Fakta Di Balik Pasar Bubrah Gunung Merapi yang Terkenal Angker dan Disebut Pasar Setan

Sabtu, 06 Juli 2019 | 10:24
Travelnatic

Salah satu penampakan di Pasar Bubrah

SUAR.ID-Gunung Merapi hingga saat ini disebut sebagai salah satu gunung paling aktif di dunia dan diyakini bisa meletus sewaktu-waktu.

Salah satu legenda paling terkenal dan menggema di telinga masyarakat mengenai keangkeran Gunung Merapi adalah misteri Pasar Bubrah.

Disebut demikian karena hawa mistis dan cerita keangkerannya telah berkembang dan melekat bagi warga sekitar. Konon kabarnya, tempat tersebut disebut sebagai pasarnya para jin.

Selain itu Gunung Merapi kerap disangkut-pautkan dengan tokoh mistis bernama Mak Lampir yang sangat kesohor di kalangan penikmat sandiwara radio.

Baca Juga: Thoriq Ditemukan Tak Bernyawa, Begini Dugaan Bagaimana Pendaki SMP Itu Meninggal di Gunung Piramid

Kisah-kisah tersebut konon bukanlah isapan jempol belaka, banyak masyarakat yang mengamini kisah tersebut.

Bahkan cerita tersebut sudah lama berkembang di masyarakat, dan hal ini sudah menjadi rahasia umum jika memang Gunung tersebut adalah salah satu kawasan yang angker.

Selain itu juru kunci Gunung Merapi bernama Mbah Marijan juga sempat beberkan mengenai keberadaan kerajaan ghaib di daerah pasar bubrah.

Bagi para pendaki, kisah-kisah tersebut tidaklah asing di telinga mereka, ketika mendengar tawar-menawar didaerah tersebut, layaknya transaksi manusia di sebuah pasar.

Baca Juga: Pablo Benua Bisa Saja Cekikikan Saat Dilaporkan Fairuz, Tapi Pakar Mikro Ekspresi Ungkap Hal Berbeda

Maka seorang pendaki jika ingin mengambil benda apa puan dari tempat tersebut seperti batu atau apapun harus meninggalkan uang recehan dengan menjatuhkannya ke tanah.

Selain kisah mistis yang menyelimuti daerah tersebut, Pasar Bubrah juga terkenal lain daripada yang lain, dari semua lokasi di Gunung Merapi.

Tempatnya yang tandus dan gersang berbeda dengan keadaan lereng dan gunung pada umumnya yang dipenuhi tanaman-tanaman hijau, dan segar.

Sabagai salah satu gunung aktif, Pasar Bubrah adalah pos sekaligus tempat terakhir untuk para pendaki.

Baca Juga: 'Jangan Takut Papa Ada di Sini' Ujar Seorang Ayah Sebelum Mencekik Putrinya hingga Tewas

Setelah sebuah insiden menewaskan salah satu pendaki bernama Eri pada 2015 silam ketika jatuh ke kawah merapi di puncak Garuda.

Untuk itulah para pendaki diharapkan untuk berhenti di Pasar Bubrah mengingat kondisi puncak gunung yang bisa mengancam nyawa sewaktu-waktu.

Berbicara mengenai pasar bubrah tempat ini adalah salah satu tempat yang di Merapi yang disebut jauh dari kesan subur.

Disebut demikian karena tempat ini adalah satu-satunya sisa dari letusan gunung merapi di mana kontur tanahnya dipenuhi dengan batuan vulkanik.

Pada lokasi tersebut banyak batu-batuan besar yang merupakan sisa-sisa letusan Gunung Merapi.

Menurut sebuah penelitain menyebutkanMerapi Baru terbentuk 2.000 tahun lalu hingga sekarang, ditandai dengan pembentukan kerucut Merapi di dalam kawah Pasar Bubrah.

Selama periode Merapi baru, terjadi beberapa kali letusan eksplosif. Letusan besar Merapi diperkirakan pernah menutup Candi Sambisari di Kalasan, Yogyakarta, berjarak sekitar 23 kilometer dari puncak gunung, seperti dikutip dariKompas.com.

Baca Juga: Barbie Kumalasari Panik saat Berliannya akan Diuji Keasliannya dengan Diamond Detector

Letusan Merapi bertipe plinian, dengan ciri tekanan gas sangat kuat karena pengaruh jenis magma yang kental dan bersifat asam, membentuk kolom letusan vertikal dengan ketinggian bisa mencapai 25 kilometer.

Selain itu sisa-sisa dari letusan tersebut juga menimbulkan bau menyengat belerang dari tanah di sekitaran Pasar Bubrah.Tipe letusannya tetap luncuran awan panas, tetapi kecepatan proses dan intensitasnya sedemikian besar.

Awan panas atau disebut pyroclastic flowadalah aliran gas dari dalam perut gunung api yang membawa material batu, kerikil, pasir, dan debu, yang kini ada di Pasar Bubrah.

Kecepatan aliran tersebut bisa mencapai 100 km per jam, tergantung tekanan yang keluar dari dalam. (Afif Khoirul)

Editor : Yoyok Prima Maulana

Baca Lainnya