Suar.ID – Sudah hari kelima hilangnya mantan kapten Persis Solo, Ferry Anto, namun nasibnya belum diketahui.
Ferry Anto hilang terseret ombak bersama putrinya Freya Fajrina Dwi Saputri, yang masih berusia tujuh di Pantai Baru, Poncosari, Srandakan, Bantul, Yogyakarta, Kamis (20/6/2019) pagi.
Jazad sang putri telah ditemukan tim SAR pada Sabtu (22/6/2019), dan langsung dimakamkan di hari yang sama.
Sementara nasib Ferry masih belum diketahui. Namun petunjuk mulai didapatkan tim SAR.
Melansir Kompas.com, sesuai menemukan jazad Freya Fajrina Dwi Saputri, tim SAR sudah menemukan celana yang dipakai oleh Ferry.
"Baru celana Ferry yang diketemukan di timur tempat kejadian perkara (lokasi penemuan jenazah Freya) kemarin," kata Suryono, saudara dari Ferry, saat dihubungi Kompas.com.
Sebelum hilang terseret ombak saat tengah berjalan-jalan di tepi pantai bersama putrinya, Ferry sempat mengunggah status WhatsApp (WA).
Melansir TribunJateng.com, Ferry mengunggah foto seorang pria berlatar pantai dalam status Whatsapp, Kamis (20/6/2019) pagi.
"@pantai baru Bantul DIY", begitu tulisan dalam status Ferry, yang diunggah pukul 09.10 WIB.
Pria yang membelakangi kamera daam status WA Ferry diduga adalah dirinya.
Ia mengenakan kaus biru laut, tas slempang, sandal putih, dan celana pendek hitam.
Namun terdapat keganjilan tentang status WA tersebut lantaran diunggah pada pukul 09.10.
Sementara itu berdasar laporan tim SAR, Ferry hilang sekitar pukul 08.30.
Ada selisih waktu sekitar 40 menit dari kabar itu.
Baca Juga: Anti-China, Mantan Menteri Luar Negeri Filipina Tak Diizinkan Menginjakkan Kaki di Hong Kong
Selain itu, dalam foto berlatar pantai tersebut tertangkap penampakan ombak yang tidak biasa.
Hal tersebut diungkapkan oleh seorang warganet bernama Aditya Wahyudin dalam sebuah postingan Facebook yang menjadi viral dan telah dibagikan lebih dari 87.000 kali.
Dalam postingannya, Aditya Wahyudin yang tinggal di pesisir pantai membahas mengenai area terlarang di pantai di yang disebut boleran.
Boleran ini umum dikenal sebagai rip currentalias arus balik air laut dari gelombang yang menuju pantai.
Boleran ini memiliki ombak yang tenang dan tidak pecah, berbeda dengan kondisi ombak di sekitarnya.
Namun justru inilah yang sangat berbahaya karena kecepatan arus balik air bisa mencapai 8 km/jam.
Seringnya wisatawan akan tertarik untuk berenang di dalamnya dan tidak sadar telah terbawa ke tengah laut.
Dalam foto di status WA Ferry Anto, Aditya Wahyudin menandai titik ombak yang diduga adalah boleran.
Ombak yang ditandai oleh Aditya Wahyudin tampak tidak memecah. Terlihat celah di antara gelombang yang menuju pantai.
"Di foto kurang jelas, tpi terlihat dikit itu area boleran, tpi bisa jadi itu bukan area boleran. tpi tanda tandanya sudah ada,, ombak tidak memecah," tulis Aditya Wahyudin.
Bila seseorang telah masuk ke dalam boleran seperti itu, memang akan susah untuk keluar dari arus yang akan membawanya ke laut lepas.
Untuk menyelamatkan diri, menurut Badan Cuaca Nasional AS (NWS), ketika terseret boleran jangan berenang menuju pantai dengan melawan arus.
Tetaplah tenang dan mengapung hingga ujung boleran di mana ditandai dengan arusnya yang telah melemah.
Setelah itu, berenenanglah secara paralel ke arah kiri atau kanan dan menumpang gelombang yang menuju pantai.
Lambaikan tangan ke arah pantai agar orang-orang di bibir pantai mengetahui ada seseorang yang butuh bantuan.
Berikut postingan lengkapAditya Wahyudin: