Suar.ID - Sebuah perusahaan yang berbasis di Nagano baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka telah menciptakan penganalisa rasa mie pertama di dunia.
Perusahaan ini membuat mesin yang secara ilmiah dapat memperkirakan kelezatan mie soba dalam hitungan detik.Seperti yang diketahui, Prefektur Nagano memang terkenal dengan mie sobanya.
Mie jenis ini merupakan varietas populer yang dibuat dengan tepung soba.
Untuk menghormati produksi mie soba yang ada di prefektur tersebut, pembuat perkakas lokal Yatsurugigiken Inc. bekerja sama dengan Fakultas Pertanian Universitas Shinshu menciptakan penganalisa kelezatan mie pertama di dunia.
Perangkat berteknologi tinggi menerapkan fluoresensi yang diinduksi LED ultraviolet ke sekitar 2 gram tepung soba dan mengukur tingkat fosfolipid, protein, dan zat terkait rasa lainnya.
Dalam hitungan detik, mesin tersebut akan memberikan peringkat rasa dalam empat kategori berbeda (rasa, aroma, kehijauan, kesegaran) yang ditampilkan di layar LED."Penggiling mengandalkan wawasan pekerja terampil untuk penilaian rasa, tapi saya ingin mengevaluasi rasa soba dalam bentuk numerik dan menunjukkan kualitas mie secara objektif," kata Naoya Shimizu, presiden Yatsurugigiken, kepada surat kabar Jepang, Asahi.
Perusahaan yang berbasis di Nagano ini telah mendapatkan paten untuk perangkat cerdiknya dan yakin bahwa operator restoran, pabrik, koperasi pertanian, dan entitas lain akan tertarik untuk membelinya.Rupanya, Yatsurugigiken mulai bekerja dengan Universitas Shinshu sekitar tujuh tahun lalu, mencoba membuat mesin yang dapat memilah biji soba berdasarkan kualitasnya.
Namun, rencana dibatalkan karena membuat versi komersial terbukti sulit, sehingga minat beralih ke analisis rasa dan kualitas tepung soba.Dalam beberapa bulan mendatang, Yatsurugigiken berencana mengadakan tes sensorik berulang kali untuk membuktikan korelasi antara hasil penganalisis kelezatan mie dan seberapa tinggi orang menilai rasa dan aroma berbagai mie soba.
Perusahaan mengklaim bahwa perangkatnya dapat sangat bermanfaat bagi petani karena dapat membantu mereka membuktikan kualitas produk mereka.
"Menunjukkan nilai objektif akan membantu memperbaiki harga soba, yang berbeda di antara daerah penghasil," kata Naoya Shimizu.
"Itu akan memberikan dorongan bagi petani yang terganggu oleh harga pasar yang lebih murah dan mengarah pada peningkatan nilai soba."
Baca Juga: Jadwal Kereta Api Mutiara Selatan Solo Surabaya 2023: Liburan Saat Imlek ke Luar Kota yuk!