Suar.ID - Sebuah video rekaman yang memperlihatkan Deputi Gubernur Bidang Budaya dan Pariwisata DKI Jakarta, Dadang Solihin, yang tengah marahi seniman di Taman Ismail Marzuki (TIM) ramai dibicarakan di media sosial.
Video itu diunggah pada Sabtu (23/11/2019) pukul 16.00 WIB dalam akun Facebook Humor Politik.
Dalam video itu, Dadang terlihat berdiri dari tempat duduknya sambil mengungkapkan, "Mau tidak diskusi... mau tidak diskusi?" ujarnya tegas.
Situasi memanas usai Dadang berkata demikian.
Beberapa orang menunjukkan rasa tidak sukanya.
"Wah biasa aja dong jangan galak-galak," seru beberapa orang dalam video rekaman tersebut.
"Tidak bisa pejabat marah seperti itu," ujar yang lain.
Lalu, dengan nada pelan Dadang mengungkapkan bahwa ia tidak bermaksud marah.
"Tidak marah, saya tidak marah," ucapnya.
Setelah itu, diskusi tampak dibubarkan, Dadang yang kala itu menghampiri seniman-seniman yang hadir pun tak digubris.
"Bubar...bubar...bubar," ujar seseorang dalam video yang viral tersebut.
Dalam unggahan itu, akun Humor Politik menuliskan keterangan "Begini cara staff Anies sosialisasi tentang renovasi Taman Ismail Marzuki (TIM), di hadapan para senior. Pakai cara arogan, bentak-bentak, ngancem, dll."
Unggahan itu disukai 1.493 orang dan dikomentari 1.003 orang.
Kompas.com lantas mengonfirmasi hal ini kepada Dadang Solihin.
Ia pun membenarkan hal itu.
"Iya, itu saya dengan teman-teman seniman Taman Ismail Marzuki," ujar Dadang, saat dikonfirmasi, Sabtu.
Dadang menceritakan bahwa peristiwa itu terjadi pada Rabu (20/11/2019) lalu, saat ia diundang menjadi pembicara menggantikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam diskusi publik "PKJ-TIM Mau Dibawa ke Mana?"
Dadang mengatakan, peristiwa itu bermula keyika ia menjadi pembicara dalam diskusi itu.
Namun, di tengah diskusi, sejumlah seniman yang hadir malah memotong pembicaraan untuk meledek dan mengolok-olok Dadang hingga akhirnya ia bersikap tegas.
Dadang membantah bahwa dirinya saat itu marah.
Menurut dia, nada bicaranya memang tinggi.
Sebab ia seorang dosen.
"Saya tidak marah, ya gini emang suara saya. Jadi setiap saya ngomong, mereka ngomong jorok. Itu sebenernya saya ngerti, mereka kan pemain teater."
"Terus saya bilang ini mau dilanjutkan diskusi atau enggak mau dilanjutkan diskusi," cerita Dadang.
Setelah itu, Dadang pun menghampiri para seniman dan membicarakannya dengan baik-baik.
"Terus saya datengin, mau dirangkul. Saya bilang, 'Ya sudah pelukan, pelukan aja', terus dia marah," kata Dadang.
Namun, hal itu tak berlangsung lama. Dadang dan para seniman itu akhirnya berdamai kembali. Bahkan, Dadang sempat mendengarkan mereka membacakan deklarasi penolakan terkait rencana revitalisasi TIM.
"Setelah itu mereka membuat deklarasi menolak revitalisasi TIM."
"Kan emang mereka tinggal di situ ya jadi mereka menolak adanya revitalisasi. Tapi setelah acara itu kami foto-foto, selfie, ketawa-ketawa kok," katanya.
Mendapat Pujian
Dadang Solihin ternyata pernah sukses dalam mengupayakan pelestarian Budaya Betawi Tionghoa lewat ajang Pagelaran Pecinan Batavia 2019 yang di gelar di Plaza Fatahillah pada Sabtu (16/11/2019).
Acara tersebut diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemprov DKI Jakarta dan berlangsung sukses.
Acara bahkan dan mendapat pujian dan respon positif dari kalangan tokoh Tionghoa Betawi yang hadir saat pembukaan.
Bukti keberhasilan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta menggelar event Pagelaran Pecinan Batavia perdananya, hal itu diakui Hansen salah satu tokoh Tionghoa yang berpengaruh, saat hadir pembukaan.
"Saya salut upaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta untuk melestarikan Budaya Betawi yang terpengaruh oleh Budaya Tionghoa."
"Saya apresiasi kerja keras panitia sehingga acara Pagelaran Pecinan Batavia berlangsung sukses," ujar Hansen, salah satu tokoh Tionghoa yang hadir saat pembukaan Pagelaran Pecinan Batavia."
Semula Hansen mengira acara yang digelar pada hari Sabtu 16 November 2019 sekedar seremonial untuk menjalankan program kerja Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta.
Tapi ternyata acaranya dikerjakan oleh tim dengan bertukar pikiran bersama Adri Manan dan Rani yang memahami budaya Tionghoa yang begitu megah dan elok.