Ingat, Perokok Ganja Punya Risiko Depresi dan Bunuh Diri Lebih Tinggi

Minggu, 17 Februari 2019 | 19:24
Pixabay

rokok ganja menyebabkan depresi

Suar.ID - Ganja atau kanabis (Cannabis sativa) sering digambarkan sebagai salah satu "narkotika yang paling aman".

Tapi sebuah studi baru menghubungkan ganja dengan depresi dan risiko bunuh diri.

Para peneliti dari University of Oxford telah menemukan bahwa merokokganja ketika remaja meningkatkan risiko depresi dan bunuh diri di masa dewasa.

Ini berarti bahwa hingga 60 ribu kasus depresi pada orang dewasa di Inggris dapat dihindari jika remaja tidak merokok ganja.

Berdasarkan temuan, para peneliti menyerukan pejabat untuk membuat penanganan ganja menjadi prioritas.

Baca Juga : 6 Fakta Achmad Zaky Bos Bukalapak, Dari Jualan Mie Ayam Hingga Punya Harta Rp1,5 Triliun

"Kami pikir itu masalah kesehatan masyarakat dan kesehatan mental yang besar," kata Profesor Andrea Cipriani dari University of Oxford.

"Jumlah orang yang terpapar ganja, terutama di usia yang rentan ini, sangat tinggi dan saya pikir ini harus menjadi prioritas bagi kesehatan masyarakat dan sektor kesehatan mental."

Para peneliti menganalisis data dari 11 studi yang melibatkan lebih dari 23 ribu orang dan menggambarkannya sebagai meta-analisis terbesar hingga saat ini di bidang ini.

Mereka menemukan bahwa sekitar 7% dari kasus depresi pada orang dewasa mungkin tidak terjadi jika remaja berhenti merokok ganja.

Baca Juga : Sering Bertengkar di Komentar Facebook, Pasangan Ini Akhirnya Malah Menikah

Ini berarti hingga 60.000 kasus di antara usia 18 hingga 34 tahun di Inggris dan 400.000 di AS dapat dikaitkan dengan penggunaan obat selama masa remaja.

Namun, tidak ditemukan hubungan antara paparan ganja dan kecemasan di masa dewasa.

Sementara risiko depresi dikategorikan sedang (modest), para peneliti mengatakan penggunaan ganja di kalangan remaja harus menjadi perhatian.

Di Inggris, sekitar 4% remaja berusia 11 hingga 15 tahun diperkirakan telah menggunakan obat terlarang dalam sebulan terakhir.

Penelitian pada hewan juga menunjukkan adanya hubungan antara paparan cannabinoid, komponen aktif ganja, dan timbulnya gejala depresi di masa dewasa.

Baca Juga : Buntut Panjang dari Cuitan CEO Bukalapak: Terjadi Perang Rating di Google Play Store!

Diperkirakan bahwa ganja dapat mengubah perkembangan bagian otak remaja.

"Meskipun ukuran efek negatif ganja dapat bervariasi di antara setiap remaja dan tidak mungkin untuk memprediksi risiko yang tepat untuk setiap remaja, penggunaan ganja yang meluas di kalangan generasi muda menjadikannya masalah kesehatan masyarakat yang penting," kataProfesor Cipriani.

Dia juga bilang,penggunaan (ganja) secara teratur selama masa remaja dikaitkan dengan prestasi yang lebih rendah di sekolah.

Tak hanya itu, "Kecanduan psikosis dan penurunan neuropsikologis, peningkatan risiko kecelakaan kendaraan bermotor, serta masalah pernapasan yang berhubungan dengan merokok."

Studi ini dilakukan oleh para peneliti di Universitas McGill dan Universitas Oxford.

Termasuk remaja yang telah menggunakan ganja setidaknya sekali sebelum usia 18 dan tidak membedakan frekuensi penggunaan.

Editor : Moh. Habib Asyhad

Sumber : mirror.co.uk

Baca Lainnya