Suar.ID -Pesawat Ethiopia Airlines Boeing 737 yang mengangkut 149 penumpang dan delapan awak kabin jatuh pada Minggu (10/3) pagi waktu setempat.
Pesawat itu jatuh dalam perjalanan dari Addis Abada, Ethiopia, ke Nairobi, Kenya.
Yang menarik, itu adalah jenis pesawat yang sama dengan milir Lion Air JT610 yang jatuh di Laut Jawa Oktober tahun lalu: Boeing 737 MAX 8.
Seluruh penumpang beserta awak kabin meninggal dalam kecelakaan tersebut.
Di dalamnya juga ada seorang warga negara Indonesia.
Baca Juga : Syahrini Kenakan Siger Cantik Seharga Rp5 Miliar Saat Pernikahan, Ini Filosofi Siger bagi Para Wanita Sunda
Di sisi lain, seluruh penumpang dan awak kabin di pesawat JT610 juga meninggal.
Jika ditotal, 338 orang meninggal dalam kecelakaan pesawat yang melibatkan dua pesawat Boeing 737 MAX 8.
Penerbangan dengan nomor ET302 itu lepas landas dari Bandara Internasional Bole pukul 8.38 pagi waktu setempat.
Air traffic control (ATC) kehilangan kontak dengan pesawat pada jam 8.44 pagi.
Pesawat itu jatuh di dekat Bishoftu, sebuah kota yang jaraknya sekitar 60 kilometer di tenggara ibukota Etiopia, Addis Ababa.
Ada kawah besar di lokasi kecelakaan dengan puing-puing pesawat tersebar luas, menurut seorang wartawan AFP.
Dalam sebuah konferensi pers pada hari Minggu, pejabat dari Ethiopian Airlines menyatakan bahwa pada saat mereka tiba di lokasi, ada asap.
Selain jenis pesawatnya yang sama, ada lima kesamaan lain antara ET302 dan JT610.
Baca Juga : Mengaku 'Cuman Mampu Segitu', Mahar Berlian dari Reino Barack untuk Syahrini Mencapai 40 Miliar
- Ada permintaan return-to-base
Permintaan itu disetujui oleh ATC.
Pilot Lion Air JT610 juga telah meminta untuk kembali ke pangkalan hanya 2 hingga 3 menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno Hatta di Tangerang, Banten.
ATC memberikan izin untuk kembali.
- Hilang kontak kurang dari 15 menit setelah lepas landas
Sementarea untuk kasus JT610, ATC kehilangan kontak dengan pesawat pada pukul 6.33 pagi, tak lama setelah lepas landas pukul 6.20 pagi dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
- Kecepatan vertikal yang tak stabil
Sebelum naik lagi sebentar dan kemudian turun lagi.
Pembacaan terakhir menunjukkan kecepatan vertikal lebih dari 2.000 kaki per menit.
Pembacaan kecepatan vertikal JT610 menjadi berita utama karena menukik drastis di dekat akhir perjalanannya.
Pesawat itu turun dari ketinggian 4.850 kaki (1.479 meter) hanya dalam 21 detik, yang tidak pernah terdengar terjadi saat turun.
Menurut laporan, pesawat memiliki sensor yang salah yang menyebabkan kesulitan bagi pilot dan mengakibatkan pesawat menukik tajam.
Pesawat Lion Air JT610 memiliki pembacaan yang salah dalam empat penerbangan terakhir sebelum kecelakaan.
- Cuaca yang bagus
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga melaporkan cuaca cerah selama penerbangan JT610.
Angin relatif lemah tanpa awan cumulonimbus - yang biasanya menyebabkan turbulensi penerbangan.
- Pesawat baru
Nomor registrasi pesawat adalah ET-AVJ dengan nomor seri 62450.
Penerbangan pertamanya, dioperasikan oleh Boeing sebelum pengiriman ke maskapai, pada 30 Oktober 2018, sehari setelah kecelakaan pesawat JT610, menurut Flightradar24.
Pesawat Lion Air JT610 terdaftar sebagai PK-LQP.
Pesawat dikirim ke Lion Air pada 13 Agustus 2018 dan mulai terbang dengan Lion Air pada 18 Agustus, menurut Flightradar24.
Database Aviation Safety Network menunjukkan bahwa penerbangan pertama pesawat oleh Boeing adalah pada 30 Juli 2018.
Dari gambar-gambar yang diambil dari situs kecelakaan ET302 Ethiopian Airlines menunjukkan bahwa pesawat pecah menjadi potongan-potongan kecil.
Nasib yang sama menimpa pesawat Lion Air JT610, dan otoritas pencarian harus meninggalkan harapan mereka untuk menemukan pesawat di bawah air saat pesawat pecah menjadi potongan-potongan kecil.