Perjuangan Pak Ahmad: Setiap Hari Menembus Hutan Sejauh 135 km dengan Kondisi Jalan Berlumpur Demi Mengajar Murid-muridnya

Jumat, 28 Juni 2019 | 08:54
New Straits Times

Ahmad Saidin Mohd Idris (40) menembuh hutan untuk mengajar anak-anak Orang Asli.

Suar.ID -Ahmad Saidin Mohd Idris (40), ayah dari dua anak, memulai harinya pada jam 5 pagi untuk melakukan perjalanan 2 jam sehari melalui 135 km dengan sepeda motornya untuk mengajar di SK Lenjang, Kuala Lipis, Pahang, Malaysia.

Dibalut dengan pakaian kasual, iaberangkat kerja melalui jalan berlumpur di tengah hutan lebat.

Dalam Hutan itu masih terdapat banyak binatang liar dan kadang turun hujan lebat yang membuat jalan berlumpur semakin sulit untuk dilalui.

Menurut New Straits Times (17/5/2017), dia diketahui mengajar465 anak-anak Orang Asli - kelompok etnis pribumi yang menghuni semenanjung Malaysia dan tidak digolongkan sebagai orang Melayu - dari 17 permukiman di sekitarnya.

Baca Juga: (Video) Guru Cantik Ini Rela Dipeluk oleh Murid-muridnya agar Mereka Semangat untuk Belajar

Berbicara kepada New Straits Times, dia menjelaskan bahwa begitu dia tiba, diamembersihkan diri dan beralih ke pakaian formalnya.

"Jika saya berpakaian rapi, pakaian saya sebelumnya mungkin kotor terutama karena melewati jalan daerahPos Betau (pemukiman Orang Asli) yang kondisinya buruk."

"Lebih buruk lagisaat hujan deras karena jalan tidak hanya akan memiliki genangan air besar, tetapi juga menjadi licin."

"Jatuh dari sepeda motor bukanlah hal baru bagi sebagian besar dari kita pada awal bekerja."

New Straits Times

Suasana sekolah.

Baca Juga: Miris, Ingin Bongkar Praktik Pungli di Sekolahnya, Nasib Guru Honorer Ini Justru Berakhir Tragis

"Tetapi sekarang sebagian besar dari kita sudah mengenal dkondisi jalannya," katanya.

Setelah berada di sekolah selama lebih dari 3 tahun, ia menambahkan bahwa perjalanan itu hanyalah bagian dari pekerjaan, tantangan sebenarnya terletak padasumber daya alam dan infrastrukturyang kurang lengkap.

Sekolah masih mengandalkan air dari sungai terdekat untuk persediaan air, juga listrik memakai tenaga surya, membuat para guru akhirnya terbiasa dengan situasi tersebut.

Ahmad Saidin juga melatih dan mendorong murid-muridnya untuk berpartisipasi dalam olahraga karena memberi mereka kesempatan untuk melakukan perjalanan di luar sekolah untuk turnamen.

Sedangkan untuk perayaan Hari Guru, para pendidik tidak mengharapkan apa-apa dari siswa mereka, tetapi sebaliknya akan sering menyelenggarakan makanan khusus untuk siswa dan membagikan cokelat.

Semua orang di sekolah dianggap keluarga, dan selama pertandingan atau hari-hari olahraga, seluruh sekolah termasuk staf pendukung seperti penjaga keamanan dimasukkan dalam perayaan.

Sebagian besar guru juga menasihati siswa mereka tentang tindakan setelah Kelas Enam untuk memastikan mereka lanjut ke SMP alih-alih berhenti setelah pendidikan sekolah dasar mereka.

"Sebagian besar guru di sini juga telah belajar beberapa kata dari dialek Semai yang memungkinkan kami untuk menjadi dekat dengan siswa."

New Straits Times

Ahmad Saidin Mohd Idris (40)

Baca Juga: Ngamuk Dibilang Banci, Oknum Guru Ini Pukuli Siswinya Berulang Kali

"Untuk memberikan pelatihan tambahan, beberapa guru yang tinggal di kantor staf di dekatnya mengadakan kelas tambahan untuk siswa Kelas Enam yang tinggal di asrama pada malam hari," katanya.

Sejak berita perjuangan Ahmad Saidin viral, ia telah menerima banyak tawaran untuk membantu memudahkan perjalanannya untuk bekerja, tetapi dia menolaknya, dia malah mengalihkan bantuan mereka kepada para siswa Orang Asli yang membutuhkan bantuan.

kebahagiaanku

Sekolah di pelosok pedalaman.

"Saya senang mengajar di sini dan senang dengan apa yang saya lakukan."

"Sebaliknya, akan lebih baik jika orang dapat membantu anak-anak Orang Asli, dan saya yakin mereka akan berterima kasih." (Adrie P. Saputra/Suar.ID)

Editor : Adrie P. Saputra

Sumber : New Straits Times

Baca Lainnya