Tak Lagi Punya Uang, Perusahaan China Ini Bayar Utang Investor Pakai Daging Babi

Senin, 12 November 2018 | 17:30
Pixabay

(Ilustrasi) perusahaan China bayar utang pada investor pakai daging babi.

Suar.ID – Investor di sebuah perushaan di China sedang 'mandi' dengan daging babi.

Ini terjadi setelah perusahaan bernama Chuying Agro-Pastoral Group tidak dapat membayar keuntungan kepada investor mereka menggunakan uang.

Mereka, kehabisan uang.

Dikutip dari laman thisismoney.co.uk (9/11/2018), prusahaan tersebut memiliki tanggungan kepada investor sebanyak 30 juta pounsterling atau setara Rp571 miliar.

Perushaan ini bergerak dibidang produsen bahan makanan, termasuk daging babi.

Baca Juga : Link Live Streaming Indonesia Vs Timor Leste di Piala AFF 2018, Bima Sakti Ungkap Kekhawatiran Laga Itu

Saat jatuh tempo, perusahaan tersebut gagal untuk membayar kembali obligasi senilai 55 juta pounsterling (Rp 1 triliun).

Alasannya karena bisnis perusahaan tersebut sedang mengalami kesulitan karena terdampak wabah demam babi di Afrika.

Perusahaan akhirnya menawarkan untuk membayarkan sisa bunga menggunakan paket hadiah berupa ham atau daging babi.

Meski tidak dapat menutup seluruh tanggungan perusahaan, sisa utang tetap akan dibayarkan dalam bentuk uang dalam jangka waktu tertentu.

Baca Juga : Via Vallen Menjawab, 4 Poin Tanggapannya Atas Sentilan Jerinx SID

Tawaran tak biasa tersebut lantas diterima pihak investor, mereka juga sepakat menunda waktu untuk mebayar sisa utang yang masih ada.

Ternyata, langkah perusahaan untuk membayar tanggungan dalam bentuk daging babi ternyata membawa dampak positif.

Nilai saham mereka naik 20,9 persen sejak pengumuman tersebut dibuat.

Peningkatan nilai saham perusahaan tersebut mungkin ikut dipengaruhi kepuasan pihak investor dengan kualitas paket daging yang mereka terima, yang masing-masing bernilai hampir 1.000 poundsterling (sekitar Rp 19 juta).

Baca Juga : Perjuangan Hidup Eka Tjipta Widjaja, Si Penjual Biskuit Keliling yang Kini Jadi Orang Terkaya Nomor 2 di Indonesia

Sementara itu, Judy Kwok-Cheung analis ekonomi yang juga direktur penelitian pendapatan tetap di Bank Singapura, menilai, pembayaran dalam bentuk barang umumnya tidak bisa diterima sebagai pembayaran hutang.

Meski begitu, kasus serupa juga pernah terjadi tahun 2010 lalu di Ingggris.

Perushaan cokelat di Inggris meluncurkan obligasi cokelat.

Perusahaan tersebut memberikan enam kotak cokelat senilai masing-masing sekitar 19 poundsterling setiap tahun kepada investor yang menanamkan dananya sebesar 2.000 poundsterling.

Hasilnya, perusahaan tersebut dapat membayar keuntungan kepada investor berupa uang tunai pada awal tahun 2018 ini.

Baca Juga : Menurut Sains, Inilah Tipe Pria yang akan Membuatmu Sering Orgasme

Editor : Masrurroh Ummu Kulsum

Sumber : kompas, thisismoney.co.uk

Baca Lainnya