Follow Us

Kecewa Harga Cabai Terjun Bebas, Petani Jogja Ini Meracun 1,5 Hektare Tanaman Lomboknya Sendiri

Moh. Habib Asyhad - Minggu, 10 Februari 2019 | 14:24
Kecewa harga lombok terjun bebas, Sukarman meracun seluruh tanaman lomok miliknya.
KOMPAS.com/ DANI J

Kecewa harga lombok terjun bebas, Sukarman meracun seluruh tanaman lomok miliknya.

Suar.ID - Harga cabai, terutama cabai keriting, sedang terjun bebas.

Di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, misalya, dari yang biasanya Rp15 ribu per kilogramnya, kini jadi Rp3.000 – Rp4.000 per kilogramnya.

Hal itu membuat beberapa petani kecewa.

Sukarman, petani lombok asal Desa Bugel, Kecamatan, Panjatan, Kulon Progo, salah satunya.

Baca Juga : Masih Ingat Adi Saputra yang Mengamuk dan 'Unboxing' Motor? Begini Kondisi Kontrakannya

Lantaran harga cabai remuk, pria 60 tahun ini memutuskan untuk tidak melakukan panen.

Menurutnya, ongkos petik lebih mahal ketimbang harga jual.

Tak sekadar tidak paneh, Sukarman bahkan menghancurkan ladang miliknya seluas 1,5 hektare yang cabainya sudah merah dengan gramason, racun pembunuh rumput dan gulma.

“Saya baru 5 kali petik dari biasanya bisa sampai 15-20 kali petik,” ujar Sukarman ketika ditemui Kompas.com, Sabtu (9/2) kemarin.

“Tapi sekarang rugi karena harga Rp3.000-4.000 per kg.”

Dia juga membiarkan buah cabai itu mengering sendiri di pohon dan dipenuhi semak belukar.

Ladang itu pun kini menjadi berwarna cokelat karena pohon mengering.

Sukarman mengatakan, mau tak mau ia memutuskan untuk mengganti dengan tanaman lain, misal semangka.

"Karena cabai ini sudah tidak ada untungnya," kata Sukarman.

Baca Juga : 7 Etika Bila Anda Menginap di Hotel, Salah Satunya Tentang Barang yang Boleh Dibawa Pulang

Sukarman merasa keputusan meracun tanaman cabainya dengan racun gulma itu tepat.

Terlebih setelah memperoleh kabar bahwa rendahnya harga cabai selama ini dikait-kaitkan dengan impor cabai kering, cabai tumbuk, dan saos cabai yang diyakini untuk mendukung industri produk makanan lain.

"Kami baru tahu setelah saya hadir di pertemuan perwakilan kelompok tani seluruh Indonesia di kantor Dirjen Holtikultura Jakarta pada 4 Januari 2019,” katanya.

“Kami mendesak dan baru tahu ada impor cabai ini yang baru 40 persen, belum seluruhnya/”

Karenanya, ia meyakini harga cabai tidak akan terdongkrak naik dalam tempo lama.

Padahal, kata Sukarman, BEP lombok merah keriting di tingkat petani di Kulon Progo berada di harga Rp10.000 per kg.

Petani lain di Bugel, Suparman (55), juga merasakan hal serupa.

Dia mengatakan, kalau dihitung sejak pertama kali menanam, sebenarnya tidak rugi besar.

Namun, kini ia berencana mengganti cabai dengan tanaman lain.

Kebetulan harga sudah lama di titik terendah.

Baca Juga : Pulau Kecil Ini Bikin AS dan Rusia Harus Hidup Berdampingan, Namun Tetap Diselimuti Ketegangan

“Harga sekarang Rp5.000 per kg itu tidak cucuk (jauh dari BEP). Setidaknya Rp15 ribu. (Karenanya) habis ini saya mau bongkar dan ganti tanaman lain," kata Suparman.

Kulon Progo sejatinya digadang sebagai salah satu lumbung cabai nasional.

Produksi cabai keritingnya bisa mencapai 40 ton per hari.

Sebanyak 90 persen produksi cabai dari kabupaten ini memenuhi kebutuhan cabai berbagai daerah di Indonesia.

Utamanya, Provinsi DKI Jakarta, seperti Pasar Kramat Jati, Cibitung, dan Tanah Tinggi.

Cabai juga dikirim ke Sumatera.

Produksi cabai Kulon Progo meningkat tajam di 2018 lalu, bahkan sampai 25.362 ton atau 225,82 persen dari target 11.231 ton.

Produksi cabai Kulon Progo merupakan produksi terbesar dari semua jenis holtikultura yang ada.

Semua didukung oleh luas tanam yang besar mencapai 2.240 hektar.

Luas tanam ini melebihi masing-masing kabupaten yang ada di DIY.

Baca Juga : Adi Saputra Banting Motor Hingga Rusak dan Ditahan, Pacarnya Tetap Setia: 'Jangan 1 Kesalahan Menutupi 1000 Kebaikan'

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Harga Jeblok, Petani Ini Matikan 1,5 Hektare Pohon Cabainya dengan Racun Gulma

Editor : Moh. Habib Asyhad

Baca Lainnya

Latest