DN Aidit Dianggap Cuma Anak Bawang, Siapa 2 Sosok Dedengkot yang Lebih Besar dari Ketum PKI?

Sabtu, 24 September 2022 | 12:02
DOK. KOMPAS

DN Aidit Dianggap Cuma Anak Bawang, Siapa 2 Sosok Dedengkot yang Lebih Besar dari Ketum PKI?

Suar.ID -DN Aidit Dianggap Cuma Anak Bawang, Siapa 2 Sosok Dedengkot yang Lebih Besar dari Ketum PKI?

Ketua Umum Partai Komunis Indonesia (PKI), Dipa Nusantara Aidit alias DN Aidit dinilai sebagai tokoh sentral dalam gerakan yang mengakibatkan sejumlah tokoh TNI AD gugur.

Bahkan di bawah kepemimpinan DN Aidit, PKI menjadi salah satu partai terbesar di Indonesia.

Kematian Aidit pun, hingga sekarang masih menjadi kontroversi.

Bahkan, lokasi jenazahnya pun tidak diketahui.

Berbicara soal PKI, asal mula adanya partai komunis di Tanah Air berasal dari seorang sosialis asal Belanda, Henk Sneevliet.

Henk mendirikan partai bernama Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) yang merupakan embrio PKI.

Setelah Indonesia merdeka, ISDV berganti nama menjadi PKI.

Lambat laun, partai ini semakin membesar dengan ratusan ribu pendukung.

Bahkan, dinobatkan sebagai partai komunis non-penguasa terbesar di dunia setelah Rusia dan China.

Banyaknya massa PKI, disebabkan rakyat Indonesia saat itu menilai, ideologi komunis cocok dengan keadaan mereka.

Tokoh partai Palu Arit Indonesia yang paling dikenal ialah Dipa Nusantara Aidit/DN Aidit.

Memang, DN Aidit dianggap yang paling bertanggungjawab atas peristiwa berdarah G30S PKI.

Bahkan, tak masuk akal jika ia mengaku tak tahu mengenai peristiwa tersebut.

Namun ternyata, Aidit bakal menjadi 'anak bawang' jika bertemu dengan dua pentolan PKI ini.

Wikipedia
Wikipedia

DN Aidit Dianggap Cuma Anak Bawang, Siapa 2 Sosok Dedengkot yang Lebih Besar dari Ketum PKI?

Tersebutlah Muso Manowar atau Munawar Muso alias Musso dan Alimin bin Prawirodirdjo.

Pada 25 Desember 1925, para pemimpin PKI mengadakan pertemuan kilat di daerah Prambanan, Klaten, Jawa Tengah.

Dalam pertemuan itu, mereka membahas aksi berupa pemogokan hingga angkat senjata yang bakal dilakukan oleh kaum tani serta buruh.

Tujuannya, melancarkan aksi pemberontakan di seluruh nusantara kepada pendudukan Belanda.

Rencana itu lantas harus disampaikan kepada wakil Komunis Internasional (Komintern) yang berada di Singapura.

PKI lantas mengirim Alimin dan Musso ke Singapura.

Komintern di Singapura menindaklanjuti rencana pemberontakan tersebut dengan memberangkatkan keduanya ke Moskow, Uni Soviet.

Rupanya, Musso dan Alimin langsung dihadapkan kepada pemimpin besar Komunis, Stalin ketika di Moskow.

Mereka berdua menerima mandat dari Stalin agar rencana pemberontakan dibatalkan dulu saja.

Selain itu, Stalin juga mengubah cara kerja PKI menjadi diam-diam dengan menyebarkan propaganda kepada Belanda.

Wikipedia
Wikipedia

DN Aidit Dianggap Cuma Anak Bawang, Siapa 2 Sosok Dedengkot yang Lebih Besar dari Ketum PKI? Musso dan Alimin

Namun, Musso nekat.

Sekembalinya ke tanah air, ia melancarkan pemberontakan kepada Belanda di Batavia dan Sumatera Barat.

Lantaran persiapan kurang matang, pemberontakan tersebut langsung ditumpas.

Belanda pun melarang adanya PKI lagi di Nusantara.

Musso dan Alimin ditangkap Belanda dan dipenjara.

Setelah keluar penjara, Musso pergi ke Moskow pada 1935.

Memang, ia sempat kembali ke tanah air.

Namun, ia diusir dari Indonesia.

Ia kemudian kembali lagi ke Uni Soviet pada 1936.

Hingga tanggal 11 Agustus 1948, Musso kembali ke Indonesia lewat Yogyakarta.

Namun, Musso kembali ke tanah air untuk melakukan pemberontakan lagi dengan para militan PKI di Madiun pada 18 September 1948.

Sontak, aksinya yang menginginkan terbentuknya Republik Soviet Indonesia dari pemberontakan PKI Madiun, langsung mendapat respon keras dari militer.

Divisi Siliwangi TNI tanpa menunggu waktu lama, segera memberangus pemberontakan tersebut.

Nasib Musso pun tak jauh dari apes setelah pemberontakan keduanya gagal.

Ia dikepung oleh satu peleton tentara Siliwangi di Pacitan.

Ajal pun menjemputnya setelah dihadiahi timah panas oleh TNI.

Baca Juga: Bagaimana Kronologi Peristiwa Pemberontakan Tragis G30S/PKI?

Editor : Ervananto Ekadilla

Sumber : Tribunnews

Baca Lainnya