"Mereka mengambil uang kita, mereka mengambil emas kita, semua elektronik kita, kita harus memulai hidup dari nol," katanya.
Menggambarkan kondisi yang dia alami di kantong ISIS, Gondal mengatakan desa itu bukan tempat untuk membesarkan anak-anaknya.
"Mereka akan tumbuh untuk tidak memiliki sopan santun dan tidak memiliki pendidikan ... para wanita mungkin akan kehilangan kewarasan mereka ... lebih banyak penyakit, lebih banyak penyakit, kasus kematian," ungkapnya.
Gondal menikah dengan perekrut utama ISIS, Abu Abbas al-Lubnani, yang kemudian meninggal.
Baca Juga: Termasuk Kenakan Pakaian Penuh Warna, Inilah 9 Cara Mudah Untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri
Dia kemudian menikah dengan pejuang Pakistan lainnya, yang juga terbunuh di desa Khsham.
Setelah kematian suaminya yang kedua, dia dan anak-anaknya menghabiskan satu setengah tahun pindah dari satu desa ke desa lain.
Dia berkata: "Kami tidak tahu siapa di sebelah kiri yang menyerang kami, siapa di sebelah kanan. Bahkan dengan siapa kami. Itu benar-benar berantakan."
Jihad pernah menyebut Inggris sebagai 'negara kotor' dan menyatakan dukungannya untuk serangan-serangan Paris 2015 dengan mengatakan dia 'berharap' bisa menyaksikan pembunuhan itu.
Menyusul peristiwa tragis itu, dia menulis di internet: "Seandainya aku bisa melihat para sandera dibantai tadi malam dengan mataku sendiri. Akan sangat indah."