Obat Kanker Mujarab Temuan Siswa SMA di Kalteng Rencananya akan Segera Dipatenkan

Kamis, 15 Agustus 2019 | 13:28
Doc. Humas Pemprov Kalteng

Viral Siswa SMA di Kalteng Temukan Obat Kanker Mujarab, Tolak Hadiri Undangan ke Turki Sebelum Hasil Penelitiannya Dipatenkan

Suar.ID - Dunia pendidikan Indonesia kembali menorehkan prestasi dari siswa SMA di Kalteng yang berhasil temukan obat kanker mujarab.

Obat kanker mujarab temuan siswa SMA di Kalteng, rencananya akan segera dipatenkan oleh pemerintah agar tak diklaim oleh negara lain.

Oleh sebab itu, siswa SMA di Kalteng penemu obat kanker mujarab itu menolak hadiri undangan ke Turki sebelum penemuannya dipatenkan.

Obat kanker mujarab yang dimaksudkan adalah berasal dari tanaman bajakah yang ada di daerah Kalimantan Tengah.

Baca Juga: Inilah Video Tanaman Bajakah Temuan Anak SMA yang Diyakini Bisa Sembuhkan Kanker

Tanaman langka itu disebut-sebut memiliki khasiat sebagai penyembuh kanker.

Hal ini seperti yang terungkap pada penelitian tiga siswa SMA asal Palangkaraya yang meneliti tanaman bajakah itu.

Bahkan, para siswa peneliti itu berhasil menyabet medali emas dalam ajang kompetisi ilmiah di Seoul, Korea Selatan.

Tak hanya itu, siswa SMA di Kalteng itu juga mendapat undangan untuk datang ke Turki untuk memaparkan seputar obat kanker mujarab dari tanaman bajakah.

Baca Juga: Fakta Tanaman Bajakah yang Bikin 2 Siswi Palangka Raya Raih Medali Emas, Bisa Sembuhkan Kanker tapi Tidak Bisa Dibudidayakan

Kisah inspiratif ini terkuak usai tiga orang siswi SMAN 2 Palangkaraya yang dibimbing oleh IBu Helita MPd, guru bilogi sukses menyabet medali emas di ajang World Invention Olympic (WICO) di Seoul, Korea Selatan.

Melansir dari laman Kompas.com, sebelumnya ketiga peneliti muda itu berhasil membuat serbuk teh dari kayu bajakah dan diikutkan dalam ajang kompetisi di Bandung, pada (10/5/2019).

Dalam ajang Youth National Sciencen air 2019 (YNSF) di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, mereka juga menyabet medali emas sekaligus tiket untuk melenggang ke Korea Selatan itu.

Akan tetapi, dalam perlombaannya yang di Korea Selatan, salah satu siswa yang bernama Yazid tidak ikut dan hanya diwakilkan dua temannya, Anggina Rafitri dan Aysa Aurealya Maharani.

Meski sempat tidak yakin, nyatanya apa yang mereka paparkan di ajang internasional itu berhasil meraih juara.

"Sehingga sangat tidak diduga, kami kembali berhasil meraih juara di tingkat internasional, dengan meraih juara dunia life science pada ajang World Invention Olympic (WICO) di Seoul, Korea Selatan. Kami kembali memperoleh medali emas dengan menggeser 22 negara yang ikut berkompetisi saat itu,” kata Aysa.

Mereka pun sukses mengharumkan nama Provinsi Kalimantan Tengah dan Indonesia di kancah dunia lewat penemuan obat kanker mujarab tersebut.

“Kami merasa senang sekali karena bisa membantu orang banyak, bermanfaat bagi semua orang dan membagi informasi tentang kearifan lokal Kalimantan Tengah. Ke depannya, kami akan terus berupaya menggali potensi alam lainnya, agar Kalimantan Tengah yang kaya akan sumber daya bisa bermanfaat bagi banyak orang,” ucap Anggina.

Baca Juga: Viral, 2 Wanita Cantik Suku Dayak Temukan Obat Kanker Payudara dan Raih Penghargaan Internasional di Korsel

Berkat kemampuannya tersebut, mereka bahkan diundang oleh pemerintahan Turki untuk memaparkan penelitiannya di negara tersebut.

Hanya saja, Gubernur Kalimantan Tengah melarang para penemu obat kanker tersebut sebelum mendapat paten dari pemerintah.

Hal ini seperti pengakuan dari Anggina saat ditemui wartawan Banjarmasin Post, pada (13/8/2019).

"Ya, setelah kami memenangkan karya ilmiah yang saat ini mendunia kabarnya, banyak yang ingin kami memaparkan soal itu termasuk dari Turki yang mengundang kami untuk datang ke sana memaparkan hasil temuan akar tanaman bajakah tersebut," ujarnya Anggina.

Namun, undangan tersebut diminta Gubernur Kalimantan Tengah, H. Sugianto Sabran untuk jangan dipenuhi dahulu, karena hasil temuan siswi SMAN 2 Palangkaraya tersebut, akan dipatenkan dahulu sehingga menjadi hak milik negara.

Ramuan akar tanaman Bajakah sebagai ramuan obat tradisional yang saat ini menjadi incaran banyak negara akan dipatenkan merupakan hak milik Kalteng dan merupakan temuan pelajar kita, ini akan saya buat untuk dipatenkan, ini adalah kekayaan alam kita di Kalteng," ujar Sugianto.

Pasalnya, orang nomor satu di Kalteng itu mengatakan penemuan siswa SMAN 2 Palankaraya itu patut dihargai.

Prestasi yang sangat membanggakan itu juga harus mendapat perlindungan agar tak diakui negara lain.

Baca Juga: Kisah Haru Renita Sukardi: Bertahan Hidup Usai Divonis Kanker Payudara hingga Akhirnya Meninggal Dunia

"Mereka diminta datang ke Turki untuk paparan soal temuan itu, saya minta jangan dipenuhi dulu, karena obat kanker dan tumor belum ada dan ternyata ada di hutan Kalteng," imbuhnya.

Meski begitu, Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof Dr dr Aru Sudoyo menyampaikan agar masyarakat tidak terlalu berharap lebih.

"Masyarakat tidak perlu terlalu berharap tinggi dengan hasil uji coba awal begitu. Ingat, tidak ada obat yang ajaib," ujarnya ketika dihubungi oleh Kompas.com via telepon pada Selasa (13/8/2019).

Menurut Aru, perlu dilakukan uji coba lebih lanjut atas penemuan obat kanker mujarab dari pohon bajakah itu.

"Karena uji coba awal dengan tikus itu berbeda dengan uji coba kepada manusia. Seringkali penelitian itu berhasil digunakan pada tikus, tetapi ketika (diuji coba) pada manusia hasilnya nihil. Dan itu banyak terjadi," kata Aru.

Selain itu, Aru juga tak menampik jika penemuan itu benar meski masyarakat tetap tak boleh terlalu berharap lebih.

Ia mengimbau masyarakat hanya menjadikan bajakah sebagai suplemen saja dan bagi penderita kanker tetap diimbangi dengan obat konvensional.

"Saya tidak menampik, ada kemungkinan memang bisa tumbuhan itu (Bajakah) digunakan untuk obat kanker. Tapi banyak fase yang harus dilalui, dan semoga saja ada yang mau membantu proses penelitian tersebut berlanjut," pungkasnya. (Novita Devy Prasetyowati/Grid.ID)

Artikel ini telah tayang di Grid.ID dengan judul: Viral Siswa SMA di Kalteng Temukan Obat Kanker Mujarab, Tolak Hadiri Undangan ke Turki Sebelum Hasil Penelitiannya Dipatenkan

Tag

Editor : Adrie P. Saputra