Mengenal Sunda Mengathrust, Ancaman Terburuk Bagi Jakarta dari Selatan Selat Sunda

Sabtu, 03 Agustus 2019 | 08:38
Wikipedia

Setting lempeng tektonik Sunda Megathrust

Suar.ID -Gempa Banten bermagnitudo 7,4 baru saja menggoyang Pulau Jawa, Jumat (2/8).

Gempa yang terjadi di barat daya Banten itu goncangannya begitu terasa hingga Jakarta, bahkan sampai di Solo, Jawa Tengah.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menginformasikan bahwa gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami.

Baca Juga: Gempa Banten Magnitudo 7,4: Inilah Pulau di Indonesia yang Digadang-gadang Paling Aman dari Ancaman Gempa

Berbicara mengenai gempa di sisi selatan Pulau Jawa, erat kaitannya dengan Sunda Megathrust.

Sunda Megatrust adalah wilayah pertemuan lempang Eurasia dan Indo-Australia yang lama dan bisa memicu gempa besar dan tsunami.

Konon, permodelan megatrust berpotensi gempa magnitudo 8,8 disertai tsunami setinggi 20 meter.

Megatrust Selat Sunda hanya satu yang bisa membangkitkan tsunami di Banten.

Selain Krakatau dan ancaman bencana lainnya.

Eko Yulianto, Kepala Bidang Dinamika Bumi dan Bencana Geologi Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, mengatakan, potensi gempa raksasa di Selat Sunda menjadi pengetahuan umum peneliti.

”Setelah gempa Aceh 2004 dan Sendai 2011, kalangan ilmuwan meyakini bahwa gempa dan tsunami raksasa bisa terjadi di seluruh zona subduksi di mana pun,” kata dia.

Di Indonesia, potensi gempa besar bisa di zona subduksi Mentawai, Selat Sunda, selatan Bali, Flores, hingga sekitar Ambon dan Papua.

Baca Juga: Sedang Bermain di Sungai, Bocah 9 Tahun Ini Tak Sengaja Temukan Fosil Telur Dinosaurus Berumur 66 Tahun

Eko pernah meneliti endapan tanah di sekitar Sungai Cikembulan, Pangandaran, Jawa Barat, untuk mencari jejak tsunami masa lalu.

Ditemukan jejak tsunami besar 400 tahun lalu.

”Data ini harus dikonfirmasi dengan pengeboran,” kata dia.

Skenario terburuk

Meski belum ada data rinci kapan periodisasi gempa di Selat Sunda, kata Widjo Kongko, harus disiapkan skenario terburuk.

Ia mengkaji dan membuat model dampak gempa dan tsunami berkekuatan Mw 9 yang berpusat di Selat Sunda.

Hasilnya, Jakarta yang berjarak 200-250 km dari pusat gempa berpotensi berguncang keras beberapa menit.

”Intensitas yang dirasakan di Jakarta bisa sangat kuat. Bisa menimbulkan kerusakan bangunan,” ujar dia.

Jakarta berada di atas tanah endapan atau aluvial yang karakteristiknya menambah amplifikasi guncangan.

Baca Juga: Sepatu Ini Terlihat Sangat Buluk dan Lusuh, Tapi Setelah Dijual Harganya Bikin Ternganga: Rp6,1 Miliar!

”Studi mikrozonasi sangat penting untuk tahu dampak gempa ini,” kata dia.

Guncangan terkeras akan dirasakan di sekitar Banten dan Lampung dengan potensi tsunami.

”Jika gempa sebesar ini terjadi di daerah dangkal dekat palung, tsunami di daerah sumber, puncaknya bisa 10-15 meter,” ungkap dia.

Tsunami itu bisa tiba di pantai utara Jakarta dengan ketinggian 5 meter.

Kajian empiris di sejumlah tempat, kata Widjo, ketinggian tsunami 5 meter di pantai landai, landaan ke daratannya bisa beberapa kilometer, tetapi tidak lebih dari 5 km.

”Kurang tepat kalau tsunami di Jakarta menjalar dari pantai selatan dan bisa hingga kawasan Sudirman,” ujar dia.

Setiap pembangunan infrastruktur di kawasan itu perlu memperhitungkan potensi gempa dan tsunami, seperti rencana Jembatan Selat Sunda dan Tembok Laut Raksasa Teluk Jakarta.

”Di rencana tapak Jembatan Selat Sunda, tinggi tsunami bisa 10 meter pada kedalaman 30 meter. Bisa menggerus dasar laut sekitar fondasi jembatan,” kata dia.

Baca Juga: Anggota ISIS Sedang Hamil yang Disiksa Sampai Tewas Diduga Berasal dari Indonesia, Pemerintah Lakukan Penyelidikan

Baca Juga: Wanita Malang Ini Dirudapaksa 12 Pria, Tapi Malah Dituduh Bersalah Setelah Pelaku Membuat Pengakuan Mengejutkan

Eko mengatakan, untuk kota Jakarta, yang perlu lebih diwaspadai dampak guncangan terhadap bangunan.

”Bangunan tahan gempa mutlak,” kata dia. (Kompas.com)

Editor : Moh. Habib Asyhad

Baca Lainnya