Kisah Getir Monika, Diiming-imingi Pernikahan Indah dengan Pria China Justru Disiksa dan Dijahati Mertua

Rabu, 26 Juni 2019 | 09:52
Freepik.com/doidam10

Monika tidak menyangka, perkenalannya dengan pria asal China justru berakhir nestapa (Ilustasi).

Suar.ID – Ini adalah kisah seorang perempuan asal Pontianak, Kalimantan Barat, bernama Monika (23) yang menjadi korban penipuan.

Monika tidak menyangka, perkenalannya dengan pria asal China justru berakhir nestapa.

Bukan pernikahan indah dengan pria tersebut, Monika justru mendapat siksaaan dan perlakuan tidak manusiawi di negara orang.

Berawal dari Monika yang menerima uang sebesar Rp 17 juta untuk menikahi seorang pria China berusia 28 tahun.

Baca Juga: Ngamuk Dibilang Banci, Oknum Guru Ini Pukuli Siswinya Berulang Kali

Baca Juga: Mitos Makna Kedutan di Hidung, Sisi Kiri dan Kanan Artinya Beda Lo!

Namun, pria itu malah menyiksanya ketika ia menolak untuk berhubungan seks.

Ibu mertuanya juga tidak kalah jahat, ia selalu melecehkan Monika secara verbal maupun fisik selama ia tinggal di kediaman pria tersebut di privinsi Hebei, 122 kilometer dari Beijing.

Monika yang bertubuh kecil dan berambut lurus ini adalah satu dari 29 perempuan Indonesia yang menjadi korban jaringan perdagangan manusia di China.

Mereka diiming-imingi hidup nyaman tetapi kemudian dipaksa menikah atau bekerja tanpa bayaran di negeri Tirai Bambu itu.

Monika kini mengenang potongan kehidupan yang sekarang berusaha dia lupakan itu.

Perempuan yang hanya sempat mencicipi pendidikan hingga SMP itu tak bisa berbahasa Inggris atau China.

Satu-satunya bahasa yang dia ketahui hanyalah bahasa Indonesia.

"Si perantara mengatakan saya akan hidup enak di China. Saya bisa mengirim uang untuk orangtua saya dan suami saya akan memberikan pinjaman," kenangnya.

"Perantara itu juga mengatakan, saya bisa pulang dan menjenguk orangtua kapan pun saya mau," tambah dia.

Baca Juga: Beradu Akting dengan Petarung WWE Dave Bautista, Iko Uwais Lakukan Ini saat Pertama Kali Bertemu

Baca Juga: Pemilik Rumah Kontrakan Ini Tak Kuasa Menahan Tangis karena Ulah Penyewa yang 'Nyampah' dan Buang Feses Sembarangan

Setelah hanya satu kali bertemu, Monika memutuskan untuk menerima tawaran itu dan pergi ke kota Singkawang, 150 kilometer dari Pontianak.

Di Singkawang, ia bertemu dua pria asal China dan diminta memilih salah satu sebagai suaminya.

Monika kemudian memilih pria yang berusia 28 tahun dan dengan bantuan penerjemah mereka berbincang selama dua jam.

Sehari setelahnya, mereka bertemu di sebuah salon tempat Monika memoles penampilannya.

Kemudian, Monika dan pria China itu bertukar cincin, menandatangani dokumen pernikahan yang ditulis dalam bahasa China dan Indonesia serta berfoto.

Sebagai maskawin, Monika menerima uang tunai Rp 18 juta dengan Rp 1 juta menjadi hak si perantara.

Sepekan setelah prosesi sederhana itu, Monika sudah dalam pesawat terbang menuju ke China.

Monika mengatakan, meski ia sudah meneken dokumen, ia berpikir mereka baru bertunangan dan pernikahan akan menyusul setibanya ia di China.

Namun, saat tiba di China, Monika langsung dibawa ke kediaman keluarga sang pria. Saat itulah ia menyadari telah menjadi korban penipuan.

Baca Juga: Steve Emmanuel Ungkap Alasan Pakai Narkoba di Usia Muda dan Sebut Anak di Persidangan

Baca Juga: Mitos Makna Kedutan di Hidung, Sisi Kiri dan Kanan Artinya Beda Lo!

Penghasilan sebulan sang suami tak mencapai Rp 10 juta seperti yang dijanjikan sang perantara.

Setiap hari mulai pukul 07.00 hingga 19.00, Monika harus membuat bunga kertas untuk dijual sang ibu mertua.

Meski sudah ikut membantu, tak jarang Monika kerap dihukum tak mendapat makanan dan dia juga tak diizinkan mengakses internet.

Akibatnya, Monika sepenuhnya terputus dari keluarga dan teman-temannya di Indonesia.

"Ibu mertua saya amat menakutkan. Saya masih trauma jika memikirkan dia. Melihat dia dari jauh saja sudah cukup membuat saya ketakutan," ujar Monika.

Meski dilarang mengakses internet, Monika selalu mencuri waktu menggunakan internet terutama untuk belajar sedikit bahasa Mandarin.

Setelah menguasai beberapa kosa kata dan mempelajari cara menuju ke kantor polisi, Monika kemudian menggunakan taksi untuk menuju ke markas kepolisian setempat.

Pixabay

Di sana dia menceritakan semua masalahnya dan polisi kemudian meminjamkan telepon untuk menghubungi kedutaan besar Indonesia di Beijing.

Pada Sabtu akhir pekan lalu, Monika tiba kembali di Jakarta setelah 10 bulan masa yang penuh derita itu.

"Saya lega tidak memiliki anak dengan dia. Apa yang terjadi dengan anak-anak saya jika ayah mereka suka memukul ibunya dan memiliki nenek yang kejam?" kata Monika.

"Saya amat tertekan selama hidup di China sehingga nyaris gila. Saya menangis tiap malam. Kini saya hanya ingin bekerja agar adik-adik saya bisa sekolah," dia menegaskan.

Awal bulan ini, setelah mengetahui kasus Monika, polisi menggerebek sebuah rumah di Pontianak yang diyakini adalah milik sang perantara.

Operasi itu mengungkap adanya 60 perempuan yang akan diterbangkan ke China untuk menikahi pria yang sudah membayar hingga Rp 400 juta untuk satu perempuan.

Sementara di China, pekan lalu kepolisian negeri itu menyelamatkan 1.147 perempuan warga asing korban perdanganan manusia.

(Ervan Hardoko)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Perempuan Indonesia yang Dijual untuk Menikahi Pria China"

Baca Juga: Pemilik Rumah Kontrakan Ini Tak Kuasa Menahan Tangis karena Ulah Penyewa yang 'Nyampah' dan Buang Feses Sembarangan

Baca Juga: Rujak Cingur Bu Mella yang Harganya Rp 60 Ribu per Porsi Berencana Pindah karena Pembeli Semakin Membeludak

Editor : Masrurroh Ummu Kulsum

Sumber : kompas

Baca Lainnya