Hasrat Bercinta Sulit Terpenuhi, Begini Permintaan Pasangan Suami Istri Korban Gempa Maluku Ini kepada Pemerintah

Minggu, 17 November 2019 | 18:30
Kompas.com

Suar.ID -Bermacam-macam permasalahan hidup kerap muncul dan menjadi cerita tersendiri bagi para pengungsi korban gempa Maluku yangtelah lebih dari sebulan lamanya menetap di sejumlah lokasi pengungsian.

Menjalani kehidupan yang serba sulit di tenda-tenda darurat dengan situasi yang sangat memprihatinkan dan jauh dari kondisi normal pun akhirnya harus dijalani dengan sabar oleh para pengungsi meskipun tentu saja hal ini dirasa sangat berat.

Bukan cumasoal urusan kebutuhan makan minum, kesehatan dan tempat tinggal di tenda pengungsian yang lebih layak, para pengungsi korban gempa Maluku, khususnya bagi mereka yang telah menikah, kini mulai dihadapkan dengan masalah lain yang dirasa sangat penting.

Masalah apa sih yang kerap mendera pasangan yang telah menikah?

Baca Juga: Gempar Kartu Surga, Selamat Dunia-Akhirat hanya dengan Rp 250 Ribu, Simak Pengakuan Warga yang Pernah Memperolehnya hingga Pandangan Sosiolog Agama

Yaps benar,masalah mengenai pemenuhan kebutuhan batin.

Sejumlah pengungsi yang ditemui oleh Kompas.com di lokasi pengungsian Desa Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, mengaku lebih dari sebulan lamanya mereka harus menahan hasrat bercintadikarenakansituasi dan kondisi yang tidak memungkinkan di lokasi pengungsian.

“Untuk urusan itu kita hanya bisa menahan saja, bisa lihat sendiri di dalam tenda itu kita tidak tidur sendiri, ada orang tua, ada anak-anak dan keponakan jadi mau peluk saja tidak bisa,” kata Firda sambil tersenyum kepada Kompas.com saat ditemui, Rabu (13/11/2019).

Firda mengakui ada sebagian pengungsi yang rumahnya tidak rusak bisa memanfaatkan waktu luang untuk memenuhi kebutuhan seksual mereka.

Namun bagi mereka yang rumahnya rusak, hanya bisa pasrah dengan keadaan yang ada.

“Syukur bagi mereka yang rumahnya tidak rusak, tapi bagi mereka yang rumahnya rusak mau bagaimana, terpaksa pasrah saja,” ujarnya.

Baca Juga: Viral Rumah Mewah Berlapis Emas di Palu, Tak Hancur Meski Diguncang Gempa dan Tsunami, Ternyata Pemiliknya Sering Lakukan Amalan Rahasia Ini

Sewa Penginapan

Kompas.com
Kompas.com

Sejumlah tenda pengungsi tampak mulai diganti dengan atap rumbia di lokasi pengungsian di Desa Liang, Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah, Rabu (13/11/2019).

Bagi para pengungsi yang rumahnya rusak, mau tidak mau mereka terpaksa harus memutar otakguna memenuhi kebutuhan seksual meski harus rela mengeluarkan biaya.

Sejumlah pengungsi yang ditemui mengaku kondisi yang tidak memungkinkan di lokasi pengungsian, membuat mereka terpaksa pergi ke tempat yang lebih aman, bahkan hingga ke Kota Ambon untuk bermalam di sana.

“Kan tidak mungkin di tenda, ada banyak orang, ya terpaksa kita ke Ambon sewa kamar di penginapan,” kata Amo.

Baca Juga: Baru Seminggu Jadi Rektor Termuda, Sosok Ini Sudah Bikin Kebijakan Menggemparkan, Mahasiswa Dijamin Senang Bukan Kepalang

Amo sendiri tidak menampik bahwa dia dan istrinya telah beberapa kali ke Ambon untuk keperluan tersebut.

Baginya, pemenuhan kebutuhan batin bagi pasangan suami istri menjadi salah satu anjuran agama yang bernilai ibadah sehingga harus dapat dipenuhi.

“Ini juga kan bagian dari ibadah, jadi kita sesuaikan saja dengan kondisi yang ada,” katanya.

Pengungsi lainnya, Arman Buton yang ditemui di lokasi pengungsian di Dusun Waimulung, Kecamatan Salahutu, mengakui, pemenuhan kebutuhan seksual menjadi masalah dirinya selama sebulan terakhir.

Ia kerap mengajak istrinya pergi dari lokasi pengungsian untuk sekadar memenuhi kebutuhan batin.

Bagi Arman yang baru menikah lima bulan lalu itu, kondisi yang dijalani bersama istrinya sangatlah berat di tengah situasi bencana yang terjadi saat ini.

“Ya, mau bagaimana ya, kondisi sudah seperti begini, jadi kita cari tempat yang terbaik saja,” katanya sambil malu-malu.

Baca Juga: Pesepak Bola Muda Alfin Lestaluhu Meninggal Dunia, Inilah Fakta Meninggalnya Sang Punggawa Timnas U-16: Korban Gempa hingga Berjuang Lawan Infeksi Otak

Bilik Asrama

Arman berharap pemerintah dapat mencari solusi agar kebutuhan seksual para pengungsi dapat terpenuhi.

Baginya, pemerintah sebaiknya membangun "bilik asmara" di lokasi-lokasi pengungsian, sehingga para pengungsi tidak menjadi resah.

“Menurut saya begitu, harus ada tempat khusus yang layak bagi yang sudah berkeluarga di lokasi pengungsian,” ujarnya.

Baca Juga: Ambon Diguncang Gempa dengan Kekuatan 6,8 SR! Berikut Video Kepanikan yang Terjadi di Lokasi Kejadian

Hal yang sama juga diutarakan oleh pengungsi lainnya, Yuni.

Menurutnya, untuk memenuhi kebutuhan seksual para pengungsi, pemerintah perlu menyediakan tempat yang layak di lokasi-lokasi pengungsian.

Menurut Yuni, dengan membangun bilik asmara bagi para pengungsi di lokasi pengungsian, maka hal itu akan meminimalisasi tingkat stres para pengungsi yang sudah lebih dari sebulan tinggal di tenda-tenda darurat.

“Pemerintah harus memikirkan hal itu, harus ada tempat yang layak, ya untuk urusan itu,” ujarnya.

Baca Juga: Bikin Gempar dan Was Was Sekampung, Seorang Pria Misterius Tebarkan Teror dengan Lakukan Aksi Tak Senonoh Selama Setahun

Sementara pengungsi lain, Naim Lessy, yang ditemui Kompas.com memiliki pandangan berbeda mengenai hal tersebut.

Menurutnya, pembangunan bilik asmara di lokasi pengungsian justru akan menimbulkan kesan yang tidak elok.

Menurut dia, sebaiknya pemerintah lebih cepat menyalurkan bantuan kepada para pengungsi yang rumahnya rusak agar segera dibangun.

Dengan begitu, masyarakat dapat kembali hidup dengan normal dan dapat melakukan aktivitas apa pun dengan bebas.

Baca Juga: BREAKING NEWS: Terjadi Gempa Bumi Bermagnitudo 5,6 di Barat Laut Tuban, Tidak Berpotensi Tsunami

”Kalau saya, kan kita juga harus malu dengan orang-orang tua di sini, jadi sebaiknya kita tunggu bantuan dari pemerintah agar kita bisa segera membangun rumah yang layak biar sederhana,” katanya.

Kepala Badan Penanggulangan Bancana Daerah (BPBD) Maluku, Farida Salampessy memahami kebutuhan seksual bagi pengungsi.

Namun karena konsep penanganan pengungsi tidak lagi menggunakan sistem hunian sementara, maka pembangunan bilik asmara di lokasi-lokasi pengungsian tidak bisa dilakukan.

“Tidak ada lagi huntara, jadi langsung pembangunan rumah warga, kalau seandainya hunian sementara, itu masuk dalam konsep maka sudah pasti itu (barak khusus) akan kita bangun,” katanya kepada Kompas.com.

Baca Juga: Inilah Foto-foto Gempa Bumi Paling Mengerikan Tahun 1906 dengan Kekuatan 7,9 Skala Richter yang Menewaskan 3.000 Jiwa

Dia menyebut, saat ini anggaran untuk pembangunan rumah-rumah warga yang rusak telah disiapkan Kementerian Keuangan dan BNPB.

Anggaran itu akan segera dicairkan ke Maluku.

Menurut Farida, anggaran pembangunan rumah-rumah warga yang rusak itu belum dapat dicairkan karena masih adanya perbaikan administrasi para korban gempa.

“Karena kemarin itu dari kabupaten kota memasukkan data tanpa NIK dan Kartu Keluarga jadi diperbaiki ulang. Nanti setelah itu semua selesai dananya langsung cair, jadi masyarakat bisa langsung membangun kembali rumahnya, mungkin bulan depan sudah bisa selesai,” katanya.(Rahmat Rahman Patty/Kompas.com)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judulSulitnya Pengungsi Bercinta di Lokasi Pengungsian, Sewa Penginapan hingga Minta Bilik Asmara

Editor : Khaerunisa

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya