Saat kakak lelakinya sekolah, ia pun turut sekolah.
Padahal, di kampung itu tidak ada satu pun anak perempuan sebayanya bersekolah. Sehingga, satu-satunya perempuan yang bersekolah adalah dirinya.
Jarak rumahnya dengan SD Kismoyo, tempat ia bersekolah pun cukup jauh yakni mencapai 5 kilometer.
Terkadang, Sujiatmi pergi ke sekolah berjalan kaki, tetapi kadang juga menggunakan sepeda.
Semasa sekolah, dia selalu mendapatkan nilai tertinggi untuk pelajaran berhitung.
Hal itu membuatnya menjadi asisten yang sangat tangguh dalam menggerakkan roda usaha kayu suaminya.
Bertemu suaminya, Widjiatno
Gobak sodor adalah permainan yang dimainkan oleh dua tim yang masing-masing terdiri atas tiga sampai lima anak.
Sujiatmi seringkali memainkannya dengan anak laki-laki, dan inilah awal mula perkenalannya dengan Widjiatno yang menjadi suaminya.
Hal itu terjadi saat Sujiatmi masih di tingkat SMP, sementara Widjiatno tiga tahun lebih tua dan saat itu di tingkat SMA.