Kesemutan kronis biasanya akan diikuti oleh gejala lainnya, misalnya nyeri, gatal, dan penyusutan/kelemahan otot.
Dalam kasus tersebut, kesemutan bisa menjadi tanda dari kerusakan saraf sebagai hasil dari beragam kondisi medis yang mendasarinya, seperti cedera traumatik atau berulang, infeksi bakteri atau virus, pengerasan arteri, dan penyakit sistemik seperti stroke, diabetes, penyakit hati, ginjal, gangguan tiroid, hingga kanker.
Selain itu, obat-obatan yang sedang dikonsumsi juga bisa memicu kesemutan, misalnya beberapa obat anti kejang dan antibiotik.
Baca Juga: Gejala-Gejala Tak Biasa yang Bisa Jadi Tanda Infeksi Virus Corona, Mulai Ruam Kaki hingga Kesemutan
Obat-obatan untuk penyakit autoimun, seperti penyakit HIV/AIDS juga sering menyebabkan kesemutan pada bagian tubuh.
Faktor lain yang menyebabkan kesemutan berkepanjangan adalah malnutrisi akibat pola makan yang buruk, kekurangan vitamin B12 serta konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
Bila kesemutan sering terjadi dan berlanjut, ada baiknya segera ke dokter untuk mencari penyebabnya.
Dokter akan menelusuri riwayat medis dan keluhan, dan melakukan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.
Beberapa tes penunjang mungkin akan dijalani, seperti tes darah, tes Elektromiogram/EMG (tes fungsi saraf dan otot), pemeriksaan cairan serebrospinal, tes konduksi saraf, MRI, dan biopsi.
Setelah serangkaian pemeriksaan dan tes, dokter akan menegakkan diagnosis.
Contohnya, jika kesemutan terjadi karena diabetes, maka dokter akan meminta kita mengontrol kadar gula darah secara rutin, memberikan obat untuk menjaga kadar gula darah, dan menerapkan pola makan sehat.