Bung Karno Ternyata Memiliki Sikap Peragu, Soeharto Meminta Presiden untuk Memberi Kuasa dengan Supersemar

Selasa, 06 September 2022 | 14:02
Kompas.com

Soeharto dan Soekarno

Suar.ID - Gerakan 30 September atau G30S/PKI terjadi pada malam hari, tanggal 30 September 1965. Soeharto menjadi pahlawan setelah ramainya peristiwa G30S.

PKI dianggap sebagai dalang atas penculikan dan pembunuhan sejumlah jenderal.

Soekarno sendiri tidak melakukan apa-apa dan seperti ragu-ragu untuk mengambil keputusan.Soeharto yang punya pengalaman saat melakukan aksi penumpasan pemberontakan PKI di Madiun sepertinya sudah mempelajari karakter Bung Karno yang ternyata peragu.Seperti yang diketahui, pemberontakan PKI pernah meletus di Madiun pada tahun 1948.Saat itu sebenarnya Bung Karno telah menunjukkan ketegasannya untuk menumpas pemberontakan PKI oleh pasukan TNI di bawah pimpinan Wakil Panglima Besar Kolonel AH Nasution.

palu.tribunnews.com
palu.tribunnews.com

(ilustrasi) Gerakan 30 September (G30S) dan PKI.

Saat itu Letkol Soeharto yang menjabat sebagai komandan Brigade X juga terlibat dalam operasi penumpasan pemberontakan PKI Madiun, sehingga Soeharto menjadi punya pengalaman jika pemberontakan oleh PKI memang harus ditindak tegas secara militer.Operasi militer untuk menumpas pemberontakan PKI pimpinan Muso itu berhasil gemilang.

Akan tetapi tetap saja menciptakan pertumpahan darah sesama anak bangsa, Soekarno pun sangat prihatin dengan hal itu.Karena penanganan G30S/PKI bisa mengulang pertumbahan darah seperti kejadian tahun 1948, maka Bung Karno pun kembali menjadi ragu-ragu untuk membuat keputusan.Mengutip dari Tribun-Timur.com, Bung Karno juga menjadi ragu-ragu untuk menindak Soeharto yang telah 'lancang' dalam penanganan G30S.Pasalnya ketika Soeharto selaku Pangkostrad melakukan tindakan berupa counter movement terhadap aksi G30S seharusnya sesuai izin KASAD dan kalaupun KASAD tidak ada, ia harus bertindak sesuai izin Presiden Soekarno selaku panglima tertinggi.Namun Bung Karno yang saat itu masih punya banyak pendukung dari militer tidak melakukan tindakan apa-apa terhadap counter movement Soeharto karena khawatir akan terjadi perang saudara dalam skala besar.Setelah kejadian berdarah pada tanggal 30 September 1965, masyarakat sipil, mahasiswa, dibantu tentara, menggelar berbagai demonstrasi besar-besaran menuntut PKI dibubarkan dan ekonomi diperbaiki. Mengutip dari Kompas.com, buntut dari peristiwa G30S yaitu pada 11 Maret 1966. Soeharto yang saat itu menjabat Panglima Angkatan Darat meminta Soekarno memberi kuasa untuk mengatasi keadaan.

Permintaan itu kemudian disebut sebagai Surat Perintah 11 Maret atau Supersemar.

Peristiwa itu akhirnya menjadi jalan Soeharto menjadi presiden selanjutnya yang menggantikan Soekarno.Selanjutnya Soeharto langsung menumpas PKI.

Setidaknya 500.000 orang yang dituduh PKI atau simpatisannya, dihabisi di berbagai penjuru Indonesia.

Baca Juga: Peristiwa G30S: Kisah Tewasnya Mayor Jenderal Siswondo Parman

Tag

Editor : Adrie Saputra