Suar.ID - Tetangga yang penasaran baru-baru ini dikejutkan dengan suara teriakan.
Awalnya, tetangga ini mendengar sebuah teriakan di "rumah horor".
Kemudian tetangga tersebut mencoba untuk mencari tahu dan memanggil bantuan.
Ternyata di "rumah horor" tersebut ditemukan seorang gadis yang berusia 5 tahun dengan kondisi yang mengerikan.
Anak yang namanya belum diungkapkan tersebut ditemukan di dalam rumah di El Refugio, Ciudad Fernandez, Meksiko, pada hari Jumat.
Kaki kanannya terlihat dirantai ke tempat tidur yang terbuat dari logam.
Ada gembok yang menjaga rantaitersebut agar tidak lepas, membuat gadis itu memiliki pergerakan yang terbatas.
Pihak berwenang Meksiko mengatakan sebuah bak mandi ditemukan di sebelahnya yang ia gunakan sebagai toilet.
Ada sampah, buku dan pakaian yang tergeletak di lantai.
Melansir dari Mirror (14/1/2020), gadis tersebut mengalami cedera pada kaki kanannya yang disebabkan oleh rantai.
Gadis tersebut kini dilaporkan tenang ketika penyelamat menemukannya.
Pihak kepolisian kini sedangmeluncurkan penyelidikan tentang orang yang merantai gadis itu.
Kasus ini sedang diselidiki untuk dugaanpelecehan anak dan kekerasan dalam rumah tangga.
Belumdiketahui apakah rumah tempat gadis itu ditemukan milik orangtuanya.
Hingga kini belumada penangkapan yang dilakukan.
Kisah Miris Bocah 9 Tahun yang Dipaksa Orangtuanya Mengemis, Dikurung dan Dirantai Jika Pulang Tak Bawa Uang
Akhir-akhir ini kasus eksploitasi anak sedang menjadi bahan perbincangan publik.
Di Medan, sebanyak 20 anak dijadikan pengemis oleh lima perempuan.
Salah satu ibu dari 20 anak yang jadi pengemis mengatakan, ada dua anaknya yang jadi pengemis, berumur 13 dan 12 tahun.
Ia mengaku membiarkan anaknya mengemis karena faktor ekonomi.
Kasus lain, Tim Polres Lhokseumawe mengamankan seorang anak berinisial MS (9) dari rumahnya, Rabu (18/9/2019).
"Ayah itu ayah tiri saya. Dia memukul, kadang bagian kepala. Kalau saya tidak bawa uang hasil mengemis," ungkap MS melansir dariKompas.com,Jumat (20/9/2019).
MS adalah anak pasangan suami istri berinisial MI (39) dan UG (38), warga Desa Tumpok Tengah, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe.
Menurut warga sekitar, MS dipaksa untuk mengemis di jalan protokol dan warung kopi di Kota Lhokseumawe.
Jika pulang tidak membawa uang, MS akan diikat dengan rantai besi oleh orangtuanya.
MS juga dikurung dan kerap mendapatkan siksaan dari MI dan UG hingga jatuh sakit.
MS yang kerap disiksa oleh orangtuanya diketahui pertama kali oleh tetangganya, yang kemudian melaporkan kekerasan tersebut ke personel Babinsa Koramil Banda Saki, Rabu (18/9/2019) sore.
Babinsa kemudian berkoordinasi dengan pihak Polsek Banda Sakti untuk mendatangi rumah korban.
"Menurut keterangan warga, korban menentang kedua orangtuanya. Korban melakukan perlawanan karena tidak mau membawa pulang hasil mengemis," kata Kepala Humas Polres Lhokseumawe, Salman Alfarisi.
Untuk sementara, MS akan diamankan dan tinggal dengan keluarga terdekat lainnya.
Dilansir dariserambinews.com,Kasat Reskrim AKP Indra T Herlambang, mengatakan ayah tiri korban yakni MI dan ibu kandung korban UG sudah ditetapkan sebagai tersangka.
Penetapan keduanya sebagai tersangka Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) setelah polisi melakukan penyelidikan.
AKP Indra menjelaskan, kasus eksploitasi anak ini sudah terjadi selama tiga tahun, sejak anak tersebut berusia 6 tahun.
Awalnya anak itu tidak mau, namun dipukuli sehingga terpaksa mengemis.
Penyidik Polres Lhoksumawe mengungkapkan fakta mengejutkan terkait kasus tersebut.
Polisi menyatakan uang hasil mengemis MS digunakan oleh ibu kandungnya UG untuk membeli sabu-sabu dan digunakan oleh ayah tirinya MI untuk main judi.
"Begitu dia pulang, ibunya langsung ambil uang buat beli sabu-sabu. Hasil tes urine ibunya juga positif sabu-sabu. Ayahnya pakai uang hasil mengemis anaknya itu main judi," ujar Kasat Reskrim Polres Lhokseumawe, AKP Indra T Herlambang, Sabtu (21/9/2019).
Namun sampai saat ini, pelaku tidak mengakui perbuatannya.
Mereka bersikukuh tidak menyuruh anaknya mengemis.
Anaknya juga dirantai karena tidak mau dipaksa untuk mengaji.