Tak Hanya si Caleg Gagal, Tim Suksesnya pun Ikut Depresi saat Kalah Pemilu

Rabu, 24 April 2019 | 18:21
Kompas.com/ MUHAMAD SYAHRI ROMDHON

Ustaz Ujang Bushtomi pemilik Padepokan Anti Galau memandikan Mursyid (45) di Waduk Setupatok, Selasa malam (24/4/2019). Mursyid adalah tim sukses calon anggota DPRD Kabupaten Cirebon yang depresi karena tertekan perolehan suara yang kecil.

SUAR.ID -Mencalonkan diri dalam pemilu bukan hanya harus mempersiapkan strategi kampanye, mental pun harus dipersiapkan sebaik mungkin.

Karena dalam persaingan memperebutkan kursi kepemimpinan, hanya ada dua pilihan, menang atau kalah.

Bukan hanya caleg yang harus siap mental, tip sukses yang mendukungnya pun juga harus siap menghadapi segala hasil yang akan diperoleh.

Adalah Mursyid (45) seorang tim sukses dari calon anggota DPRD Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mengaku mengalami depresi pada Selasa malam (23/4/2019).

Baca Juga : Sakit Leukimia Wajah Ani Yudhoyono Makin Pucat, 2 Makanan Kesukaan Banyak Orang Ini Pemicu Leukimia

Warga Desa Penpen, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, ini tak kuat karena terus ditagih sang caleg mengenai hasil perolehan suara yang di luar prediksi.

Ironisnya, sang caleg yang dimaksud adalah Khaerudin (35) yang tak lain adalah adik kandungnya sendiri.

Khaerudin mencalonkan diri menjadi anggota DPRD Kabupaten Cirebon dengan nomor urut enam dari Partai Amanat Nasional (PAN).

Dia mewakili daerah pemilihan tujuh yang meliputi enam kecamatan, yaitu Kecamatan Astanajapura, Beber, Greged, Mundu, Sedong, dan Susukan Lebak.

“Saya tim sukses ring satu untuk caleg PAN Nomor 6 Dapil 7, namanya Khaerudin.

Dia adik kandung saya,” kata Mursyid kepada sejumlah media.

Dia hanya mendapatkan 567 suara dari jumlah suara yang ditargetkan sebanyak 3.000 suara.

Baca Juga : Hanum Rais Sebut PSI Partai Nasakom, Tsamara Amany: 'Lebih Baik Kalah Dibanding Berbohong'

Anak kedua dari pasangan Basyir (alm) dan Aminah ini menceritakan, tekanan itu diduga terjadi setelah Kherudin memberikan sejumlah uang dan 3.000 butir telur dalam dua mobil boks kepada Mursyid.

“Sekarang kalau orang silaturahim enggak ngasih-ngasih kan enggak enak. Udah ngeganggu waktunya, enggak enak kalau enggak ngasih.

Saya bilang, ini sih titipan telur dari adik saya, sodakoh aja, doa dan dukungan pilih adik saya ya,” kata Mursyid kepada Kompas.com mengingat kata-kata saat dia mengampanyekan adiknya.

Mursyid meyakinkan bahwa dirinya sudah kerja keras siang dan malam menyosialisasikan adiknya dari rumah ke rumah.

Dia memberikan satu bungkus paket berisi empat butir telur untuk satu orang pemilih. Namun, saat penghitungan suara, Khaerudin mulai menanyakan perolehan hasil suaranya.

Mursyid berulang kali ditelepon dan ditagih suara yang pernah ditargetkan. Kenyataannya jauh, suara di Desa Penpen untuk Khaerudin hanya 567 dari 3.000 suara yang ditargetkan.

Akhirnya, Mursyid merasa kecewa pada diri sendiri karena tidak dapat memenuhi target.

Dia juga kesal dengan warga yang sudah dia beri sesuatu, tetapi hasilnya tidak sesuai harapan.

Mursyid mengaku hubungan saudara adik kakak pun sempat merenggang karena masalah ini.

Terapi depresi di Padepokan Anti Galau Albushtomi Pantauan Kompas.com, Mursyid mendatangi Padepokan Anti Galau Albushtomi pada Selasa petang.

Dia langsung berbincang dengan Ustaz Ujang Bushtomi, pemilik padepokan.

Dia menyampaikan apa yang sedang dialaminya hingga berulang kali merasa kecewa terhadap diri sendiri dan mudah marah.

Sekitar pukul 19.30 WIB, Ustaz Ujang Bustomi bersama tim Padepokan Anti Galau membawa Mursyid ke Waduk Setupatok.

Mereka langsung memandikan Mursyid sambil melakukan serangkaian ritual.

Ustaz Ujang Bushtomi menyampaikan, depresi setelah pemilu tidak hanya menyerang calon legislatif, tetapi juga tim suksesnya.

Hingga Selasa malam sudah ada enam caleg dan sepuluh orang tim sukses yang berkunjung ke padepokannya.

Ujang menjelaskan, tim sukses caleg yang depresi berasal dari rasa tertekan.

Caleg terus menagih dan meminta pertanggungjawaban perolehan suara yang tidak mencapai target.

Bahkan, tidak sedikit para caleg yang meminta uang dikembalikan karena jumlah perolehan suara kecil.

“ Tim sukses juga mungkin sudah maksimal berkerja, tapi terus ditekan (caleg), bahkan meminta uangnya kembali. Tim sukses itu akhirnya stres seperti itu,” kata Ujang di lokasi.

Menghadapi tim sukses depresi, Ujang terus melakukan pendekatan.

Dia juga melakukan terapi dan ritual untuk membuat diri tim sukses merasa lebih tenang.

Dia mendorong agar tim sukses dan caleg mengikhlaskan apa yang telah dikeluarkan. “Jika kita sedekahkan, tidak ada iming-iming lain yang diharapkan. Harus ikhlas. Terapi yang dilakukan bertujuan agar semua aura negatif hilang, agar jiwa dan pikiran tenang dan searah,” kata Ujang. (Muhamad Syahri Romdhon)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kisah Tim Sukses Caleg Gagal yang Depresi Ditagih Perolehan Suara

Baca Juga : Beda Pendapat Refly Harun dan Otto Hasibuan tentang Pemenang Pilpres 2019

Editor : Moh. Habib Asyhad

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya