Suar.ID- Baru-baru ini Iran meluncurkan serangan balasan ke pangkalan militer AS di Ain Al Asad Provinsi Anbar Irak menggunakan rudal balistik.
Para pejabat AS mengatakankepadaFox Newspada Selasa, bahwa Iran menembakkan beberapa rudal ke pangkalanmiliter AS di seluruh Irak dalam menanggapi AS yang telah membunuh pemimpin Iran, Qassem Soleimani.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump memperingatkan Iran bahwa jika mereka membalas serangan, mereka akan menghadapi konsekuensi keras dari militer AS.
Beginilah postingan Donald Trump di akun resmi Twitternya:
"Iran berbicara dengan sangat berani tentang menargetkan aset AS sebagai pembalasan atas serangan kami yang membersihkan dunia dari pemimpin teroris mereka yang baru saja membunuh seorang warga Amerika, melukai banyak orang lain, dan belum lagi semua orang yang telah dia bunuh, termasuk baru-baru ini ratusan demonstran Iran."
"Dia sudah menyerang Kedutaan kami, dan bersiap untuk serangan tambahan di lokasi lain. Iran telah menjadi masalah selama bertahun-tahun,"lanjut Trump.
"Biarkan inimenjadi PERINGATAN bahwa jika Iran menyerang orang Amerika, atau aset Amerika, kami telah menargetkan 52 situs Iran (mewakili 52 sandera Amerika yang diambil oleh Iran bertahun-tahun yang lalu), beberapa di tingkat yang sangat tinggi dan penting bagi Iran, AS tidak menginginkan ancaman lagi!"
Kemudian di minggu ini, Trump menambahkan,"Amerika Serikat telah menghabiskan Dua Triliun Dolar hanya untuk Peralatan Militer. Kami adalah yang terbesar dan sejauh ini yang TERBAIK di Dunia! Jika Iran menyerang Pangkalan militer Amerika, atau Amerika, kami akan mengirimkan beberapa senjata baru yang indah itu ke arah mereka... dan tanpa keraguan sedikitpun!"
Sebelumnya dilaporkan bahwa Qassem Soleimani, Kepala Pasukan Quds Garda Republik Iran tewas akibat serangan rudal di Bandara Baghdad, Kamis (2/1/2020).
Pembunuhan dilakukan militer AS atas perintah Presiden Donald Trump.
Kematian Qassem menyulut kemarahan Iran dan Irak.
Iran bertekad membalas serangan ini menggunakan segala cara.
Namun kabar terbarunya, Presiden AS, Donald Trump menarik diri dari peluang perang dengan Iran, setelah markas pasukannya diserang rudal.
Pada Rabu dini hari waktu Irak, Iran membombardir Pangkalan Udara Ain al-Assad dan Irbil, markas bagi koalisi internasional.
Garda Revolusi Iran menyatakan, mereka menghantam markas itu setelah AS membunuh jenderal top mereka, Qasem Soleimani.
Dalam konferensi pers sore waktu setempat, Presiden Trump mundur dari kemungkinan terjadinya perang dengan tak mengumumkan operasi balasan.
Presiden 73 tahun itu mengatakan, tidak ada pasukan AS yang terluka akibat hantaman rudal balistik di Ain al-Assad dan Irbil.
"Iran nampaknya memilih untuk mundur, di mana hal itu bagus bagi semua pihak," katanya seperti dilansirAFPdanBBC.
Dia kemudian menambahkan, konfrontasi kedua belah pihak bisa dicegah dengan kekuatan ekonomi dan militer yang dimiliki oleh AS.
"Fakta bahwa kami mempunyai peralatan militer yang mumpuni, bukan berarti kami harus menggunakannya," ujar Trump.
Dia menjelaskan bakal segera memberi sanksi tambahan di sektor ekonomi dan finansial, hingga rezim Iran "mengubah perilakunya".
Dia juga meminta aliansi Atlantik Utara (NATO) untuk lebih aktif berpartisipasi dalam mengawasi proses di Timur Tengah.
Presiden yang berasal dari Partai Republik itu kemudian mengakhiri konferensi pers dengan menyatakan, dia ingin masa depan yang baik bagi rakyat Iran.
"Amerika Serikat siap untuk mengumandangkan perdamaian dengan semua pihak yang menginginkannya," jelas Trump dikutipCBS News.
Sebelumnya, Divisi Dirgantara Garda Revolusi Iran menamai operasi itu "Martir Soleimani", sesuai dengan nama Jenderal Qasem Soleimani.
Komandan Pasukan Quds itu tewas bersama dengan wakil pemimpin jaringan milisi pro-Teheran Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis.
Keduanya terbunuh pada 3 Januari setelah mobil yang mereka tumpangi dihantam rudal oleh drone AS di Baghdad, Irak.
Pentagon menyatakan, mereka harus melenyapkan jenderal 62 tahun itu.
Sebab, dia dianggap aktif merencanakan serangan terhadap kepentingan AS di Timur Tengah.
Para pakar mengutarakan, keputusanIran mengklaim secara langsung serangan di markas pasukan AS adalah hal baru.
Sebab sebelumnya, mereka dianggap menyamarkan operasi militer menggunakan kelompok milisi yang mendapat sokongan dari mereka.