Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Terkena Peluru Tajam, Wanita Usia 20 Tahun Tewas Ditembak di Kepala saat Melakukan Aksi Demo Tentang Kudeta di Myanmar

Adrie Saputra - Kamis, 11 Februari 2021 | 07:30
Demonstrasi melawan militer yang berkuasa di Myanmar.
CBC.ca

Demonstrasi melawan militer yang berkuasa di Myanmar.

Suar.ID - Seorang demonstran wanita ditembak di kepala, dalam demonstrasi menentang kudeta militer di Naypyidaw, Myanmar.

Berdasarkan koran lokal The Irrawaddy, polisi disebut menggunakan baik peluru karet maupun tajam melawan pengunjuk rasa yang tak bersenjata.Karena tindakan itu, enam demonstran dilaporkan mengalami luka, dengan dua di antaranya berada dalam kondisi serius.Relawan medis yang bertugas saat demonstrasi mengungkapkan, selain demonstran wanita ditembak di kepala, ada juga yang tertembak di dada.

Baca Juga: Terkejut dengan Nada Bicara Ayu Ting Ting saat Mengabarkan Batal Nikahi, Krisna Mukti Ungkap Curhatan Sang Biduan: Aku KagetlahKlip video yang viral di netizen Myanmar menunjukkan perempuan itu langsung roboh ke tanah setelah tertembak.Polisi di ibu kota Naypyidaw menggunakan peluru untuk membubarkan massa, setelah menyemprot mereka menggunakan meriam air.Dilansir Mothership Selasa (9/2/2021), sejumlah pengunjuk rasa terluka karena terkena hantaman meriam air.Korban berusia 20 tahunDemonstran perempuan yang ditembak di kepala dilaporkan berusia 20 tahun, dengan pelakunya adalah polisi, mengutip laporan AFP.

Baca Juga: Geram dengan Pihak LBH, Ashanty Ancam akan Lakukan 'Langkah Serius' bila LBH Melakukan Hal Ini

Warga setempat menceritakan, mereka melihat aparat menembak ke atas sebanyak dua kali sebelum menembaki massa memakai peluru karet.Jurnalis Reuters, Matthew Tostevin yang mengutip dokter melaporkan, wanita yang tak disebutkan identitasnya itu di ruang gawat darurat.Dokter mengonfirmasi bahwa tembakan itu menggunakan peluru tajam, dan luka yang dihasilkan sangatlah fatal.Tostevin mengatakan, kecil kemungkinan wanita itu bisa selamat setelah menerima tembakan di bagian kepala.Sebelumnya pada 1 Februari, militer Myanmar melakukan kudeta dengan menangkap sejumlah pemimpin sipil seperti Aung San Suu Kyi.Jenderal Senior Min Aung Hlaing selaku pemimpin junta mengeklaim, tindakan mereka dibenarkan buntut pemilu November 2020.Saat itu, partai yang dipimpin Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), menang telak dengan meraih 83 persen suara.Pihak oposisi yang disokong Tatmadaw menuding NLD melakukan kecurangan, dan menjadi alasan militer melakukan intervensi.

Baca Juga: Baru Saja Gagal Nikah dengan Adit Jayusman, Ayu Ting Ting Tiba-tiba Mantap Bocorkan Kriteria Calon Suaminya Kelak

DiserbuMiliter Myanmar menyerbu markas besar Partai Aung San Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) di Yangon pada Selasa malam waktu setempat (9/2/2021).Hal itu terjadi ketika Amerika Serikat (AS) bergabung dengan PBB dalam yang mengutuk "dengan keras" kekerasan yang dilakukan junta militer Myanmar terhadap pengunjuk rasa yang menuntut kembali demokrasi."Diktator militer menggerebek dan menghancurkan markas besar NLD sekitar pukul 21.30," demikian yang keterangan yang dituli oleh Liga Nasional untuk Demokrasi mengumumkan di halaman Facebook resminya, seperti yang dilansir dari AFP pada Selasa (9/2/2021).Pernyataan singkat partai itu tidak memberikan rincian lebih lanjut.Penggerebekan itu terjadi setelah demonstrasi meletus selama 4 hari berturut-turut pada Selasa.Polisi menggunakan meriam air di beberapa kota, menembakkan peluru karet ke pengunjuk rasa di ibu kota Naypyidaw dan mengerahkan gas air mata di Mandalay.Unjuk rasa itu terjadi, meski ada peringatan dari junta bahwa mereka akan mengambil tindakan terhadap demonstrasi yang mengancam "stabilitas", dan larangan baru atas pertemuan lebih dari 5 orang.AS yang telah menyebabkan kecaman global atas kudeta militer Myanmar tersebut, pada Selasa (9/2/2021) memperbarui seruannya untuk kebebasan berekspresi di Myanmar, serta agar para jenderal mundur."Kami mengutuk keras kekerasan terhadap demonstran," ujar juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price kepada wartawan.Ia menambahkan bahwa masyarakat Myanmar "memiliki hak untuk berkumpul secara damai.""Kami mengulangi seruan kami kepada militer (Myanmar) untuk melepaskan kekuasaan, memulihkan pemerintahan yang dipilih secara demokratis, membebaskan mereka yang ditahan dan mencabut semua pembatasan telekomunikasi serta menahan diri dari kekerasan," ucapnya.Price sebelumnya mengungkapkan bahwa permintaan AS untuk berbicara dengan Suu Kyi telah ditolak.

Source :Sripoku.com

Editor : Suar

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular

x