Jadwal Pesawat Garuda Indonesia Surabaya-Jakarta Hari Ini 24 November 2022

Rabu, 23 November 2022 | 12:54
Instagram @anneavantieheart

Ini jadwal pesawat Garuda Indonesia Surabaya-Jakarta hari ini,24 November 2022.

Ini jadwal pesawat Garuda Indonesia Surabaya-Jakarta hari ini,24 November 2022. Ada sekitar delapan penerbangan.

Suar.ID -Ini jadwal pesawat Garuda Indonesia Surabaya-Jakarta hari ini,24 November 2022.

Menurut situs resmi Garuda Indonesia, untuk tanggal 24 November, ada sekitar delapan penerbangan dari Bandara Juanda Surabaya ke Bandara Soekarno-Hatta Jakarta.

Jadwal pesawat Garuda Indonesia Surabaya-Jakarta paling pagi pukul 07.05.

Sementara yang paling malam pukul 19.40 dari Surabaya.

Ini jadwal lengkap:

GA3274 13.30 - 15.05

GA3054 14.30 - 16.05

GA4494 15.25 - 17.00

GA311 16.30 - 17.50

GA305 07.05 - 08.40

GA325 18.40 - 20.15

GA317 19.40 - 21.15

GA327 11.00 - 12.45

Untuk lebih lengkapnya, langsung ke link berikut ini.

Profil Garuda Indonesia

Garuda Indonesia merupakan maskapai penerbangan nasional Indonesia.

Maskapai pembawa bendera Bangsa itu saat ini melayani 83 destinasi di seluruh dunia dan berbagai lokasi eksotis di Indonesia.

Dengan jumlah penerbangan lebih dari 600 penerbangan per hari dan jumlah armada 196 pesawat di Januari 2017, Garuda Indonesia memberikan pelayanan terbaik melalui konsep 'Garuda Indonesia Experience' yang mengedepankan keramahtamahan dan kekayaan budaya Indonesia.

Garuda Indonesia terus melaksanakan program transformasi secara berkelanjutan.

Hasilnya, kini Garuda Indonesia merupakan maskapai bintang lima, dengan berbagai pengakuan dan apresiasi berskala internasional, diantaranya pencapaian ‘The World’s Best Cabin Crew' selama empat tahun berturut-turut, dari tahun 2014 hingga 2017; 'The World's Most Loved Airline 2016' dan 'The World’s Best Economy Class 2013' dari Skytrax, lembaga pemeringkat penerbangan independen berbasis di London.

SEJARAH #

Penerbangan sipil Indonesia tercipta pertama kali atas inisatif Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dengan menyewakan pesawat yang dinamai 'Indonesian Airways' kepada pemerintah Burma pada 26 Januari 1949.

Peran 'Indonesian Airways' pun berakhir setelah disepakatinya Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 1949.

Seluruh awak dan pesawatnya pun baru bisa kembali ke Indonesia pada 1950.

Setibanya di Indonesia, semua pesawat dan fungsinya dikembalikan kepada AURI ke dalam formasi Dinas Angkutan Udara Militer.

Dengan ditandatanganinya perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 1949 maka Belanda wajib menyerahkan seluruh kekayaan pemerintah Hindia Belanda kepada pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS) termasuk maskapai KLM-IIB (Koninklijke Luchtvaart Maatschappij- Inter-Insulair Bedrijf).

KLM-IIB merupakan anak perusahaan KLM setelah mengambil alih maskapai swasta K.N.I.L.M (Koninklijke Nederlandshindische Luchtvaart Maatschappij) yang sudah eksis sejak 1928 di area Hindia Belanda.

Pada 21 Desember 1949 dilaksanakan perundingan lanjutan dari hasil KMB antara pemerintah Indonesia dengan maskapai KLM mengenai berdirinya sebuah maskapai nasional.

Presiden Soekarno memilih dan memutuskan 'Garuda Indonesian Airways' (GIA) sebagai nama maskapai ini.

Dalam mempersiapkan kemampuan staf udara Indonesia, maka KLM bersedia menempatkan sementara stafnya untuk tetap bertugas sekaligus melatih para staf udara Indonesia.

Karena itulah pada masa peralihan ini Direktur Utama pertama GIA merupakan orang Belanda, Dr. E. Konijneburg.

Armada pertama GIA pertama pun merupakan peninggalan KLM-IIB dan bukan armada 'Indonesian Airways' milik AURI.

Sehari setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia (RI) oleh Belanda, yaitu tanggal 28 Desember 1949, dua buah pesawat Dakota (DC-3) berangkat dari bandar udara Kemayoran, Jakarta menuju Yogyakarta.

Soekarno dibawa kembali ke Jakarta yang sekaligus menandai perpindahan kembali Ibukota RI ke Jakarta.

Sejak saat itulah GIA terus berkembang hingga dikenal sekarang sebagai Garuda Indonesia.

Setahun kemudian, di tahun 1950, Garuda Indonesia menjadi perusahaan negara.

Pada periode tersebut, Garuda Indonesia mengoperasikan armada dengan jumlah pesawat sebanyak 38 buah yang terdiri dari 22 DC-3, 8 Catalina kapal terbang, and 8 Convair 240.

Armada Garuda Indonesia terus bertambah dan akhirnya berhasil melaksanakan penerbangan pertama kali ke Mekah membawa jemaah haji dari Indonesia pada tahun 1956.

Tahun 1965, penerbangan pertama kali ke negara-negara di Eropa dilakukan dengan Amsterdam sebagai tujuan terakhir.

Sepanjang tahun 1980-an, Garuda Indonesia melakukan revitalisasi dan restrukturisasi berskala besar untuk operasi dan armadanya.

Hal ini mendorong perusahaan untuk mengembangkan program pelatihan yang komprehensif untuk awak kabin dan awak darat Garuda Indonesia dan mendirikan fasilitas pelatihan khusus di Jakarta Barat dengan nama Garuda Indonesia Training Center.

Armada Garuda Indonesia dan kegiatan operasionalnya mengalami revitalisasi dan restrukturisasi besar-besarandi sepanjang tahun 1980-an.

Hal ini menuntut Perusahaan merancang pelatihan yang menyeluruh bagi karyawannya dan mendorong Perusahaan mendirikan Pusat Pelatihan Karyawan, Garuda Indonesia Training Center di Jakarta Barat.

Seiring dengan upaya pengembangan usaha, di awal tahun 2005, Garuda Indonesia memiliki tim manajemen baru, yang kemudian membuat perencanaan baru bagi masa depan Perusahaan.

Manajemen baru Garuda Indonesia melakukan evaluasi ulang dan restrukturisasi Perusahaan secara menyeluruh dengan tujuan meningkatkan efisiensi kegiatan operasional, membangun kembali kekuatan keuangan yang mencakup keberhasilan Perusahaan dalam menyelesaikan restrukturisasi utang, menambah tingkat kesadaran para karyawan dalam memahami pelanggan, dan yang terpenting memperbarui dan membangkitkan semangat karyawan Garuda Indonesia.

Penyelesaian seluruh restrukturisasi utang Perusahaan mengantarkan Garuda Indonesia siap untuk mencatatkan sahamnya ke publik pada 11 Februari 2011.

Perusahaan resmi menjadi perusahaan publik setelah penawaran umum perdana atas 6.335.738.000 saham Perusahaan kepada masyarakat.

Saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia pada tanggal 11 Februari 2011 dengan kode GIAA.

Salah satu tonggak sejarah penting ini dilakukan setelah Perusahaan menyelesaikan transformasi bisnisnya melalu kerja keras serta dedikasi berbagai pihak.

Tag

Editor : Moh. Habib Asyhad