Follow Us

Gatot Nurmantyo Sebut 2 Instansi Pemerintah Terkait Kasus Penyelundupan Senjata Ilegal yang Menyeret Mantan Danjen Kopassus

Moh. Habib Asyhad - Rabu, 12 Juni 2019 | 09:18
Gatot Nurmantyo terkait kasus penyelundupan senjata ilegal di sekitaran rusuh Aksi 22 Mei.
Tangkap layar TV One

Gatot Nurmantyo terkait kasus penyelundupan senjata ilegal di sekitaran rusuh Aksi 22 Mei.

Baca Juga: Mengerikan, Ibu Ini Tak Sengaja Temukan Rumah Prostitusi Tak Jauh dari Gerbang Sekolah Anaknya

“Ini yang harus saya jelaskan, dalam konteks ini satu hal, hampir semua Prajurit Koppassus dan Taipur yang melaksanakan Operasi Sandi Yudha hampir dikatakan 50 persen punya senjata,” katanya.

“Tapi entah di mana sekarang karena memang salah satu tugas Operasi Sandi Yudha adalah melakaksanakan operasi di belakang garis lawan bukan di depan.”

Gatot lalu melanjutkan:

“Tempat sarangnya musuh dia beroperasi, kemudian dia melipatgandakan dan melangsungkan perlawanan dari garis dalam, jadi bayangkan dia berangkat 3 orang ke sana dengan terpisah-pisah nanti bertemu di tempat musuh kemudian dia merekrut orang-orang yang jadi musuhnya itu.

“Dia mempersenjatai entah dari mana senjatanya ia melakukan perlawanan dari belakang, itulah Operasi Sandi Yudha.”

Hingga tibalah Gatot menyebut dua instansi pemerintah terkait kasus penyelundupan tersebut.

“Nah kalau kita tanya benar pelaku yang mengirimkan yang memegang senjata itu, itu yang hasil rampasan dari GAM kemudian diberikan, tidak mungkin seorang Pak Narko yang Pangdam, meninggalkan begitu saja,” ujar Gatot.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Hari Ini Rabu 12 Juni 2019, Pisces yang Lajang Siap-Siap Ketemu Seseorang yang Cocok Buatmu

Lebih jauh, Gatot berharap dalam kasus senjata tersebut, ada saksi ahli yang bisa dipercaya bukan hanya saksi saja.

“Maka perlu ada saksi ahli, semoga saja saksi ahlinya ini adalah orang-orang yang memang benar-benar murni laki-laki, sekarang kan banyak laki-laki yang agak keperempuanan gitu kira-kira,” kata Gatot sambil tertawa.

“Pasti yang mengirimkan ini adalah masuk satgas BAIS (Badan Intelijen Strategi) atau BIN pasti itu.”

Editor : Moh. Habib Asyhad

Latest