia dan para WNI dari Wuhan lainnya singgah di bandara Hang Nadim Batam, dan kemudian kembali terbang menuju Natuna.

"Dalam proses evakuasi ini ada yang tak kalah menarik dari petugas dan perlakuan kepada kami.

Baca Juga: Belum Reda Momok Ketakutan Virus Corona , Kini Muncul Virus Baru yang Lebih Horor, Hanya Butuh 48 Jam untuk Bunuh Penderitanya

Bukan yang aneh ya, tapi menurut saya unik sih.

Seperti petugas menggunakan alat pelindung diri bak astronot, kami disemprot disinvektan anti virus. Iya aneh saja gitu," ucap Yayu bercerita.

"Tapi itu tidak masalah," imbuhnya.

Masih melanjutkan cerita, Yayu bersama ratusan WNI lainnya di dalam hanggar Natuna mulai menjalani aktivitas sebagai warga observasi.

"Iya tentu berbeda dari aktivitas kami biasa di kampus maupun di kampung halaman.

Tiga kali sehari kesehatan diperiksa, diberi vitamin dan aktivitas lainnya terjadwal hingga 14 hari terus berlangsung demikian," ungkap Yayu.

Hari demi hari pengenalan dan saling dekat satu sama lainnya mulai berlangsung.

"Bak PDKT kalau kata orang. Di sini banyak yang cinlok (cinta lokasi) Bang. Ini kawan saya ada," sebut Yayu dengan nada keras.

Baca Juga: Bikin Syok, Buku yang Ditulis pada 1981 Ini Sudah 'Memprediksi' Adanya Wabah Virus Corona di Wuhan, Bawa-bawa Senjata Biologis

Seketika teman Yayu yang berbaris menenteng tas ransel sebelum menuju pesawat terlihat malu tersipu mendengar Yayu menyebut namanya.

"Gimana enggak cinlok, di antara kami masih banyak yang jomblo.

Terus selama di sini aktivitas dilalui bareng-bareng. 14 hari bukan waktu sebentar lho," kata Yayu.

Meski banyak teman-temannya yang terlibat cinlok, Yayu sendiri mengaku tak ikut mendapat gebetan.

"Oh, enggak, saya sudah ada yang punya," jawab Yayu.

Ia menceritakan selama di hanggar banyak melahirkan bibit cinta, karena selama di sana ada saja sesama teman yang saling melirik dan memberi perhatian.

"Ada yang nyanyiin lagu dan bermain musik.

Baca Juga: Jauh-Jauh dari Belanda Cari Orangtuanya di Jakarta Barat, Wanita Ini harus Hadapi Kenyataan Pahit, Semakin Nyesek saat Petugas Kelurahan Bilang Begini

Tapi enggak tahu ya nantinya bakalan ada yang jadian atau enggak.

Tetapi selama masa observasi banyak teman-teman yang sudah saling dekat, dan naksir," kata Yayu sembari mengakhiri pembicaraan dan memasuki pesawat.

"Tapi saya mau sampaikan, terimakasih buat semuanya, terimakasih buat pemerintah Indonesia juga buat warga Natuna yang sudah menerima kami. Kami bangga, semoga kami bisa menggapai cita-cita kami nantinya.

Sampai ketemu lagi," kata Yayu.(tribun network/brs/dod)

Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com dengan judul Kisah Unik di Natuna, 14 Hari di Karantina, WNI dari Wuhan Terlibat Cinlok: Banyak yang Jomblo

Tag

Editor : Rina Wahyuhidayati

Sumber TribunStyle