Suar.ID -Anak-anak sekolah di Inggris harus mencari makanan di tempat sampah dan bahkan makan tisu toilet karena orangtua mereka tidak mampu memberi makan kepada mereka, menurut laporan sebuah badan amal terkemukavia Mirror(18/8/2019).
Laurence Guinness, kepala eksekutif Childhood Trust, telah memperingatkan bahwapeniadaan makanan gratis di sekolah membuatpuluhan ribu orangtua yang tidak memiliki uang tidak bisa memberi makan kepada anak-anak mereka, mengutip laporan dari Daily Express.
Angka-angka yang dirilis hari ini oleh Meals and More menunjukkan hingga empat juta anak berisiko mengalami kelaparan saat liburan musim panas, dengan lebih dari dua juta di antaranya (53 persen) berusia di bawah lima tahun.
Proporsi ini naik dari 51 persen tahun lalu.
Sekitar 700.000 berada dalam kemiskinan "parah", naik dari 600.000, sementara tujuh dari 10 berasal dari keluarga pekerja.
Laurence mengatakan, "Angka-angka ini mengerikan."
"Kami tahu anak-anak akan kelaparan, tetapi kami gagal mengatasi masalah ini secara memadai."
"Fakta bahwa anak-anak di negara yang makmur seperti Inggris tidak bisa mendapatkan cukup makan setiap hari adalah kabar yang mengejutkan, dan janji-janjipalsu yang dibuat oleh para politisi dalam konteks ini sangat parah."
Dia menambahkan bahwa minggu lalu dia bertemu dengan seorang bocah laki-laki berusia 15 tahun yang disuap oleh geng-geng penjahat untuk menjual obat-obatan sebagai ganti makanan.
Ada juga pemandangan mirisdi daerah kumuh London utara, di mana ada anak-anak yang berusia 12 tahun secara rutin mencari makanan di tempat sampah.
Dia mengatakan dia baru-baru ini bekerja di sebuah sekolah dasar di mana seorang anak laki-laki berusia delapan tahun mengunyah dan memakan kertas toilet untuk mencegah rasa lapar.
Bocah itu berkata, "Ini membuat sakit perut saya hilang".
Laurence mengatakan,"Ini adalah sisi gelap Inggris dan hatimu hancur melihatnya."
Direktur operasional badan amal, Peter McGrath, mengatakan, "Liburan musim panas harusnya berarti kesenangan, tetapi bagi jutaan anak, itu adalah masa ketidakpastian dan stres bagi orangtua yang melakukanhal terbaik untuk anak-anak mereka dalam keadaan sulit." (Adrie P. Saputra/Suar.ID)