Follow Us

Kisah Luar Biasa Tentara Jepang yang Sembunyi di Gua Buatan Selama 27 Tahun hingga Ditemukan pada 1972

Moh. Habib Asyhad - Senin, 28 Januari 2019 | 16:37
Shoichi Yokoi bersembunyi di gua buatannya sendiri selama 27 tahun ketika Perang Dunia II hendak berakhir.
OTHER via BBC

Shoichi Yokoi bersembunyi di gua buatannya sendiri selama 27 tahun ketika Perang Dunia II hendak berakhir.

Suar.ID - Pada 24 Januari 1972, dua pemburu menemukan seorang laki-laki yang sedang memasang perangkap ikan di sungai dekat air terjun Talofofo di Guam.

Pria itu kemudian diidentifikasi sebagai Shoichi Yokoi, seorang tentara Jepang yang hidup terisolasi di gua buatannya sendiri sejak Perang Dunia II.

Yokoi melarikan diri dan bersembunyi selama invasi AS ke Guam pada 1944 alih-alih menyerah untuk jadi tawanan.

Dia kemudian dipulangkan ke Jepang pada 1972.

Baca Juga : Viral, Foto PRT di Singapura Ngemper di Luar Restoran Sementara Majikannya Makan di dalam

Shoichi Yokoi berusia 26 tahun ketika direkrut menjadi Tentara Jepang pada 1941.

Pada saat itu, Yokoi dan tantara-tentara Jepang lainnya, diajari bahwa menyerah adalah nasib buruk bagi seorang prajurit.

Jadi, ketika pasukan AS menginvasi Guam yang sebelumnya diduduki Jepang pada 1944, Yokoi memilih melarikan diri ke hutan.

Dia menggali gua di dekat air terjun.

Menutupinya dengan bambu dan alang-alang.

Dia bertahan hidup dengan memakan binatang-binatang kecil.

Ketika ditemukan pada 24 Januari 1972 oleh dua pemburu di dekat sungai, dia tidak tahu bahwa perang telah usai beberapa dekade yang lalu.

Saat ditemukan itu, dia sempat menyerang dua pemburu itu.

Tapi pemburu itu berhasil mengalahkan sang prajurit yang sudah menjadi lemah itu dan kemudian membawanya ke pihak berwenang.

Di sanalah dia bercerita tentang kisah anehnya itu.

Baca Juga : Ini Karakter Kepribadian Dilihat dari Urutan Lahirnya, Anak Pertama Selalu Ingin Jadi Pemimpin dan Punya Tujuan Kuat

***

Ketika Perang Dunia II berkecamuk, beberapa negara membuat kebijakan bahwa rakyatnya harus ikut berperang.

Mereka yang awalnya warga sipil biasanya, menjadi relawan untuk membantu militer terjun di garda terdepan pertempuran.

Tak hanya Amerika Serikat yang melakukan kebijakan ini, Jepang juga melakukannya.

Para pemuda sipil ini dilatih baris berbaris, menggunakan senjata, dan juga mengendalikan pesawat terbang yang nantinya akan dijadikan aksi kamikaze.

Namun, ketika Nagasaki dan Hiroshima hancur karena bom atom, Jepang menyerah.

Para tentara yang tersebar di berbagai wilayah juga harus menyerah kepada pihak Sekutu.

Lain halnya dengan seorang tentara Jepang bernama Shoici Yokoi.

Dia merupakan seorang tentara berpangkat kopral dari Angkatan Darat Jepang pada Perang Dunia II.

Dilansir dari BBC, ketika terjadi pertempuran di sekitar Pasifik Barat, Jepang mendapatkan perlawanan sengit dari tentara AS.

Baca Juga : Waspada! Ini Daftar Lengkap 5 Merek Obat Darah Tinggi yang Ditarik oleh BPOM Karena Bisa Memicu Kanker

Korban banyak di kedua sisi. Kemudian, begitu komando Jepang mengalami masalah, Yokoi dan pletonnya ditinggalkan sendiri.

Pada tahun-tahun awal, tentara Jepang di Pasifik Barat itu segera berkurang menjadi beberapa orang.

Mereka terpaksa bertahan hidup dengan menangkap dan membunuh sapi untuk makanan mereka.

Saat kondisi semakin berbahaya, Yokoi dan kawannya bersembunyi ke dalam hutan.

Mereka makan kodok, belut, bahkan tikus untuk bertahan hidup.

Prinsipnya adalah daripada tertangkap dan dibunuh tentara AS, lebih baik mereka bersembunyi.

Akhirnya, lambat laun tinggal Yokai saja yang tersisa, dari sejumlah pasukan di Pulau Guam itu.

Dua teman terakhirnya yang selamat meninggal dalam banjir pada 1964.

Seperti disebut di awal, tepat pada 24 Januari 1972, tentara yang berusia 57 tahun itu ditemukan hidup sendiri dalam hutan.

Dia ditemukan oleh pemburu lokal di Pasifik.

Pulau Guam mempunyai luas 517.998 kilometer persegi terletak di Pasifik Barat.

Baca Juga : Raffi Ahmad Akui Pernah Selingkuh, Ini Alasan Nagita Slavina Tetap Yakin Mau Pertahankan Rumah Tangga

Dilansir History.com, di hutan Guam, dia bertahan hidup dan selama tiga dekade berikutnya menunggu kembalinya pasukan Jepang.

Ketika ditolong oleh pemburu, dia merasa ketakutan karena masih menganggap perang masih berlangsung.

Namun, pemburu menyelamatkannya.

Yokoi bercerita bahwa suatu hari temannya akan kembali menemukan mereka di pulau tersebut.

Ketika berjuang hidup sendirian, Yokoi membuat jebakan dari alang-alang liar untuk menangkap belut.

Dia juga menggali sendiri tempat berlindung di bawah tanah, didukung oleh tongkat bambu yang kuat.

Setelah ia ditemukan pada 1972, ia akhirnya dipulangkan dan dikirim pulang ke Jepang, di mana ia dipuji sebagai pahlawan nasional.

Sampai di Jepang, dia diwawancarai di radio dan televisi.

Yokoi juga diundang untuk berbicara di universitas dan di sekolah-sekolah di seluruh Jepang.

Dia kemudian menikah dan kembali ke Guam untuk berbulan madu.

Baca Juga : Fifi Lety: Saya Terlalu Percaya Ahok, Harusnya Dulu Berani Melawannya

Alat bertahan hidup buatannya, juga seragam tipisnya kini dipajang di Museum Guam di Agana.

Dilansir dari New York Times, kasus Yokoi menyoroti transformasi luar biasa yang telah dialami Jepang ketika perang.

Dia adalah lambang nilai-nilai ketekunan sebelum perang, serta kesetiaan kepada Kaisar. Pada September 1997, Yokoi meninggal.

Sosok yang dikenal sebagai pahlawan jepang ini terkena serangan jantung. Ketika itu Yokoi berusia 82 tahun.

Editor : Moh. Habib Asyhad

Baca Lainnya

Latest