Mayat Tergeletak Dimana-mana, Beginilah Langkah Ekstrim Soeharto Tumpas Begal Sadis Hingga Kerahkan Pasukan ABRI

Senin, 09 Desember 2019 | 20:00
Pos Kupang

Suar.ID -Pada zaman Pemerintahan Presiden Soehartoterdapat sebuah kebijakan yangcukup ekstrim untuk menumpas para pelaku kejahatan begal yang marak terjadi.

Tak tanggung-tanggung, Soeharto mengerahkan pasukan ABRI yang kala itu terdiri dari unsur TNI dan Polri.

Melansir dari Intisari, hal ini berawal saat aparat keamanan sedang dibuat geram oleh maraknya aksi begal di tahun 1980an.

Para begal yang menamakan diri mereka sebagai gabungan anak liar (gali), cukup menganggu roda perekonomian negara kala itu.

Baca Juga: Keukeuh Sebut Putrinya Anak Biologis Tommy Soeharto, Sandy Harun: Bapaknya Punya Banyak Anak dari Banyak Wanita, supaya Tak Terjadi Perkawinan Sedarah!

Contohnya, kawasan terminal yang sudah dikuasai para gali membuat para pengusaha bus mengalami kerugian, karena banyaknya begal yang membajak bus dan truk di jalanan

Terinspirasi dari prestasi Polda Metro, Soeharto lalu memerintahkan untuk menerjunkan tim khusus dari ABRI yang terdiri dari TNI dan Polri

Mereka bertugas untuk melaksanakan operasi penumpasan kejahatan terhadap para begal yang makin semarak dan sadis.

Hingga tahun 1982, Polri di bawah pimpinan Kapolri Jenderal Awaloedin Djamin telah melakukan berbagai operasi penumpasan kejahatan.

Baca Juga: Sunting Gadis Indo-Bule yang Diincarnya Sejak SD, Cicit Soeharto Melepas Masa Lajangnya, Keluarga Cendana Mantu

Misalnya saja Operasi Sikat, Linggis, Operasi Pukat, Operasi Rajawali, Operasi Cerah, dan Operasi Parkit di seluruh wilayah Indonesia serta berhasil menangkap 1.946 begal.

Meski sudah banyak begal yang diringkus, operasi penumpasan kejahatan terus berlanjut seperti yang dilaksanakan oleh Komando Daerah Militer (Kodim) 0734 Yogyakarta di bawah pimpinan Kolonel Muhamad Hasbi.

Tahun 1983, Kolonel Hasbi menyatakan perang terhadap para begal.

Hal itu lantaran ulah mereka yang makin meresahkan masyarakat Yogyakarta.

Tribun Medan
Tribun Medan

Ilustrasi begal.

Baca Juga: Pernah Dibikin Merugi Rp 2 Triliun oleh Mantan Suami, Beginilah Nasib Cucu Soeharto Ini Setelah Menikah ke-3 Kalinya

Kolonel Hasbi pun menggelar Operasi Pemberantasan Keamanan (OPK) bekerja sama dengan intelijen TNI AD, TNI AU, TNI AL dan kepolisian.

Kodim Yogyakarta lalu melakukan pendataan terhadap para begal melalui operasi intelijen.

Kemudian para begal yang berhasil didata, diwajibkan melapor serta diberi kartu khusus.

Setelah mendapat kartu, para begal tersebut dilaranguntuk membuat ulah lagi.

Baca Juga: Bukan Saudari atau Anaknya, Tommy Soeharto Hanya Follow Satu Wanita Ini di Instagramnya saat Pengikutnya Berjumlah Puluhan Ribu, Siapa Ya?

Tak hanya itu, mereka juga harus mau memberitahukan lokasi begal lainnya yang kerap melakukan kejahatan dan tidak mau melapor.

Para begal yang tidak melapor kemudian diburu oleh tim OPK Kodim untuk ditangkap dan bagi yang lari atau melawan akan langsung ditembak.

Mayat para begal yang ditembak dibiarkan tergeletak di mana saja dengan tujuan membuat jera (shock therapy) para gali lainnya.

Setiap ada mayat yang ditemukan di pinggir jalan, tepi hutan, bawah jembatan, dan lainnya, apalagi dengan luka tembak, kerap dinamai sebagai korban penembakan misterius (petrus).

Tribunnews
Tribunnews

Baca Juga: Hubungannya Kandas dengan Tommy Soeharto karena Tak Dapat Restu Keluarga Pangeran Cendana, Begini Nasib Artis Cantik Ini Sekarang

Yang kemudian istilah 'petrus' itu menjadi sangat populer sekaligus menakutkan di zaman itu.

Kinerja OPK yang dilaksanakan di Yogyakarta ternyata mendapat perhatian khusus dari Kepala Intelijen RI LB Moerdani.

Melansir dari buku berjudul 'Benny Moerdani Yang Belum Terungkap', Benny Moerdani menyebut kinerja OPK adalah 'kerja bagus dan lanjutkan!'.

Cara penanganan begal dengan cara OPK pun diterapkan di berbagai wilayah di Indonesia dan korban 'petrus' pun bertumbangan di mana-mana.

Baca Juga: Pernah Dituding Bawa Kabur Uang 100 Miliar Rupiah Usai Cerai dari Tommy Soeharto, Ternyata Tata Cahyani Punya Jurus Sakti agar Tetap Awet Muda di Usia Kepala 4

Yang pasti OPK memang terbukti efektif menumpas para begal dan sebenarnya juga mendapat dukungan dari masyarakat luas.

Terkait OPK yang sukses di era Orde Baru, Presiden Soeharto dalam buku otobiografinya bertajuk Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya, menyebut 'petrus' ditujukan untuk menimbulkan efek jera kepada para penjahat.

"Ya, harus dengan kekerasan. Tetapi kekerasan itu bukan lantas dengan tembakan, begitu saja. Bukan! Tetapi yang melawan, ya, mau tidak mau harus ditembak," ujarnya dalam buku yang terbit pada 1989 itu.

Pada 2012, Komnas HAM pernah mengumpulkan fakta-fakta tentang petrus.

Baca Juga: Harus Terima Kenyataan Pahit Orangtuanya Cerai saat Usianya Masih 8 Tahun, Begini Kabar Terbaru Pangeran Cendana Putra Tommy Soeharto: Sudah Wisuda hingga Makin Mempesona saat Jajal Motor Gede Antik Milik Soeharto

Wakil Ketua Komnas HAM saat itu, Yosep Adi Prasetyo, menyatakan korban penembakan misterius atau akrab dikenal petrus terjadi pada kurun 1982-1985.

Para korban ada di semua daerah dan umumnya memiliki tato.

Uniknya, cara mereka tewas, dalam kondisi yang hampir sama.

"Tangan mereka diikat ke belakang. Tali sepatu sebagai ciri, dipakai untuk mengunci kedua jempol mereka. Ini agar tidak bergerak. Kan jempolnya terkunci," ujar Wakil Ketua Komnas HAM Yosep Adi Prasetyo di kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Selasa (24/7/2012).

Tribunnews
Tribunnews

Ketua Penyelidik peristiwa penembakan misterius tahun 1982-1985 Komnas HAM, Stanley Adi Prasetyo (kanan), menjelaskan kepada wartawan terkait hasil penyelidikan di kantor Komnas HAM Jakarta Pusat, Selasa (24/7/2012).

Baca Juga: BERITA TERPOPULER: Kabar Terbaru Mantan Istri Tommy Soeharto yang Kini Dekat dengan Aktor Hollywood hingga Kabar Terbaru Istri Mantan Dandim Kendari

Penggunaan tali sepatu untuk mengikat dua ibu jari korban petrus pernah terjadi kala Vietkong melawan Amerika dalam perang Vietnam.

Menurut Yosep yang juga Ketua Tim Penyelidikan Proyustisia Komnas HAM 2011, setelah dibunuh, korban petrus diletakkan depan umum dan di atas badannya diletakkan uang Rp 10 ribu.

Mereka dibuang ke tempat sepi, dibuang ke jurang dan ada juga yang dibuang ke Luweng Grubuk, Wonosari, Yogyakarta.

Penyelidikan Komnas HAM, estimasi korban petrus mencapai 2 ribu orang.

Baca Juga: Pernah Jadi Menantu Kesayangan Cendana, Ini Kabar Terbaru Tata Cahyani Mantan Istri Tommy Soeharto, Pacarnya Sekarang Ternyata Bule Amerika Aktor Hollywood

Temuan David Bourchier, dalam karyanya yang berjudul Crime, Law, and State Authority in Indonesia pada 1990, yang diterjemahkan oleh Arief Budiman, mencapai angka 10 ribu.

Pelaku petrus dilakukan bukan orang sembarangan.

Mereka sangat terlatih.

Wajar jika eksekutor sangat terlatih, mengingat dari korban petrus ditemukan sejumlah timah panas, dan saat itu senjata api dipegang oleh aparat keamanan.

Baca Juga: Kemarahan Soekarno saat Soeharto Diam-diam Temui Dewi Soekarno hingga Tien Soeharto pun Cemburu,Terkuak Alasan Pertemuan Itu

Selain senjata api (senpi), ada senjata khusus yang mereka siapkan untuk membunuh para preman yang menjadi daftar korban.

"Selain senpi, mereka menggunakan tambang dengan kayu untuk menghabisi korbannya.

Alat ini telah dipersiapkan sebelum eksekusi karena nampak dari takik pada kayu pegangan.

Jenis ikatan 'clove hitch' menunjukkan pembuatnya orang terlatih dan mengerti tali temali," terangnya.(Putra Dewangga Candra Seta/Surya)

Artikel ini telah tayang di Surya dengan judulLangkah Ekstrim Soeharto Kerahkan Pasukan ABRI Tumpas Begal Sadis, Mayat Tergeletak Dimana-mana

Editor : Ervananto Ekadilla

Sumber : Intisari, Surya, Tribunnews

Baca Lainnya