Lorentz National Park memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan ditunjang keanekaragaman budaya yang mengagumkan.
Diperkirakan kebudayaan tersebut berumur 30 ribu tahun dan merupakan tempat kediaman Suku Nduga, Dani Barat, Suku Amungme, Suku Sempan dan Suku Asmat.
Kemungkinan masih ada lagi masyarakat yang hidup terpencil di hutan belantara ini yang belum mengadakan hubungan dengan manusia modern.
Suku Asmat terkenal dengan keterampilan pahatan patungnya.
Menurut kepercayaannya, suku tersebut identik dengan hutan atau pohon.
Batang pohon dilambangkan sebagai tubuh manusia, dahan-dahannya sebagai lengan, dan buahnya sebagai kepala manusia.
Pohon dianggap sebagai tempat hidup para arwah nenek moyang mereka.
Sistem masyarakat Asmat yang menghormati pohon, ternyata berlaku juga untuk sungai, gunung dan lain-lain.
Lorentz National Parkmendapat gelar sebagai taman nasional pada 1997, sehingga fasilitas/sarana untuk kemudahan pengunjung masih sangat terbatas.
Belum semua objek dan daya tarik wisata alam di taman nasional ini telah diidentifikasi dan dikembangkan.
Sebanyak 34 tipe vegetasi di antaranya; hutan rawa, hutan tepi sungai, hutan sagu, hutan gambut, pantai pasir karang, hutan hujan lahan datar/lereng, hutan hujan pada bukit, hutan kerangas, hutan pegunungan, padang rumput, dan lumut kerak.