Gara-gara Tahu Cak Munir Pembela Rakyat Kecil, Maling Ini Kembalikan Motor Sang Aktivis yang Baru Saja Dia Curi

Minggu, 08 September 2019 | 16:21
IST

Cak Munir menyebut motor sebagai simbol masyarakat kecil.

Suar.ID -Motor punya tempat tersendiri di hati almarhum Cak Munir Thalib.

Baginya, kendaraan roda dua itu adalah pilihan utamanya dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Maka tak heran, begitu motornya disikat maling, 'kaki'-nya pun ikutan lumpuh.

Maklum, ketika masih hidup, aktivis pro orang kecil ini punya mobilitas yang tinggi.

Baca Juga: Amputasi Cakar Singa agar Anak-anak Bisa Bermain dengan Aman, Kebun Binatang di Palestina Ini Dikecam Aktivis Hewan

Ada yang diculik, langsung kumis tebalnya mengendus yang enggak beres.

"Motor bersentuhan dengan masyarakat bawah. Bukan Cuma transportasi, tapi sekaligus alat komunikasi," ujar laki-laki kalem asal Malang itu kepada Motor Plus, Sabtu 16 Februari 2002.

Tapi tiba-tiba menggigit melihat ketidakadilan militer yang dianggap main “angkat”.

Nah, pada 22 Januari 2002, Honda Supra 1999 andalannya “dipinjam” manusia kurang ajar.

Motor itu raib dari halaman parkir KONTRAS, sebelum pindah ke Kwitang, di Jl. Mendut, No. 3, Menteng, Jakarta Pusat.

"Ini kehilangan yang ketiga," cetus lalaki yang akrab disapa Cak Munir dan kerap keluar masuk gang sempit demi tugasnya itu.

Sosok yang bikin gerah militer zaman ORBA ini pertama kehilangan Astrea Star 1995 pada Oktober 2000.

Motor itu dicongkel di parkiran Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta. Saat itu, Cak Munir sedang dinas luar.

Pas pulang Maghrib, motor telah lenyap.

Baca Juga: Niatnya Belajar Motor, Seorang Wanita Paruh Baya Asal Gunung Kidul Harus Meregang Nyawa setelah Alami Hal Nahas Ini

Padahal teman parkirnya, Astrea Star, masih ada.

Kejadian itu langsung ia dilaporkan ke polisi.

"Bukan berharap motor balik. Sekadar antisipasi jangan jadi tertuduh. Bahaya kalau sewaktu-waktu motor saya jadi alat kejahatan," bilang pria berkumis lebat itu.

Cak Munir pertama nyemplak kuda besi kelas 2 SMA.

Saking lebatnya kumis Cak Munir, kadang kumisnya saja yang bergerak.

Apalagi kalau ada mahasiswa atau rakyat dilaporkan diculik.

Tapi ketika motoronya yang diculik, kumis Cak Munir tak bisa berbuat banyak.

Kembali Cak Munir membeli Mandra. Maksudnya, Supra 1999.

Pada September 2001, di lokasi yang sama (LBH Jakarta), motor itu diculik juga.

Supra ini diparkir lama lantaran ditinggal tugas ke Papua. Maklum, di Papua banyak orang lenyap tiba-tiba.

Iya, macam lenyapnya Supra Cak Munir.

Baca Juga: Kepergok Warga Desa Selingkuh dengan Istri Orang, Seorang Pemuda Harus Bayar Denda Sejumlah Satu Harga Motor

"Padahal setang dan roda telah dikunci," cerita kelahiran Malang, 8 Desember 1965 ini.

Ajaibnya, Supra yang dicolong itu dikembalikan lagi oleh pencurinya.

Itu setelah diberitakan di koran, si maling yang masih anak muda, kembali sembari menyerahkan duit Rp100 ribu.

Duit ini pengganti kerusakan kunci pengaman yang dirusak paksa.

Kebetulan si anak muda, tahu Cak Munir pembela rakyat kecil!

Cak Munir enggak langsung menerima motor dan uang tersebut.

Ia malah menyuruh si anak muda ke bengkel.

Si anak muda diminta memperbaiki sendiri kerusakan.

"Eh, dia balik lagi membawa motor. Itu sudah berikut kunci pengaman baru yang rapi," kenang Cak Munir yang dikenal berani.

Lha, orang belum berani menyentuh ABRI, dia geber tindakan aparat yang berlebihan.

Empat bulan dari kejadian itu, motornya kembali diculik dan tidak pernah ketemu lagi.

Ketika ditanya apakah mau beli motor lagi, ia menjawab, “He, he, he.., beberapa teman mengusulkan saya tak perlu pake motor.”

Baca Juga: Viral Video Polisi Tendang Pengendara Motor Hingga Jatuh, Netizen: 'Hormat Buat Pak polisi, Kami Mendukungmu!'

Tapi itulah sosok Munir.

Walau saat itu di kantornya bertengger Toyota Kijang dinas, dia tetap bikers sejati.

Ia lebih senang naik ojek.

Karena ojek lebih mudah menerobos sana-sini mengelak kemacetan.

Dari rumah kontrakannya saat itu di Tebet, tukang ojek setia di mulut gang, mengantarnya ke KONTRAS.

"Tukang ojek sudah kenal saya. Tiap pagi saya selalu naik rider langganan itu," bilang suami Suciwati ini.

Editor : Moh. Habib Asyhad

Baca Lainnya