Inilah Operasi Pembebasan Pesawat Woyla oleh Kopassus yang Sungguh Menegangkan, Tercatat sebagai Peristiwa Terorisme Pertama dalam Sejarah Penerbangan Indonesia

Senin, 07 Oktober 2019 | 16:00
Dok. Kompas

Pesawat Garuda PK-BNJ Woyla yang dibajak.

Suar.ID -Pada 28 Maret 1981, pesawat DC 9 milik Garuda Indonesia yang dikenal dengan sebutan "Woyla" dibajak oleh kelompok yang menamakan dirinya Komando Jihad.

Rute pesawat awal mulanya adalah Jakarta-Medan.

Peristiwa pembajakan Ini tercatat dalam sejarah Indonesia sebagai peristiwa terorisme pertama.

Sampaisaat ini, pembajakan Woyla menjadi satu-satunya aksi terorisme dalam sejarah maskapai penerbangan Indonesia.

Baca Juga: Maksud Hati Ingin Mendapatkan Udara Segar, dengan Santainya Wanita Ini Buka Jendela Darurat Pesawat yang Dia Tumpangi, padahal Bukan Begitu Instruksi Pramugari

Berdasarkan arsip Harian Kompas tanggal 29 Maret 1981, pesawat itu dibajak di udara antara Palembang -Medan sekitar pukul 10.10 WIB.

Pesawat yang sempat transit di bandara Talangbetutu, Palembang baru berangkat menuju Bandara Polonia, Medan.

Namun, pesawat dibelokkan ke arah bandara internasional Penang, Malaysia.

Saat itu, belum terungkap siapa yang membajak pesawat dengan nomor penerbangan 206 itu.

Baca Juga: Meski Sempat Turun Peringkat, Nyatanya Jokowi 6 Kali Berturut-turut Masuk Daftar 50 Tokoh Muslim Berpengaruh Dunia, Ini Peringkatnya Sekarang

Departemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam) hanya mengungkap, pembajak itu bisa berbahasa Indonesia.

"Pesawat dibajak oleh enam orang yang dapat berbahasa Indonesia. Mereka bersenjatakan pistol dan beberapa buah granat," tulis Harian Kompas, berdasarkan keterangan Menteri Pertahanan dan Keamanan Muhammad Jusuf.

Dephankam kemudian menginstruksikan Wakil Panglima ABRI Laksamana Sudomo untuk menangani pembajakan pesawat itu.

Belok ke Bangkok

Seiring perkembangan waktu, pembajak diketahui berjumlah lima orang.

Mereka menuntut agar 80 orang tahanan yang terlibat dalam penyerangan Kosekta 8606 Pasir Kaliki di Bandung pada 11 Maret 1981 dibebaskan.

Tak hanya itu, mereka meminta tebusan uang sebesar 1,5 juta dollar AS.

Kompas
Kompas

Anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang ikut dalam pembebasan sandera ketika terjadi pembajakan pesawat Garuda Woyla di Dong Muang, Bangkok, pada 1981.

Baca Juga: Viral Video Sadis Kakak Kandung Pukul dan Seret Adiknya di Jalan Beraspal, Polisi pun Turun Tangan

Ada 48 penumpang dan 5 awak di dalam pesawat.

Sebanyak 33 orang terbang dari Jakarta, dan sisanya berasal dari Palembang.

Pada pukul 11.20 WIB, pesawat itu tiba di Penang.

Saat itu ada permintaan pengisian bahan bakar, tanpa memberi tahu tujuan berikutnya.

Baca Juga: Maksud Hati Ingin Mendapatkan Udara Segar, dengan Santainya Wanita Ini Buka Jendela Darurat Pesawat yang Dia Tumpangi, padahal Bukan Begitu Instruksi Pramugari

Pembajak hanya menurunkan seorang penumpang berusia 76 tahun bernama Hulda Panjaitan.

Pesawat yang tidak dilengkapi peta rute penerbangan internasional ini kemudian diterbangkan ke Bangkok, Thailand, setelah permintaan pembajak terpenuhi.

Puncaknya, Selasa 31 Maret 1981 dini hari, pembajakan pesawat ini menjadi semakin menegangkan.

Pesawat itu telah dibajak sekitar empat hari oleh Komando Jihad.

Baca Juga: Jarang Terdengar Lagi Kabarnya setelah Tersandung Kasus Korupsi Ratusan Juta Rupiah, Arttis Ini Kini Jualan Ayam untuk Menyambung Hidup

Operasi pembebasan pun dilaksanakan di Bandara Don Mueang, Bangkok, Thailand.

Operasi itu hanya berlangsung dalam waktu tiga menit saja.

Berdasarkan arsip Harian Kompas pada 1 April 1981, operasi itu sudah disiapkan dengan matang di Jakarta sejak peristiwa pembajakan itu terjadi.

Operasi berjalan saat Pemerintah Thailand mengizinkan pasukan komando Indonesia bergerak.

Baca Juga: Dipicu Cekcok Rumah Tangga, Polisi Tembak Mati Istri Lalu Bunuh Diri, Warga Dengar 3 Suara Tembakan

Melalui pengamatan wartawan Kompas di lokasi pada saat itu, tanda operasi pembebasan belum terlihat pada Senin (30/3/1981) malam.

Suasana di sekitar pesawat masih cenderung sepi.

Senin malam, pukul 21.00 waktu setempat, sebuah mobil katering mendekat seusai mendapat kode lampu dari pesawat.

Kode itu merupakan sinyal dari pembajak agar permintaan mereka menyangkut makanan, minuman, bahan bakar dan kebutuhan lainnya bisa dipenuhi.

Baca Juga: Ternyata, Soeharto Kecil Sangat Trauma dengan Alat yang Menjadi Lambang Partai Paling Dibencinya

Saat mobil katering mengantar makanan, suasana di sekitar pesawat menjadi sunyi lagi.

Bergerak dalam senyap

Pada Selasa, sekitar pukul 02.30 waktu setempat, ada gerakan di semak-semak sekitar 400 meter dari pesawat.

Ternyata, mereka adalah Para Komando dari Komando Pasukan Sandi Yudha (Koppasandha, sekarang bernama Komandi Pasukan Khusus), pimpinan Letkol Infanteri Sintong Panjaitan.

Pasukan itu bergerak mengendap dan teratur dalam formasi dua baris mendekati pesawat.

Baca Juga: Review Anime Oresuki Episode 1 : Aku Beneran Cuma Anak SMA Biasa!

Mereka tampak membawa tiga tangga.

Dua tangga dilekatkan di masing-masing sayap, satu tangga di bagian belakang pesawat.

Dengan sekejap, mereka bergerak masuk ke pesawat dari pintu darurat dekat sayap dan bagian belakang di bawah badan pesawat.

"Tiba-tiba terdengarlah tembakan-tembakan, mungkin dalam waktu dua detik," kata Henk Siesen, warga negara Belanda di dalam pesawat, dikutip dari Harian Kompas.

"Komando itu berteriak: 'Semua penumpang tiarap'. Dan berjatuhanlah sosok-sosok tubuh campur baru berusaha untuk tiarap ke lantai," tutur Henk.

Baca Juga: Awkarin Himbau Pengguna Toilet Agar Tak Jongkok di Toilet Duduk, Ternyata Perilaku Tersebut Ada Dampaknya Bagi Kesehatan

Penumpang yang tiarap berusaha dikeluarkan satu per satu lewat pintu depan. Akan tetapi, upaya penyelamatan itu tak mudah.

Ada seorang pembajak yang ikut tiarap bersama para penumpang.

Ia membawa granat dan kemudian ia lempar setelah pinnya ditarik.

Beruntung, granat itu tidak meledak dan diamankan pasukan komando.

Baca Juga: Diterpa Isu Hadirnya Orang Ketiga, Rumah Tangga Laudya Cynthia Bella Diterawang oleh Ahli Tarot: Bella Harus Hati-hati

Pembajak yang melempar granat itu pun ditembak mati saat berusaha melarikan diri lewat pintu depan.

Ada pula seorang pembajak yang disebut bernama Fahrizal, yang melepas tembakan ke arah pasukan komando.

Namun, ia berhasil didesak oleh pasukan komando.

Pada akhirnya, pembajak tersebut bunuh diri dengan menembak keningnya.

Dua pembajak lainnya juga berupaya kabur, namun mereka ditembak mati.

Baca Juga: Cerita Aji Pratama, Siswa STM Dapat Rp 25 Juta Hasil Mengolok DPR yang Suka Korupsi, Bangga Duitnya Habis di Indomaret

Keterangan resmi pemerintah mengungkap semua nama pembajak yang tewas.

Namun, diketahui bahwa pimpinan pembajak adalah Imran bin Mubammad Zein.

Ia berhasil ditangkap dan kemudian dihukum mati pada 28 Maret 1983.

Pemerintah juga menyebutkan pilot dan seorang pasukan komando mengalami luka-luka.

Baca Juga: Klik Link Live Streaming Inter Milan vs Juventus, Faktor Antonio Conte akan Bikin Pertandingan Ini Makin Panas

Selang beberapa hari, pilot bernama Kapten Herman Rante dan anggota Koppasandha bernama Achmad Kirang menjadi korban tewas dalam operasi tersebut.

Keduanya menderita luka tembak, dan gagal diselamatkan meski sudah dibawa ke rumah sakit.

Operasi pembebasan itu membuat pesawat Woyla dilubangi sejumlah peluru.

Pesawat itu diperbaiki di Thailand dan kemudian dibawa ke Indonesia.

Baca Juga: Malang Nasibnya, Perempuan 19 Tahun Jadi Korban Kekerasaan Seksual dan Dirudapaksa Oleh Tunangannya Sendiri

Lewat operasi itu, 36 orang yang berada 4 hari di pesawat, setelah beberapa penumpang lain dilepaskan pembajak, berhasil diselamatkan.

Keberhasilan operasi ini tak hanya melambungkan perjalanan karier Sintong Pandjaitan selaku pimpinan lapangan, melainkan juga Letjen LB Moerdani yang saat itu merupakan Kepala Pusat Intelijen Strategis.

Reputasi Koppasandha diakui.

Kini pasukan yang dikenal dengan nama Kopassus itu tercatat sebagai salah satu satuan elite terbaik di dunia.(Dylan Aprialdo Rachman/Kompas.com)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judulTiga Menit yang Menegangkan dalam Operasi Pembebasan Pesawat Woyla

Editor : Adrie P. Saputra

Sumber : Kompas.com, Harian Kompas

Baca Lainnya