9 Kisah Pendaki Gunung yang Hilang Selama 2018-2019, Mereka yang Selamat hingga yang Tak Ditemukan

Kamis, 11 Juli 2019 | 06:30
Pixabay.com

(Ilustrasi) Kisah pendaki gunung yang hilang

Suar.ID - Berbagai peristiwa hilangnya pendaki gunung terjadi antara tahun 2018 hingga 2019.

Bahkan, beberapa waktu lalu hilangnya Thoriq Rizky Maulidan sempat menghebohkan publik.

Meski ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa, namun beruntungnya jenazahnya berhasil ditemukan dan dievakuasi.

Karena dari kisah lainnya, ada juga yang tak ditemukan hingga sekarang.

Berbagai kisah pendaki gunung yang hilang semoga menjadi pelajaran.

Baca Juga: Viral Video Teriakan Thoriq Pendaki yang Hilang di Gunung Piramid Bondowoso, Ini Penjelasan PMI

Beberapa pendaki di beberapa gunung yang ada di Indonesia sempat dinyatakan hilang.

Salah satunya Alvi yang hilang saat mendaki Gunung Lawu, Senin (31/12/2018). Hingga berita ini ditulis, keberadaan Alvi belum ditemukan.

Hal sama terjadi pada Galih Andika. Setelah mendaki Gunung Bawakaraeng, Minggu (19/2/2019), Galih dinyatakan hilang dan tiga bulan kemudian jenazahnya ditemukan tinggal tulang belulang.

Sementara keberuntungan masih berpihak kepada tiga pendaki yang berusia lanjut, yaitu Dg Ngalle (55), Dg Lu'mu (45), dan Dg Romba (65). Setelah dinyatakan hilang selama dua hari, mereka bertiga ditemukan selamat. Berikut 9 kisah pendaki yang sempat hilang di gunung yang ada di Indonesia:

Baca Juga: Sangat Dekat dengan Adik Ipar, Nagita Slavina Sebut Syahnaz Sadiqah Ibu Hamil Paling Ribet dan Cengeng

1. Alvi Kurniawan (20)

Instagram/@mountnesia

Alvi yang hilang di Gunung Lawu

Alvi Kurniawan, pendaki asal Desa Mejing, Kecamatan Candi Mulyo, Kabupaten Magelang, dilaporkan hilang saat mendaki puncak Gunung Lawu pada Senin (31/12/2018).

Humas Basarnas Pos Surakarta Yohan Tri Anggoro mengatakan, hilangnya Alvi setelah diajak balapan menuju puncak oleh seorang wanita pendaki asal Wonosobo di hari kejadian, via lajur pendakian Candi Cetho sekitar pukul 10.00 WIB. Alvi mendaki bersama 6 rekannya.

Namun, saat tiba di Pasar Dieng sekitar pukul 12.15 WIB, wanita pendaki asal Wonosobo kecapekan hingga akhirnya Alvi melanjutkan mendaki ke puncak sendirian.

Alvi Kurniawan dilaporkan hilang oleh rekannya sesama pendaki Wahyu Chandra.

Pencarian sudah sempat dihentikan sepekan setelah Alvi dinyatakan hilang, yakni pada 8 Januari 2019. Hal itu sesuai dengan prosedur pencarian korban yang ada.

Pendakian Gunung Lawu yang sebelumnya ditutup kembali dibuka tiga hari kemudian. Namun, tim tetap melakukan pencarian selama 23 hari.

Terakhir, keluarga Alvi dari Magelang pun datang ke Gunung Lawu dan ikut melakukan pencarian pada Selasa (22/1/2019).

Pencarian Alvi ditutup total pada Kamis (24/1/2019) setelah keluarga Alvi mengikhlaskan.

Baca Juga: Kini Ngakunya Sibuk Bantu Bisnis Barbie Kumalasari, Alasan Galih Ginanjar Digugat Cerai Fairuz Dulu Dibongkar Nikita Mirzani

2. Galih Andika (20)

Galih Andika dilaporkan terpisah dari rekannya di Pos 6 Bawakaraeng saat perjalanan dari puncak ke Kampung Lembanna, Minggu (19/2/2019).

Selama 15 hari Galih dinyatakan hilang, ayahnya masih setia menunggu anaknya di Lembanna.

Menurut Sri, ibu kandung Galih, dia terakhir bertemu Galih pada Jumat (8/2/2019) saat meminta izin mendaki ke Bawakaraeng.

"Seusai shalat Jumat Galih pamit. Mau mendaki ke Gunung Bawakaraeng bersama dua rekannya," kata Sri, warga Perumahan Mangga Tiga, Daya, Makassar.

Basarnas sempat melakukan pencarian selama tujuh hari, 11-17 Februari. Namun, hasilnya nihil.

Setelah menghilang 3 bulan, Galih ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa dan tinggal tulang belulang di hulu tenggara sungai Gunung Bawakaraeng, Gowa, Sulawesi Selatan, Selasa (21/5/2019).

"Tim SAR gabungan sudah berhasil mengevakuasi Rabu dini hari tadi. Tim SAR berangkat dari posko Buluballea setelah menerima laporan warga yang menemukan tulang belulang itu," kata Humas Basarnas Kota Makassar Ade Hamsidar, Rabu (22/5/2019).

Baca Juga: Hilang Selama 25 Hari, Mahasiswi Unpad Diduga Kena Gendam hingga Diperlakukan Tak Senonoh oleh Pelaku

3. Husnawati Tombo (30)

Husnawati Tombo (30), warga Bangun Sari, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra), tewas terseret arus di Desa Tinukari, Kecamatan Wawo, Kabupaten Kolaka Utara (Kolut).

Husnawati adalah seorang relawan dari Kelompok Pencinta Alam Kepal yang ikut dalam rombongan evakuasi 12 pendaki yang terjebak di Gunung Mekongga karena cuaca buruk dan satu pendaki bernama Cindy (18) yang terkena hipotermia.

Insiden itu terjadi saat korban hendak menyeberang di penyeberangan kedua dalam proses evakuasi, Kamis (2/5/2019) sekitar pukul 11.00 Wita.

Saat korban menyeberang sekitar tiga meter masuk sungai di kawasan pegunungan Mekongga, tiba-tiba pegangannya lepas kerena kemungkinan korban tidak kuat menahan arus sungai dan akhirnya hanyut terseret air.

“Setiap penyeberangan sungai memang disiapkan tali untuk pegangan karena arus sungai cukup deras, pegangan korban terlepas dan akhirnya terseret,” kata Agustian, saat dihubungi, Kamis.

Korban ditemukan di lokasi yang jaraknya kurang lebih satu kilometer dari titik korban hanyut.

"Tim gabungan sempat mengejar mengikuti sungai sampai ke hulu. Warga sudah menunggu di bagian bawah, dan akhirnya ditemukan sudah dalam keadaan meninggal dunia,” ujar dia.

Selain karena terseret arus, korban diduga meninggal karena terhantam batu sungai.

Baca Juga: Proyek 'Gila' Pengusaha UEA, Ingin Tarik Gunung Es di Antartika ke Teluk Arab Sebagai Stok Air Minum

4. Fatur Rohman (14)

Fatur Rohman (14) asal Kelurahan Kambowa, Kecamatan Kambowa, Kabupaten Buton Utara, dinyatakan meninggal dunia saat mendaki puncak Gunung Sumbing, Kabupaten Wonosobo, sejak Jumat (5/4/2019).

Fatur dan tiga rekannya, Disa (13), Wildan (17), dan Sultan (16), yang berasal dari Jawa Timur, mengalami hiportemia di atas puncak Gunung Sumbing.

Mereka mendaki melalui jalur base camp Stickpala atau Garung Reco, Kecamatan Kalijajar, Kabupaten Wonosobo, sekitar pukul 15.50 WIB.

Tim SAR menemukan tiga pendaki di atas pos 3 tepatnya di atas Watu Pestan.

Fatur Rahman ditemukan di bawah puncak Rajawali di ketinggian 3.371 mdpl.

5. Jaenudin

Jaenudin dilaporkan tewas di Gunung Karang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Selasa (26/2/2019).

Korban yang merupakan warga Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, tewas diduga karena sakit jantung.

Jaenudin mendaki bersama empat orang lain, yakni Mahmur, Ajiji Rahmat, Dede Setiawan, dan Sartono.

Mereka mulai mendaki Gunung Karang, Senin (25/2/2019) pukul 14.00 WIB.

Dari keterangan yang didapat polisi, kelima orang tersebut hendak ke Penjarahan Sumur Tujuh, ditemani satu guide bernama Sahani, warga setempat.

Saat hendak mulai mendaki, korban mengatakan kepada pendaki lain, Mahmur, bahwa korban mempunyai penyakit jantung dan sedang berobat jalan. Namun, korban tetap nekat mendaki.

Saat tiba di Sumur Tujuh, setelah shalat Asar, korban sempat mengeluh kesakitan di bagian dada dan tidak lama kemudian tersungkur dan meninggal dunia di tempat.

Korban berhasil dievakuasi Selasa (26/2/2019) pukul 02.00 dini hari oleh BNPB, aparat kepolisian, dan warga setempat, serta langsung dilarikan ke RS Berkah Pandeglang.

Baca Juga: Nyaris Dijadikan Tumbal Ritual Sesat dengan Cara Dipenggal, Balita 3 Tahun Berhasil Diselamatkan Polisi

6. Safiq Fadilah (14)

Safiq Fadilah (14), santri dari Pondok Pesantren Nuruh Huda, Purbalingga, dapat dievakuasi oleh tim SAR dari dasar jurang sedalam 7 meter di sekitar puncak Gunung Slamet pada Rabu (26/9/2018).

Safiq terpeleset di bebatuan di kawasan batu merah di sekitar puncak yang terkenal kawasan rawan di kalangan para pendaki.

“Sekitar pukul 12.15 WIB, basecamp menerima telepon mengaku dari pendaki. Dia melaporkan jika ada temannya yang jatuh ke jurang di kawasan batu merah puncak,” kata Slamet Ardiansyah, koordinator basecamp.

Proses evakuasi Safiq membutuhkan waktu kurang lebih 60 menit.

Safiq mengalami luka di bagian pelipis karena terbentur batu saat terjatuh.

Setelah Safiq terjatuh ke lereng, pihak pengelola jalur Bambangan, melarang pendaki berada di puncak lebih dari pukul 12.00.

Menurut petugas, setelah lewat setengah hari, cuaca di puncak dapat berubah hanya dalam hitungan menit.

Baca Juga: Video Detik-detik Bocah 2 Tahun Tiba-tiba Tangannya Tersedot Saat Menaiki Eskalator

7. Muhammad Ainul Takzim (26)

Muhammad Ainul Takzim (26) adalah salah satu pendaki Gunung Rinjani asal Makassar yang tewas karena tertimpa longsor bebatuan ketika beranjak dari Danau Segara Anak, Gunung Rinjani.

Staf Balai Litbang LHK Makassar itu sedang berada di Gunung Rinjani itu saat gempa bumi di Pulau Lombok pada Minggu pukul 06.47 Wita.

Hingga pukul 15.00 wita ada 333 pendaki Gunung Rinjani yang masih terjebak di atas.

Mereka tidak bisa turun karena jalan turun tertutup longsor.

Uspi, seorang porter, menceritakan saat gempa terjadi ada sekitar 1.000 pendaki di sekitar Segara Anakan.

"Ada ratusan yang masih belum bisa keluar. Karena saat kami di atas ada 1.000-an pendaki yang masih berada di atas Gunung Rinjani," tutur Uspi yang berhasil turun pada Minggu sore.

Menurut Uspi, jalur pintu Senaru di Kabupaten Lombok Utara dan pintu Sembalun di Kabupaten Lombok Timur sudah tidak bisa dilewati karena tertutup material longsor dan bongkahan batu. "Sudah enggak bisa lewat, kalau dari danau," ujarnya.

Baca Juga: Petaka 'Gaji Pertama' Bekerja, Niat Bersenang-senang Wanita Ini Justru Tewas Secara Tragis

8. Dg Ngalle (55), Dg Lu'mu (45), dan Dg Romba (65)

Tiga pendaki yang berusia lanjut, yaitu Dg Ngalle (55), Dg Lu'mu (45), dan Dg Romba (65), warga Desa Salu Toa, Desa Parigi, Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa, yang sempat dinyatakan tersesat akhirnya berhasil turun dari Gunung Bawakaraeng, Minggu (28/1/2018) malam.

Staf Humas Basarnas Makassar, Hamsidar, mengatakan, ketiga pendaki asal Kabupaten Gowa ini berhasil turun dari Gunung Bawakaraeng tembus ke Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai.

Ketiganya tersesat karena faktor cuaca buruk dan telah berusia tua.

"Alhamdulillah, ketiganya berhasil selamat dan kondisinya sehat. Ketiga pendaki ini terpisah dengan enam rekannya di Pos 9 dan mereka dari Pos 10 menuju Lembanna. Mereka salah jalur di Pos 9 dan mereka melalui jalur Tasoso, Kabupaten Sinjai," kata Hamsidar.

Ketiga pendaki ini dinyatakan tersesat dan hilang setelah enam rekannya telah turun dari Gunung Bawakaraeng, Sabtu (27/1/2018) malam.

Keenam pendaki yang selamat dan tiba di Kabupaten Gowa menyatakan, ketiga rekannya tersesat dan hilang di Pos 9 Gunung Bawakaraeng.

Sembilan pendaki yang berasal dari satu desa tersebut memulai perjalanan ke Gunung Bawakaraeng sejak 22 Januari 2018.

Baca Juga: Kesaksian Eko Wanadri yang Pertama Kali Temukan Jasad Thoriq, Berawal dari Kecurigaan Pohon Patah

9 Thoriq Rizky (15)

Tangkap layar Instagram @mbahmijan
Tangkap layar Instagram @mbahmijan

Video detik-detik tim SAR evakuasi jenazah Thoriq

Thoriq Rizky (15), pendaki asal Kabupaten Bondowoso, ditemukan meninggal setelah dinyatakan hilang selama 12 hari setelah mendaki Gunung Piramid.

Thoriq mendaki bersama tiga rekannya Minggu (23/6/2019) untuk melihat sunset di gunung yang berada di kawasan Pegunungan Argopuro.

Jenazah Thoriq ditemukan tersangkut di pohon di kawasan punggung naga Gunung Piramid.

Untuk mencapai lokasi penemuan jenazah, tim harus berjalan kaki selama 3 sampai 4 jam karena berada di jurang dengan kedalaman 500 meter.

Proses evakuasi baru dilakukan Sabtu (6/7/2019) pagi dengan melibatkan 100 relawan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul 9 Kisah Pendaki yang Hilang di Gunung Indonesia, Selamat Setelah Jatuh ke Jurang hingga Tidak Ditemukan sampai Sekarang

Editor : Masrurroh Ummu Kulsum

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya