Suar.ID -Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang berafiliasi dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Papua beberapa kali menunjukkan kelengkapan senjata mereka.
Terkait hal itu, Kepala Penerangan Kodam 17 Cenderawasih Kolonel Inf M Aidi punya komentar sendiri.
Menurutnya, senjata-senjata dan amunisi tersebut berasal dari berbagai sumber.
Beberapa bulan yang lalu, kata Aidi seperti dilaporkan Kompas.com pada Jumat (26/7), seorang warga Polandia berhasil ditangkap di Wamena.
Orang itu ditangkap ketika sedang bertransaksi amunisi dengan anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Barang bukti yang berhasil diamakan saat itu berupa ratusan amusi.
Meski begitu, diduga sudah banyak yang lolos, sebelum ditangkap.
"Kemungkinan sudah lolos ribuan butir yang lain sebelum tertangkap," kata Aidi dalam keterangan tertulisnya, Jumat (26/7/2019)
Tak hanya itu, garis perbatasan negara yang sangat luas dan garis pantai Papua yang demikian panjang dan tidak mungkin bisa dijaga selama 24 jam, dinilai memungkinkan menjadi peluang pasokan amunisi dari luar.
Menurut Aidi, pasca kerusuhan Ambon dan Poso juga menjadi salah satu faktor tersebarnya senjata dan amunisi ke kelompok separatis di Papua.
Sebab, dari tangan perusuh di lokasi tersebut, belum semuanya berhasil ditarik kembali ke negara. "Kemungkinan sebagian besar disusupkan masuk ke Papua," tutur Aidi.
Sumber lain: terjadinya konflik di beberapa negara tetangga seperti Filipina juga menjadi peluang sumber pasokon amunisi dan senjata masuk ke Papua.
Selain itu, dalam beberapa kali penyerangan Pos TNI-Polri, anggota kelompok separatis berhasil merampas senjata dan amunisi dari tangan aparat keamanan.
Aidi juga menyebutkan, ada dugaan keterlibatan tokoh-tokoh Papua tertentu yang mendukung perjuangan KSB. Salah satu indikasinya, beberapa tokoh Papua diam dan tidak bereaksi ketika kelompok separatis melaksanakan serangkaian tindakan kekerasan, pembantaian, penyerangan, pemerkosaan dan lain-lain.
Sebaliknya, saat negara bertindak mengerahkan aparat keamanan TNI-Polri.
"Mereka ramai-ramai melancarkan protes, mengkritik, memaki, memfitnah bahkan meminta TNI-Polri ditarik dari Nduga," katanya.
Jadi, menurutnya, bukan tidak mungkin para tokoh Papua tertentu berada di balik pergerakan KSB di hutan.