Sudah Dinyatakan Meninggal oleh Dokter, Bocah 3 Tahun Hidup Lagi saat Sudah di Dalam Peti Mati, Endingnya Nahas

Selasa, 27 September 2022 | 08:31
New York Post

Seorang bocah 3 tahun hidup lagi setelah dinyatakan meninggal dunia, namun nasibnya nahas

Suar.ID - Sempat dinyatakan meninggal dunia, seorang bocah berusia 3 tahun mendadak terbangun saat pemakaman digelar.

Keluarga gadis itu seketika syok, kemudian menuduh pihak rumah sakit telah membuat kelalaian.

Namun sayangnya, tak selang beberapa lama gadis muda itu tetap dinyatakan meninggal dunia dengan penyakit yang berbeda.

Bagaimana kisah selengkapnya?

Dilansir dari New York Post, keluarga Camila Roxana Martinez Mendoza menuduh Rumah Sakit Komunitas Dasar Salinas de Hidalgo melakukan kelalaian setelah menyatakan bocah 3 tahun itu meninggal.

Mulanya diketahui, gadis muda itu mengalami sakit perut, muntah dan demam.

Kemudian ibunya, Mary Jane Mendoza, membawanya menemui dokter anak di kampung halaman di Villa de Ramos.

Setelah diperiksa, dokter kemudian merekomendasikan agar anak itu dibawa ke rumah sakit di negara bagian San Luis Potosí, Meksiko tengah untuk dirawat karena dehidrasi.

Dokter di Rumah Sakit Komunitas Dasar Salinas de Hidalgo meletakkan handuk dingin di atas tubuh kecilnya untuk menurunkan suhu tubuhnya dan meletakkan oksimeter nadi di salah satu jarinya untuk melacak kadar oksigennya.

Camila dibebaskan dari rumah sakit dengan resep parasetamol yang mengobati rasa sakit dan demam.

Namun sayangnya, kala itu kondisi Camila terus memburuk seiring berjalannya hari.

Kemudian dokter lain memberi arahan untuk sang ibu dari gadis itu untuk memberi makan buah-buahan dan memberi resep obat yang berbeda.

Sudah Dinyatakan Meninggal oleh Dokter, Bocah 3 Tahun Hidup Lagi saat Pemakaman, Akhirnya Tak Tertolong

Terlepas dari obat-obatan dan saran dari para ahli medis, balita itu terus muntah.

Orang tuanya pun semakin khawatir, kemudian membawanya ke dokter lain, dan akhirnya dilarikan ke ruang gawat darurat.

Camila diberhentikan ke Salinas antara jam 9 dan 10 malam, dan dokter terus bekerja keras untuk membantu gadis muda itu.

"Mereka ingin memberinya (terapi intravena).

Mereka butuh waktu lama untuk menaruh oksigen padanya," kata ibunya.

"Mereka tidak memakainya karena mereka tidak dapat menemukan pembuluh darah kecilnya, akhirnya, seorang perawat mengelolanya." imbuhnya.

Setelah sekitar 10 menit, infus dikeluarkan dari gadis kecil itu, yang kemudian dibawa pergi untuk beristirahat.

"Dia masih memelukku, mereka membawanya pergi dan mengatakan kepadaku, 'Kamu harus membiarkannya beristirahat dengan tenang.'" kenang ibu yang berduka itu.

Anehnya, Mendoza kemudian dijauhkan dari putrinya yang sakit di sebuah ruangan terpisah yang terkunci.

Dia bisa keluar tetapi masih tidak bisa masuk ke kamar tempat putrinya disimpan.

Camila kemudian dinyatakan meninggal karena dehidrasi.

Keesokan harinya, sebuah pemakaman diadakan untuk teman dan keluarga untuk kematian sang putri tercinta.

Namun tamu pemakaman lainnya mengatakan kepada ibu yang putus asa itu bahwa dia pasti berhalusinasi dan membujuknya untuk membuka peti mati.

Namun, nenek dari pihak ayah Camila dilaporkan bergegas untuk melihat lebih dekat ketika dia melihat mata Camila bergerak dan secara mengejutkan menemukan bahwa dia memiliki denyut nadi.

Camila dilarikan dengan ambulans kembali ke rumah sakit Salinas, di mana dokter tidak berhasil berusaha untuk menghidupkannya kembali dan menyatakan dia meninggal lagi.

Kali ini karena edema serebral atau pembengkakan otak.

"Di situlah bayi saya benar-benar selesai.

Kami sangat terpukul karena gadis saya adalah orang yang sangat bahagia, dia bergaul dengan semua orang, dia tidak memilih siapa pun," kata Mendoza.

"Kami memiliki banyak orang di peternakan yang mendukung kami karena dia disayangi."

Keluarga itu berencana mengirim Camila ke hari pertamanya di taman kanak-kanak minggu ini.

Surat-surat kematian pertama yang diperoleh orang tuanya mencantumkan penyebab kematian Camila hanya sebagai dehidrasi, sedangkan yang kedua mencatat dehidrasi, edema serebral, dan kegagalan metabolisme.

"Yang benar-benar saya inginkan adalah agar keadilan dilayani.

Saya tidak memiliki dendam terhadap para dokter yang melakukan tindakan ekstrem," katanya.

"Saya hanya meminta agar para dokter, perawat, dan direktur diubah agar itu tidak terjadi lagi."

Kasus memilukan itu sedang diselidiki oleh Jaksa Agung Negara Bagian San Luis Potosí Jose Luis Ruiz, yang mengkonfirmasi bahwa otopsi sedang berlangsung.

Baca Juga: Puluhan Orang yang datang ke Acara Pemakaman Kaget! Viral Wanita Diduga Hidup Lagi Saat Sudah di Dalam Peti Mati

Tag

Editor : Rahma Imanina Hasfi