Untuk menghantam Black September, Mossad memprioritaskan sasaran yang paling mudah dan bisa memicu efek jera yaitu dengan menyerang markas Black September yang berada di Beirut.
Langkah awal Mossad yakni dengan mengirimkan enam personelnya, lima pria dan satu wanita, masuk Beirut menggunakan paspor palsu.
Agar tidak mengundang kecurigaan dan karena merupakan operasi rahasia, keenam agen Mossad itu masuk ke Beirut menggunakan pesawat dan berangkat dari tempat yang berbeda.
Ketika sudah tiba di Beirut keenam agen Mossad itu menginap di hotel yang berbeda-beda dan menyamar sebagai pengusaha, konsultan manajemen, turis dan lainnya.
Namun, dari markas besar Mossad, keenam agen yang telah menyusup ke Beirut itu diinstruksikan sebagai pelancong biasa dan bertugas menghapal semua jalan, pantai Beirut, dan sejumlah nama sopir taksi.
Selain tugas menghapal jalan dan pantai yang nantinya akan dipakai sebagai tempat pendaratan pasukan komando dan aksi serbuannya, termasuk jalur melarikan diri, keenam agen Mossad juga bertugas memata-matai markas besar PLO.
Mereka juga mengawasi secara khusus s apartemen yang digunakan sebagai markas dan gudang senjata oleh Black September.
Agar acara kumpul-kumpul para agen Mossad tidak menarik perhatian mereka menggunakan pantai Beirut sebagai tempat memancing dan berlagak pura-pura sedang pacaran.
Setelah lokasi pendaratan pasukan komando di pantai Beirut dan tempat tinggal para pentolan Black September ditemukan, keenam agen Mossad kemudian mengontak markas besar agar segera dilaksanakan serbuan komando.
Untuk melancarkan operasi serbuan komando para agen Mossad juga menyiapkan empat mobil sewaan untuk mengangkut pasukan, menyewa empat rumah untuk menampung pasukan komando yang diperkirakan akan tertinggal, dan logistik lainnya.
Untuk mengangkut pasukan setelah usai melakukan serbuan komando disiapkan pula kapal transpor yang disamarkan di lepas pantai Beirut.
Operasi serbuan komando dilancarkan oleh pasukan khusus Israel pada 9 April 1973 pukul 01.30 pagi.