Kisah Pak Sarimin: Pemilik Warung Makan Unik, Bisa Bayar Pakai Sampah Plastik!

Rabu, 06 November 2019 | 06:30
Kompas.com

Sarimin penjual warung makan yang punya konsep unik bayar pakai plastik di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang, Kota Semarang.

Suar.ID - Siapa sangka pemilik sebuah warung makan sederhana di kompleks Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang, Kota Semarang, Jawa Tengah, adalah satu dari delapan tokoh Indonesia berpengaruh.

Ya, pemilik warung itu adalah pasangan suami istri Sarimin (59) dan Suyatmi (45), yang sempat diprofilkan dalam program bertajuk Indonesia's Game Changers dari stasiun televisi CNA.

Sarimin dan istrinya dianggap menginspirasi banyak orang dengan membuat warung makan yang hanya menerima sampah plastik untuk membayar makanan.

Tentu saja, plastik yang digunakan untuk mengganti uang itu adalah jenis plastik yang bisa didaur ulang.

Baca Juga: 900 Anak Terinfeksi HIV Gara-gara Seorang Dokter Menyuntik Anak Menggunakan Jarum Bekas dari Tempat Sampah!

"Sampah plastik bisa ditukarkan di warung untuk membeli makan dan minum."

"Jenis sampah plastiknya yang bisa didaur ulang, seperti gelas plastik dan botol bekas air mineral, tas plastik bekas, dan yang lainnya," kata Sarimin saat ditemui Kompas.com, Minggu (3/11/2019) sore.

Sarimin lalu menjelaskan, biasanya sampah plastik yang dibawa dari pemulung akan ditimbang, kemudian ditukarkan dengan seporsi makanan di warung kecil miliknya.

Lalu, para pemulung bisa menikmati menu yang ada di warung milik Sarimin yang menyediakan berbagai ragam lauk-pauk, seperti lele, mangut, tahu, tempe, dan sambal.

Baca Juga: Karena Tidak Membuang Sampah yang telah Menumpuk, Oknum Guru Ini Menghukum Siswanya dengan Menyuruh Makan Sampah

Sarimin pun tak memasang harga mahal.

Jadi tak heran banyak pemulung yang setiap hari datang ke warungnya.

"Pemulung datang bawa sampah plastik, lalu ditimbang minimal harus bawa 20 kilogram, biasanya seharga Rp 20.000."

"Kalau setiap kali mereka makan ada selisih antara hasil timbangan dan harga makanan, sisa itu otomatis jadi tabungan mereka," kata Sarimin.

Akhir-akhir ini, menurut Sarimin, pelanggannya bukan hanya para pemulung, melainkan juga para sopir truk pengangkut sampah.

Rata-rata 2 ton sampah plastik setiap tiga minggu Menurut Sarimin, dari warung berbayar sampah plastik itu, dirinya rata-rata mengumpulkan sampah plastik seberat 2 ton.

Setidaknya dua sampai tiga minggu sekali, ia mengirimkan dua ton sampah plastik tersebut ke pabrik di luar kota, seperti Rembang, Demak, Pati, Kudus, Solo, bahkan Surabaya untuk diolah kembali.

Aktivitasnya tersebut menyita perhatian kantor berita CNA, lalu menobatkan Sarimin dan istrinya sebagai satu dari delapan tokoh Indonesia berpengaruh.

Saat itu, keduanya diprofilkan dalam program bertajuk Indonesia's Game Changers dari CNA.

Program tersebut bercerita tentang seseorang yang dinilai dapat membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat melalui kerja keras dan kreativitas.

Baca Juga: Seorang Wanita Tewas setelah Tinggal di Rumah dengan 'Kondisi Terburuk': Penuh dengan Sampah, Lalat dan Belatung

Membiayai kuliah kedua anaknya

Kompas.com

Pasangan Sarimin (dua dari kiri) dan Suyatmi (paling kiri) menimbang sampah plastik dari pemulung yang akan ditukarkan dengan seporsi makan di Kantin Gas Methan, di kompleks Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (8/6/2016).

Sarimin patut bersyukur, selama menekuni aktivitas tersebut, dalam sehari ia mampu mendapatkan keuntungan sebesar Rp 100.000.

Dari penghasilan tersebut, dirinya bisa menyekolahkan kedua anaknya hingga jenjang kuliah.

"Penghasilan yang didapat sekitar Rp 2 juta hingga Rp 3 juta setiap bulan."

"Buat bayar kuliah anak saya."

"Dua-duanya alhamdulillah bisa kuliah."

"Anak pertama sudah lulus dan kerja. Kalau yang kedua kuliah juga sambil bantu-bantu nyopir truk sampah," kata Sarimin yang memiliki dua putra ini.

Dulunya hanya seorang pemulung Bagi Sarimin, ide membuka warung dan pembelian makanan dengan sampah plastik itu dilakukan bersama Unit Pengelola Teknis (UPT) TPA Jatibarang.

Tujuannya adalah untuk mengurangi beban sampah plastik yang sulit terurai.

Berjalannya waktu, Sarimin dan Suyatmi mengelola warung tersebut hingga menjadi berkah bagi mereka, dan tentunya para pemulung yang mengais rezeki dari sampah.

"Sebelum buka warung ini, dulu tahun 2013 saya dan istri saya cuma pemulung."

"Sehari-harinya cari rongsok dan sampah buat sekolahin anak dan kebutuhan hidup."

"Modal juga enggak punya. Lalu ketemu Pak Agus dari UPT, akhirnya tercetus ide buka warung ini," kata Sarimin.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Warung Makan Milik Pasangan Suami Istri Pemulung Ini Jadi Inspirasi, Begini Ceritanya"

Editor : Adrie P. Saputra

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya