Heboh Remaja Mabuk Rebusan Pembalut: Apa Saja Kandungan Pembalut Wanita?

Jumat, 09 November 2018 | 14:54
wiseGEEK

Bagaimana rendaman pembalut menghasilkan efek nge-flay?

Suar.ID -Fenomena kenakalan remaja mabuk rebusan pembalut tengah menjadi perbincangan akhir-akhir ini.

Fenomena mabuk rendaman pembalut sebenarnya tidak baru-baru amat terjadi di Jawa Tengah.

Seperti dilaporkan Tribun Jabar pada Jumat (9/11), Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa tengah menemukan dua kelompok anak jalanan yang menggunakan air rebusan pembalut untuk mabuk dalam dua bulan terakhir.

Baca Juga : Claudio Martinez Tertangkap Karena Kasus Narkoba, Ini 3 Fakta tentang 'Pelatih Si Madun' Ini

Kabid Pemberantasan BNNP Jateng AKBP Suprianto, dalam acara Apa Kabar Indonesia Pagi di TvOne pada Kamis (8/11) kemarin, mengatakan, minum air rebusan pembalut jadi alternatif remaja untuk mendapat efek seperti narkotika.

Lebih dari itu, air rebusan pembalut lebih murah dibanding membeli narkoba yang memang mahal harganya.

Kepada Tribunnews.com,Komisioner KPAI bidang Kesehatan dan NAPZA Sitti Hikmawatty mengatakan, pihaknya merasa sangat prihatin dengan semakin banyaknya kasus ditemukan anak-anak yang meminum rebusan pembalut.

Sesuai data yang masuk di KPAI, kasus ini bukanlah kasus baru.

"Pada saat kami tangani kasus penyalahgunaan PCC, 2017 lalu juga sudah kita temui, namun jumlahnya relatif kecil," ujar Sitty saat dikonfirmasi Tribunnews, Kamis (8/11).

Kegiatan remaja yang mencari alternatif zat yang dapat membuat mereka 'fly', tenang ataupun gembira, ucap Sitty, awalnya didapatkan secara coba-coba atau eksperimen.

"Jadi kalau kita mengenal beberapa golongan Psikotropika diluar Narkoba, maka beberapa zat 'temuan' para remaja ini termasuk kelompok eksperimen psikotropika," kata Sitty.

Sitty berujar jumlahnya memang belum bisa diprediksikan, karena berkaitan erat dengan jumlah anak serta kreativitas "meramu" bahan-bahan yang mudah didapat dipasaran.

Minum air rebusan pembalut juga di dapat dari coba-coba, selain fenomena lain seperti ngelem, dan lainnya.

Baca Juga : Cuma Dibekali Rp100 Ribu, Anak Miliarder Ini Disuruh Ayahnya Jadi Orang Miskin

Ditengarai anak-anak itu mempelajari leeat internet. Sehingga mereka bisa membuat beberapa varian baru, dari racikan coba-coba.

Menurut Sitty, tingkat resiko atau bahaya menjadi meningkat karena mereka hanya konsen pada satu zat tertentu dalam sebuah bahan, namun zat lainnya cenderung diabaikan sehingga reaksi sampingan yang terjadi bisa berakibat fatal.

Hasil penelusuran KPAI mendapatkan bahwa awalnya dorongan ekonomilah yang membuat mereka melakukan percobaan ini.

"Karena tidak mampu membeli karena tidak punya biaya, sementara sudah kecanduan, maka mereka berupaya mencari tahu dengan bantuan informasi Internet tadi, meracik sendiri ramuan-ramuan yang diharapkan akan memberikan hasil seperti kebutuhan mereka," katanya.

Sitty menerangkan KPAI terus berkoordinasi dengan banyak pihak agar fenomena ini bisa ditangani.

Seperti disebut di awal, kasus mabuk rebusan pembalut bukan kasus baru.

Sebelumnya kasus serupa pernah ditemukan di Grobogan, Kudus, Pati, Rembang, dan Kota Semarang.

Yang menjadi pertanyaan kemudian, apa sebenarnya kandungan pembalut sehingga digunakan jadi “pengganti” narkoba?

Seperti yang telah banyak diberitakan, pembalut wanita mengandung klorin dan bubuk dosium polyacrylate.

Hal tersebut, dilansir dari Tribunnews.com, berdasarkan riset yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YKLI) pada 2015.

Diungkapkan di situs resmi YLKI, riset tersebut dilakukan menggunakan sampel yang diperoleh dari ritel dengan menggunakan metode spektrofotometri.

Dari hasil pengujian YLKI 9 merek pembalut dan 7 merek pentyliner semua mengandung klorin dengan rentang 5 s/d 55 ppm.

Baca Juga : Menjelang Mati Kucing Selalu Menyembunyikan Diri, Ini Alasannya

Kandungan klor yang paling tinggi (54.73 ppm) pada merek Charm dan pada pantyliner.

Tidak hanya uji lab, YLKI juga menganalisa label produk pembalut dan pantyliner.

Data menunjukkan sebagian besar (52%) produk tidak mencantumkan komposisi pada kemasan produk dan sebagian besar (57%) produk tidak mencantumkan tanggal kedaluarsa.

Dan dari hasil pengujian serta analisis label bahwa pembalut dan pantyliner yang berasal dari kertas memiliki kadar klorin lebih tinggi dibandingkan yang berasal dari kapas.

Begitu bunyi hasil pengujian yang disiarkan melalui siaran pers pada 2015.

Bubuk sodium polyacrylate pada pembalut berfungsi sebagai bahan penyerap cairan.

Seorang dokter adiksi, dr Hari Nugroho, juga ikut berkomentar soal fenomena mabuk rendaman pembalut ini.

Menurutnya, kandungan zat kimia dalam pembalut wanita sejatinya bukan merupakan zat adiktif.

Namun, zat kimia seperti klorin dapat menimbulkan beberapa efek pada otak manusia.

Klorin bisa mengakibatkan efek pada sistem neuro psikologis manusia.

"Memang (kandungan dalam) pembalut dan pampers itu tidak lepas dari adanya zat-zat kimia yakni jejak klorin. Lalu ketika dikonsumsi akan ada efek-efek sistem neuro psikologi kita sebagai manusia,” katanya.

Baca Juga : Maia Estianty Dikabarkan Gelar Pesta Pernikahan di Gelora Bung Karno, Tarif Sewa Lokasinya Bisa Sampai Rp650 Juta!

Tag

Editor : Moh. Habib Asyhad