Pembunuhan Sisca Icun dan 3 Perempuan Lain yang Tewas di Tangan Gigolo Sewaan Mereka

Sabtu, 22 Desember 2018 | 15:09
Kolase Facebook/ Tribun Jakarta

Ditemukan Tewas Terbunuh di Apartemen Mewah Tempat Tinggalnya, Ternyata Ini Profesi Sisca Icun Sulas

Suar.ID -Sisca Icun Sulastri ditemukan tewas bersimbah luka di apartemen pribadinya di bilangan Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Minggu (18/12) kemarin.

Dia tewas dengan kondisi tubuh tanpa busana, dengan beberapa luka yang diduga akibat tusukan.

Tak lama kemudian, pelaku pembunuhan, Hidayat, berhasil ditangkap di rumah orangtuanya di bilangan Cilandak, tak jauh dari tempat kejadian.

Kematian Sisca Icun Sulastri mengingatkan kita pada beberapa kasus serupa: perempuan yang tewas di tangan gigolo yang mereka sewa.

Baca Juga : Sujiatmi, Perempuan Pemintal Hati Jokowi Ketika Patah Berkeping-keping

Siapa saja mereka?

Deli Cinta Sihombing tewas di tangan Dedi Purbianto

Dedi Purbianto (28), menjadi tersangka pembunuhan Deli Cinta Sihombing Desember 2017.

Saat membunuh itu, Dedi mengaku baru saja menjalani profesi sebagai laki-laki pemuas nafsu wanita alias Gigolo.

Sebelumnya dia pernah bekerja di Malaysia sebagai Tenaga Kerja Indonesia.

Setelah itu, dia kembali ke Batam dan memulai pekerjaan sebagai bartender.

“Saya sebelumnya kerja di Malaysia. Saya baru balik 2015,” kata dia.

Dari sanalah dia kenal dengan beberapa kawan dan sering ke beberapa tempat hiburan.

Dari perkenalan itu, kemudian dia dikenalkan kepada dunia untuk melayani perempuan yang kehausan seks.

Untuk memuluskan profesi barunya ini, Dedi membuat akun di aplikasi Badoo.

Akhirnya Dedi mulai belajar dengan menggunakan aplikasi tersebut dan mulai mengikuti tren di aplikasi tersebut.

Sebagai pemain baru, dia mengaku baru empat kali melayani perempuan yang kesepian.

“Baru empat orang,” kata dia.

Ketika ditanya tarif, Dedi mengaku tarifnya pun berbeda-beda.

Perihal tarif ini sangat tergantung dari kesepakatan pelaku dan calon penerima jasanya

"Tarifnya berbeda-beda,” kata dia lagi.

Baca Juga : Ini Nama yang Disinggung Media Malaysia Sebagai Mafia Sepak Bola Indonesia di Piala AFF 2010

Semua konsumennya itu adalah kenalan yang berada pada aplikasi Badoo.

“Semuanya kenal dari sana," ujarnya lagi.

Menurut keterangan Kapolresta Barelang, Kombes Hengki, Dedi sudah dua kali kencan dengan Deli Cinta Sihombing.

“Yang pertama disepakati tarifnya, Rp1,5 juta. Tapi baru dibayar Rp200 ribu,” kata Hengki.

Selanjut, keduanya berjanji ketemu dan kembali berkencan. Namun, usai itu, Dedi kembali menangih uang itu.

“Terus korban menjawab, ‘tunggulah sebentar. Aku saja belum pakai baju’,“ kata dia.

Tersangka kesal karena disebut anjing, lalu mencekik korban.

Wanudya Minola Ginting yang tewas di tangan Erlangga Bakti

Erlanggar Bakti diduga menjadi otak pembunuhan perempuan bernama Wanudya Minola Ginting pada Maret 2013 lalu.

Pembunuhan itu terjadi di Apartemen Green Park View Tower F Lantai 11 Nomor 22, Duri Kosambi, Jakarta Barat.

Polisi menetapkan dua orang tersangka.

Salah satu tersangka disebut-sebut adalah Erlangga Bakti (EB), 27 tahun, yang diduga berprofesi sebagai seorang gigolo.

Seorang tersangka lagi, Arfan Makmur (AM), 29 tahun, tak lain adalah teman Erlangga.

Menurut Rikwanto, dalam pemeriksaan awal, kedua tersangka mengakui membunuh korban karena sakit hati.

Baca Juga : Rika Verawati, Caleg PKB yang Ditangkap Polisi karena Diduga Mengonsumsi Narkoba

Selain itu, kata penyidik, antara korban dan tersangka Erlangga memiliki hubungan khusus.

"Dari pemeriksaan, EB itu kekasih korban dan dia itu juga gigolonya," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Toni Harmanto di Mapolda Metro Jaya, Kamis (14/3/2013), kepada wartawan KOMPAS.com.

Toni menjelaskan, setiap kali berhubungan intim, korban membayar EB sebesar Rp2 juta.

"Mereka sudah menjalin hubungan sejak 5 bulan lalu. Setiap kali akan berhubungan badan dengan EB, selalu Wanudya yang menghubungi," kata Toni.

"Ada perasaan, mentang-mentang sudah membantu tersangka, korban seenaknya memperlakukan tersangka. Tersangka merasa 'dibeli' oleh korban," tutur penyidik mengutip keterangan tersangka.

Tante Silvi yang tewas di tangan Michael

Michael Putra Hododjojo (19) menjadi tersangka pembunuhan Tante Silvi Wulur (37) 2009 lalu.

Michael membunuh Tante Silvi dengan menggunakan badik.

Kepada polisi Michael mengaku membunuh tante jelita asal Tumohon, Manado, itu karena sakit hati.

Saat datang ke rumah kos sang tante, Michael ditegur korban.

Korban kesal karena Michael menghilang dan tak bisa dihubungi.

Michael pun berkilah dia menghilang karena Tante Silvi berulang kali mengingkari janji hendak membelikan rumah untuknya.

Baca Juga : Pendaftaran P3K Dibuka Mulai Januari 2019, Ini Bedanya dengan PNS dari Gaji hingga Fasilitas dan Masa Kerja

Perselisihan yang awalnya masih diwarnai cumbu rayu lama-lama memanas oleh kata bersambut kedua insan.

Tante Silvi yang merasa selama ini telah membahagiakan sang berondong, mulai menghujani pujaannya dengan ucapan keras.

Michael pun tersinggung.

Tangan Michael melayang ke wajah Tante Silvi, tapi luput mencapai sasaran karena Silvi cekatan menghindar.

Michael lalu mengulang tindakannya, korban menangkis.

Michael naik pitam dan…plaaaak, tamparan ketiga mendarat di wajah perempuan cantik itu.

Rupanya Michael belum puas. Dia lalu mengikat tangan dan kaki korban. Michael lalu menghunus badik yang selalu ia bawa.

Berkali-kali Michael menikam pinggang Tante Silvi dan mencekik lehernya dengan tali.

Korban roboh bersimbah darah di rumah kosnya di Jalan Bhakti, Kebon Bawang, Tanjung Priok.

Jenazah Silvi ditemukan warga, 11 Januari 2009 pukul 14.00.

Kepada polisi Michael mengaku sudah dua bulan berhubungan intim dengan Tante Silvi.

Awalnya, hubungan keduanya cuma sebatas hubungan berondong dengan kekasih gelapnya, lalu meningkat menjadi hubungan antara gigolo dan pelanggannya.

Setiap usai berhubungan intim, Tante Silvi membayar Michael.

Hubungan tersebut lama-lama menjadi hubungan dua kekasih, terutama setelah Tante Silvi menjanjikan akan membelikan rumah untuk Michael. (Moh)

Tag

Editor : Moh. Habib Asyhad