Infeksi Otak Jadi Penyebab Meninggalnya Bek Timnas U-16 Alfin Lestaluhu, Ternyata Penyakit Ini Bisa Disebarkan oleh Serangga yang Akrab dengan Keseharian Kita!

Jumat, 01 November 2019 | 15:50
Kolase/Instagram, Freepik

Infeksi Otak Jadi Penyebab Meninggalnya Bek Timnas U-16 Alfin Lestaluhu, Ternyata Penyakit Ini Bisa Disebarkan oleh Serangga yang Akrab dengan Keseharian Kita!

Suar.ID - Kabar duka datang dari dunia sepak bola tanah air.

Punggawa Timnas U-16, Alfin Lestaluhu menghembuskan nafas terakhirnya pada Kamis (31/10/2019) kemarin.

Menurut diagnosis dokter, remaja asal Tulehu, Maluku ini meninggal karena infeksi otak yang dideritanya.

Baca Juga: Pesepak Bola Muda Alfin Lestaluhu Meninggal Dunia, Inilah Fakta Meninggalnya Sang Punggawa Timnas U-16: Korban Gempa hingga Berjuang Lawan Infeksi Otak

Alfin Lestaluhu pemain bek Timnas Indonesia U-16 tutup usia akibat penyakit Encephalitis atau infeksi otak.

Penyakit Encephalitis atau infeksi otak yang diderita oleh bek Timnas Indonesia U-16 Alfin Lestaluhu sampai merenggut nyawanya ini dapat ditularkan dari gigitan nyamuk dan kutu.

Berikut pernyataan medis terkait gejala, penularan hingga risiko bahaya dari penyakit infeksi otak Encephalitis yang sudah merenggut nyawa Alfin Lestaluhu.

Kabar duka menghampiri dunia sepakbola Indonesia, pemain Tim Nasional (Timnas) U-16 Indonesia Alfin Lestaluhu meninggal dunia pada Kamis (31/10/2019) pukul 22.11 WIB.

Baca Juga: Kalau Melly Goeslaw 'Ngamuk' Saat Sosoknya Dijadikan Kostum di Pesta Halloween Para Artis, Begini Reaksi Syahrini dan Atta Halilintar yang Bernasib Sama!

Alfin Lestaluhu meninggal dunia di Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta setelah hampir satu bulan berjuang melawan penyakit infeksi otak Encephalitis yang menyerang dirinya.

Kabar duka meninggalnya Alfin Lestaluhu tersebut dibagikan pihak PSSI melalui akun instagram resmi PSSI @officialpssi.

"Telah berpulang menghadap Sang Pencipta, Alfin Farhan Lestaluhu. Semoga amal ibadah dan segala kebaikan diterima Tuhan Yang Maha Esa. Terima kasih atas jasa-jasamu untuk Indonesia, Alfin. Rest in peace Alfin Farhan Lestaluhu," tulis akun Instagram resmi PSSI, Kamis (31/10/2019).

Alfin diketahui menjadi korban gempa berkekuatan magnitudo 5,6 SR yang mengguncang Ambon dan sekitarnya pada Kamis (26/9/2019).

Baca Juga: Sedih Banget! Belum Seminggu Mengarungi Bahtera Rumah Tangga, Pengantin Wanita ini Meninggal Kelelahan

Namun selama di pengungsian kondisi kesehatannya menurun hingga akhirnya harus menjalani perawatan.

Pemain yang berposisi sebagai bek kanan tersebut lalu dirawat Rumah Sakit Tentara (RST) Ambon.

Bahkan lantaran kesehatannya terus menurun, Alfin harus dibawa ke Jakarta untuk menjalani perawatan lebih intensif.

Sekitar sepuluh hari pascagempa, Alfin dibawa dari Maluku ke Jakarta untuk menjalani perawatan lebih lanjut.

Baca Juga: Bintang Sinetron Anak Langit Dylan Carr Alami Kecelakaan, Ada Pembengkakan Otak hingga Tengkoraknya Harus Diangkat, Sang Ayah Kabarkan Kondisinya Terbarunya

Ia diterbangkan ke Jakarta pada Senin (7/10/2019) untuk dirawat di RS Royal Progress.

Momen dibawanya Alfin ke Jakarta ini juga sempat dibagikan Bima Sakti melalui instagram pribadinya.

"Tetap kuat Alfin, seperti kekuatanmu serta pengorbananmu untuk mengejar cita - citamu menjadi pemain timnas, seperti karaktermu yang selalu kau tunjukkan didalam lapangan, yang tak kenal lelah dan kompromi mengahalau menghadang semua serangan lawan dalam setiap pertandingan, ayo anak muda... bangkit dan semangat. Terimakasih kepada bapak Erwin Syahril Al Thaib Lestaluhu beserta ibu yang telah mendidik Alfin, dia anak baik, sopan, rajin beribadah dan satu lagi suara Azannya merdu sekali...luar biasa, semoga lekas sembuh buat Alfin," tulis Bima Sakti di Instagram, Rabu (2/10/2019).

Dikutip dari Kompas.com dalam artikel berjudul "Tak Hanya Meningitis, Ini 4 Macam Infeksi yang Bisa Menyerang Otak", penyakit Encephalitis adalah pembengkakan akut yang kebanyakan disebabkan oleh infeksi virus ataupun sistem imun yang mengalami kelainan dan membuatnya justru keliru karena menyerang jaringan otak.

Penyakit ini cenderung muncul tiba-tiba dan berkembang dengan cepat. Sehingga butuh ditangani segera.

Baca Juga: Rebutan Ponsel Berujung Maut, Seorang Adik Tega Membunuh Kakaknya Sendiri karena Tak Dipinjami Ponsel, Nasib Sang Adik pun Tak Kalah Tragis!

Gejala awal penyakit ini adalah demam, fotofobia, serta sakit kepala.

Penyakit ini paling sering menyerang anak-anak. Pada orang dewasa umumnya hanya terjadi pada mereka yang sistem kekebalannya lemah.

Komplikasi penyakit ini bisa menyebabkan seseorang kehilangan memori.

Encephalitis bisa mengancam jiwa, tapi jarang terjadi. Tergantung sejumlah faktor, termasuk tingkat keparahan penyakit dan usia.

Beberapa jenis enchephalitis adalah Encephalitis Jepang, Encephalitis kutu, serta Rabies. Serta terdapat pula encephalitis primer dan sekunder.

Baca Juga: Wanita Tertua di Dunia telah Meninggal, Inilah Kisah Hidupnya yang Keras dalam Rentang Waktu 3 Abad Berbeda

Encephalitis Jepang

Untuk mencegah penyebaran penyakit radang otak Japanese Enchephalitis (JE), masyarakat diharapkan dapat mengenali gejala penyakit mematikan ini dan melakukan imunisasi.

Dikutip dari Kompas.com dalam artikel berjudul "Japanese Encephalitis, Penyakit Radang Otak yang Ditularkan Nyamuk", penyakit JE disebarkan melalui gigitan nyamuk jenis Culex yang sudah terinfeksi virus JE dari hewan.

Nyamuk ini banyak ditemui di area persawahan, kolam, selokan atau genangan-genangan air.

Jika sudah terinfeksi, gejala akan muncul setelah masa inkubasi yang berlangsung selama 4-14 hari.

Pada anak, JE menyebabkan demam tinggi secara mendadak, sakit kepala, dan muntah-muntah. Apabila sudah parah, anak juga akan mengalami kejang-kejang, lumpuh hingga koma.

Penyakit ini juga bisa menyebabkan kerusakan otak.

Sementara itu, pada pasien yang sudah dewasa, gejala umumnya berupa demam tinggi, sakit kepala dan peningkatan tekanan dalam rongga kepala atau intrakranial.

Baca Juga: Model Seksi yang Tertangkap Bareng Vanessa Angel Blak-blakan Soal Prostitusi Online: 'Kebetulan Nggak Kepergok Seperti Gua'

Angka kematian akibat JE berkisar antara 5-30 persen. Angka ini lebih tinggi pada kelompok usia anak, terutama yang masih di bawah 10 tahun.

Namun, pasien yang bisa bertahan hidup pun akan mengalami gejala sisa atau sekuele.

Gejala-gejala ini mencakup gangguan sistem motorik, seperti kelumpuhan hingga gerakan abnormal; gangguan perilaku, seperti agresif dan emosi tak terkontrol; gangguan perhatian dan depresi; dan gangguan intelektual atau gangguan fungsi neurologi lain, seperti epilepsi, hilang ingatan dan kebutaan.

Sayangnya, sampai saat ini belum ditemukan obat untuk menyebuhkan penyakit ini, yang ada hanyalah obat untuk mengurangi gejala.

Oleh karena itu, pemberian imunisasi pada manusia sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya kasus JE.

Selain itu, menjaga lingkungan agar tetap bersih dan memberikan vaksinasi terhadap hewan ternak yang menjadi inang virus JE, seperti babi, kuda dan unggas, juga diperlukan.

Baca Juga: 5 Zodiak Ini Paling Jago Menjaga Perdamaian, Mereka adalah Sosok Penengah yang Bisa Diandalkan!

Encephalitis Kutu

Infeksi pada otak juga dapat terjadi dari gigitan kutu.

Melansir dari Kompas.com dalam artikel berjudul "Awas, Gigitan Kutu Bisa Sebabkan Infeksi Serius di Otak", para ahli menyebut tingkat risiko infeksi memang sangat rendah, tetapi mereka mengimbau masyarakat untuk berhati-hati akan keberadaan kutu, parasit kecil yang masih berkerabat dengan laba-laba dan tungau.

Hewan kecil ini diketahui bisa menyebabkan infeksi bernama Tick-borne Encephalitis (TBE) atau juga disebut sebagai Encephalitis Kutu.

TBE merupakan infeksi yang menyerang sistem syaraf pusat. Infeksi ini salah satunya bisa berupa meningitis.

Berdasarkan keterangan Public Health England (PHE), infeksi ini datang tanpa gejala yang bisa dirasakan oleh si penderita.

Namun, sebagian di antaranya akan mengalami gejala seperti terserang flu. Sebagian yang lain, akan mengalami serangan yang serius pada otak dan sistem syaraf pusat.

Infeksi ini berasal dari Skandinavia, namun sekarang sudah terdeteksi di Thetford Forest, Inggris Timur dan di negara-negara bagian selatan Inggris seperti Hampshire dan Dorset.

Baca Juga: Sempat Digosipkan Selingkuh dan Kepergok di Hotel dengan Kolonel, Begini Kabar Terbaru Arzeti Bilbina yang Tampil Elegan di Ruang Kerja Gedung DPR RI

Berdasarkan riset dari PHE, di tahun 2017 dilaporkan terdapat lebih dari 3.000 kasus TBE di Eropa, dan 9 di antaranya berujung fatal.

Angka infeksi ini semakin meningkat di Eropa akibat perubahan cuaca dan kegiatan rekreasi di luar ruangan. Kemungkinan, kutu ini terbawa sampai ke Inggris akibat kawanan burung yang bermigrasi.

Kemungkinan lain, kutu yang membawa virus ini datang bersama hewan peliharaan yang dibawa ke luar Eropa.

"Kutu-kutu ini membawa sejumlah penyakit seperti Lyme, jadi kami ingatkan masyarakat untuk waspada dan melakukan pencegahan persebaran kutu, terutama ketika berkunjung di daerah terbuka, seperti hutan, kebun, atau taman," kata salah seorang dari PHE Nick Phin.

Salah satu cara mencegah infeksi yang datang dari gigitan kutu ini salah satunya bisa dengan menghidari tempat-tempat sebagaimana disebutkan oleh Phin dan tidak bertelanjang kaki saat berjalan di luar rumah. Bisa juga dengan menggunakan lotion anti serangga.

Artikel ini telah tayang di suryamalang.com dengan judul Penyakit Encephalitis Renggut Nyawa Alfin Lestaluhu Bek Timnas U-16, Awas Ditularkan Nyamuk & Kutu

Tag

Editor : Khaerunisa