Follow Us

Padahal Sudah Berjuang Mati-matian Terobos Pedalaman Irian Barat, Sosok Ini Malah Didepak dari Kopassus, Saking Geramnya Sampai Lakukan Hal Ini

Moh. Habib Asyhad - Kamis, 13 Februari 2020 | 16:00
Prodil Jenderal Benny Moerdani
Istimewa

Prodil Jenderal Benny Moerdani

Suar.ID - Irian Barat seperti punya tempat tersendiri di ingatan Benny Moerdani.

Di tempat inilah dia bersama pasukannya pernah bertemupur melawan pasukan Belanda.

Sekira 1962 melalui sebuah operasi tempur bersandi Pasukan Naga, Benny menerobos pedalaman wilayah yang sekarang dikenal sebagai Papua itu.

Benny yang saat itu berpangkat mayor tergabung dalam pasukan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang sekarang jadi Kopassus.

Baca Juga: Istri sedang Fokus Banting Tulang Jualan Bantu Suami, Egi John Malah Asyik Selingkuh dengan Wanita Lain di Dalam Mobil

Dalam pertempuran yang kemudian berlangsung sengit melawan pasukan marinir Belanda, anak buah Benny, Lettu Agus Hernoto mengalami luka tembak.

Selain kedua kakinya, Agus juga tertembak di punggungnya.

Karena kondisi itu, Agus terpaksa harus ditinggalkan di medan perang.

Belakangan Agus tertangkap pasukan marinir Belanda sewaktu melakukan operasi pembersihan dan kemudian ditawan.

Pasukan Belanda sendiri memperlakukan Agus sesuai konvesi Jeneva.

Dia dirawat hingga sembuh tapi kedua kakinya terpaksa diamputasi mengingat luka tembaknya sudah membusuk.

Setelah operasi Pasukan Naga selesai dan Irian Barat kembali ke pangkuan RI, Agus meskipun mengalami infalid dan memakai kaki palsu masih bertugas di lingkungan RPKAD dan satu batalyon dengan Benny Moerdani.

Baca Juga: Baru Ditahan Sehari, Penampilan Lucinta Luna Tiba-tiba Berubah Banget: Semoga Dari Sini Saya Bisa Menebus Dosa

Suatu kali, sekitar tahun 1965, terjadi kebijakan di lingkungan RPKAD yang salah satu keputusannya adalah prajurit invalid tidak boleh bergabung lagi dengan RPKAD.

Atas keputusan itu Benny Moerdani menyatakan ‘protes’ terhadap kebijakan komandan RPKAD waktu itu, Moeng Pahardimulyo.

L.B Moerdani (kanan).

L.B Moerdani (kanan).

Benny bersikeras prajurit seperti Agus Hernoto harus tetap berada di satuan RPKAD mengingat jasa dan pengorbanannya bagi bangsa serta negara yang demikian luar biasa.

Atas sikap ‘mbalelo’ itu, Benny kemudian dipanggil KASAD Jenderal Achmad Yani dan berakibat didepaknya Benny dari satuan RPKAD.

Benny yang kemduian dipeindahkan ke Kostrad lalu ditarik oleh tokoh intelijen Ali Murtopo, hingga akhirnya menjadi orang nomor satu di dunia intelijen Indonesia.

Karier Benny bahkan terus melesat dan menjabat sebagai Panglima TNI.

Suatu kali sebagai Panglima TNI, pada tahun 1985 Jenderal Benny diundang Kopassus.

Dia ditugaskan memberikan baret merah kehormatan Kopassus kepada Raja Malaysia, Yang Dipertuan Agung Sultan Iskandar.

Sebelum memberikan baret kehormatan Jenderal Benny beristirahat di ruang komandan Kopassus, Brigjen Sintong Panjaitan.

Hadir pula di ruang kerja Sintong, KASAD Jenderal Try Sutrisno, Wakil KASAD Letjen TNI Edi Sudrajat dan Wakil Komandan Kopassus Kolonel Kuntara.

Jenderal Benny lalu diberikan baret merah Kopassus oleh Sintong.

Benny Moerdani

Benny Moerdani

Tapi di luar dugaan baret malah dibanting oleh Benny ke meja dan terpelanting jatuh di lantai.

Semua Perwira Tinggi yang berada di ruang Sintong terkejut melihat Benny yang begitu marah dan berwajah seram.

Rupanya Jenderal Benny masih sangat marah terkait dirinya pernah didepak sebagai anggota RPKAD di era kepemimpinan Kolonel Moeng Parhadimulyo.

Tapi menjelang upacara pemberian baret kehormatan Kopassus kepada Raja Malaysia, Jenderal Benny ternyata bersedia mengenakan baret merah kebanggaan Kopassus.

Semua orang pun akhirnya lega dan upcara pun berjalan lancar. (Agustinus Winardi/Intisari)

*Disarikan dari buku Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Hendro Subroto, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2009

Editor : Moh. Habib Asyhad

Baca Lainnya

Latest