G30S: Tewas Jadi Target Serangan PKI, Bagaimana Karir Jenderal TNI Ahmad Yani?

Sabtu, 17 September 2022 | 12:06
Tribunnews

Tewas Jadi Target Serangan PKI, Bagaimana Karir Jenderal TNI Ahmad Yani?

Suar.ID -Tewas Jadi Target Serangan PKI, Bagaimana Karir Jenderal TNI Ahmad Yani?

Peringatan Gerakan 30 September (G30S) ditandai dengan melakukan pengibaran bendera setengah tiang.

Pengibaran bendera setengah tiang merupakan simbol duka, kehilangan, dan disertai dengan rasa hormat, atau bahkan kesedihan yang mendalam.

Salah satunya, seperti terjadinya tragedi hebat seperti peristiwa G30S.

Lantas,terungkap kronologi terjadinya G30S dan sosok pahlawan revolusi.

Peristiwa Gerakan 30 September 1965 ialah tragedi nasional yang diduga dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).

Peristiwa ini menimbulkan korban dikalangan petinggi militer.

G30S/PKIdilatarbelakangi oleh persaingan politik.

Pasalnya PKI sebagai kekuatan politik, merasa khawatir dengan kondisi kesehatan Presiden Soekarno yang memburuk.

Peristiwa gerakan 30 September 1965, pada dasarnya berlangsung selama dua hari.

Pada 30 September, kegiatan kordinasi dan persiapan.

Keesokan harinya, pada 1 Oktober 1965 dini hari, kegiatan pelaksanaan, penculikan dan pembunuhan.

Gerakan 30 September 1965 berada di bawah kendali Letkol Untung dari Komando Batalion I resimen Cakrabirawa.

Letkol Untung kemudian menunjuk Lettu Dul Arief untuk menjadi ketua pelaksanaan penculikkan.

Pasukan bergerak mulai pukul 03.00.

Wikipedia
Wikipedia

Tewas Jadi Target Serangan PKI, Bagaimana Karir Jenderal TNI Ahmad Yani?

Enam Jendral yang menjadi korban penculikan dan pembunuhan, Letjen. Ahmad Yani, Mayjen. R. Soeprapto, Mayjen. Harjono, Mayjen. S. Parman, Brigjen D.I. Panjaitan, Brigjen Sutoyo dan satu perwira, Lettu Pirre Tandean.

Jenazah merekadimasukan PKI ke dalam lubang di kasawan Pondok Gede, Jakarta.

Jendral A.H. Nasution berhasil selamat dari penculikan.

Namun, putrinya menjadi korban.

Putri Jendral A.H. Nasution bernama Ade Irma Suryani.

Tak hanya itu, ajudannya Lettu. Pierre Tandean juga menjadi korban.

Korban lain, Brigadir Polisi K.S. Tubun wafat ketika mengawal rumah Dr. J. Leimana.

Gerakan ini menyebar juga di Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta.

Selain itu, Kolonel Katamso dan Letkol. Sugiono menjadi korban.

Lantaran, mereka tidak mendukung gerakan ini.

IST via TribunJogja.com
IST via TribunJogja.com

Tewas Jadi Target Serangan PKI, Bagaimana Karir Jenderal TNI Ahmad Yani? Lubang Buaya

Setelah berhasil menculik dan membunuh petinggi AD, PKI menguasai gedung Radio Republik Indonesia.

PKI mengumumkan sebuah Dekrit yang diberi nama Dekrit no.1.

Sebuah pernyataangerakan G30S adalah upaya penyelematan negara dari Dewan Jendral yang ingin mengambil alih negara.

Gerakan 30 September 1965 menimbulkan kegelisahan masyarakat Indonesia, khususnya kota Jakarta.

Setelah menerima laporan, Mayjen Soeharto langsung mengambil alih pimpinan Angkatan Darat.

Hal ini guna menindaklanjuti persitiwa yang terjadipada 30 September tersebut.

Langkah penumpasan dimulai pada 1 Oktober 1965, TNI berusaha menetralisasi pasukan-pasukan yang menduduki Lapangan Merdeka.

Selanjutnya, Mayjen Soeharto menugaskan kepada Kolonel Sarwo Edhi Wibowo untuk merebut kembali gedung RRI dan Pusat Telekomunikasi.

Tugas tersebut selesai dalam waktu singkat dan tanpa pertumpahan darah.

Dengan dikuasainya RRI dan Telekomunikasi, pada jam 20.00 WIB Soeharto mengumumkan, telah terjadi perebutan kekuasaan oleh gerakan 30 September.

Beliau juga mengumumkan, Presiden Soekarno dan Menko Hankam/KASAB Jenderal A.H. Nasution dalam keadaan selamat.

Operasi penumpasan berlanjut ke kawasan Halim Perdanakusuma pada 2 Oktober 1965.

Ini merupakan tempat pasukan G30S mengundurkan diri dari kawasan Monas.

Pada tanggal yang sama, atas petunjuk Polisi Sukitman yang berhasil lolos dari penculikan PKI, pasukan pemerintah menemukan lokasi Jenazah para perwira di lubang sumur tua.

Di atasnya ditanami pohon pisang.

Lokasinya terletak di kawasan yang dekat juga dengan Halim yakni Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Pada 4 Oktober, dilakukan pengangkatan Jenazah tersebut.

Keesokan harinya, mereka dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta.

Para perwira yang gugur akibat pemberontakan ini diberi penghargaan sebagai Pahlawan Revolusi.

Salah satu dari pahwlawan revolusi adalah Jenderal TNI Ahmad Yani

Jenderal Ahmad Yani lahir pada 19 Juni 1922.

Pada waktu muda, beliau pernah mengikuti wajib militer.

Ia berperan sebagai tentara Hindia Belanda.

Lalu saat Jepang menjajah Indonesia, Jenderal Ahmad Yani menjadi salah satu anggota tentara Pembela Tanah Air (PETA).

Baca Juga: G30S: Di Manakah Keberadaan Anak-anak D.N. Aidit, Mantan Petinggi PKI Sekarang?

Tag

Editor : Ervananto Ekadilla

Sumber kemdikbud.go.id