Suar.ID - Belakangan berita kemunculan ular di pemukiman warga marak terdengar.
Yang terbaru, warga Desa palur, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo digeparkan dnegan penemuan puluhan ekor anak ular kobra.
Mengutip dari Tribun Solo, ular-ular tersebt bersembunyi di gulungan karpet masjid.
Seperti diketahui, kobra merupakan salah satu jenis ular berbisa yang berbahaya.
Karena itulah perlu penanganan khusus untuk bisa menyelematkan nyawa orang yang tergigit ular berbisa.
Sayangnya, tak semua orang tahu cara yang benar untuk menangani korban gigitan ular berbisa.
Jika ditanya cara penanganan korban gigitan ular berbisa, mungkin sebagian besar orang menjawab dengan mengikat bekas gigitan atau malah menghisap bisanya.
Kedua cara tersebut memang sering kali diterapkan dalam film-film.
Namun, rupanya kedua cara itu tak dapat dibenarkan dan justru bisa membahayakan nyawa korban.
Baca Juga: Miris! Seorang Bocah Digigit Ular Piton di Makassar hingga Nangis, Teman-temannya Malah Ngakak!
Maraknya kemunculan ular kobra belakangan ini, Panji Petualang pun menunjukkan cara penanganan yang tepat saat terkena gigitan ular berbisa.
Penjelasan Panji Petualang bermula dari pembahasan soal penyanyi dangdut yang meninggal karena gigtan ular kobra.
"Sempet disedot racunnya (bisa). Padahal kan metode itu bukanlah satu metode yang bisa menyelematkan seseorang dari gigitan ular berbisa," ujar Panji Petualang tayangan Call Me Mel edisi (16/12/2019).
Panji kemudian menjelaskan metode yang dianjurkan untuk menangani korban gigitan ular berbisa.
Baca Juga: 6 Tafsir Mimpi Istri Melihat Suami Digigit Ular, Tak Melulu Buruk Loh
"Metode secara medis yang dianjurkan adalah imobilisasi. Itu WHO yang menganjurkan," sambungnya.
Yang dimaksud Panji dengan imobilisasi adalah mencegah bagian bekas luka digerakan.
Panji sekali lagi menekankan metode dihisap itu sama sekali tidak boleh dilakukan.
"Aku sempet nonton di YouTubenya Panji, Panji memberikan pengajaran kepada orang-orang bahwa saat tergigit ular itu (lukanya) harus diiket?" tanya Melaney memastikan.
Ditanya begitu, Panji Petualang mengatakan bahwa sebenarnya penangan yang tepat pada luka gigitan ular bukanlah diikat.
Melainkan dibidai atau digips.
"Enggak, enggak diikat, tapi dibidai atau digips," kata Panji.
"Oh digips," ujar Melaney.
"Jadi ini misalnya tangan (yang digigit) enggak boleh gerak-gerak," tanya Melaney lagi.
"Betul," kata Panji.
Panji menejelaskan semakin banyak pergerakan yang dilakukan pada bagian tubuh yang dgigit tersebut bisa memicu penyebaran racun ular menjadi lebih cepat.
"Semakin banyak bergerak, akan semakin membuat cepat racun atau bisa itu menyebar," terang Panji.
Panji kemudian menjelaskan langkah-langkah untuk membidai korban gigitan ular berbisa.
Hal itu dilakukan untuk meminimalisir pergerakan pada bagian tubuh yang terluka.
"Jadi yang harus dilakukan adalah membidai tangan kita seperti kita patah tulang, dipasang gips seperti plat kayu, kemudian kita ikat plat kayunya," jelas Panji.
Menurut Panji mengikat luka gigitan ular berbisa tanpa bidai atau gips hanya akan menghambat perdaran darah.
"Bukan berarti kita ikat (tanpa gips), itu justru akan menghambat aliran darah," kata Panji.
"Jadi bukan dihalangin (diikat) supaya bisanya nggak kemana-mana ya?" tanya Melaney.
"Bukan," kata Panji.
Panji kemudian menjelaskan, bisa ular itu sesungguhnya menyebar bukan melalui aliran darah, melainkan melalui kelenjar getah bening.
"Soalnya pada dasarnya bisa ular itu menjalar bukan dari darah, tetapi melalui kelenjar getah bening," terang Panji.
"Sedangkan kelenjar getah bening bukan ada di pembuluh darah, tapi di bawah otot,"
"Jadi semakin otot kita banyak bergerak, akan membuat racun atau bisa itu bergerak pula," imbunya.