Suar.ID - Sosok Deddy Corbuzier memang sudah tidak asing lagi.
Deddy Corbuzier dulu mengawali karier sebagai mentalis di Indonesia.
Namun, belakangan Deddy Corbuzier fokus menjadi pembawa acara dan juga YouTuber.
DilansirKontan.co.iddari data Social Blade (18/9/2021), Deddy Corbuzier menjadi YouTuber Indonesia dengan perkiraan penghasilan tertinggi, yakni di rentang US$ 29.800 hingga US$ 477.000 per bulan.
Jumlah itu setara Rp 423,16 juta hingga Rp 6,77 miliar (kurs Rp 14.200 per dollar AS).
Kini sukses menjadi YouTuber,Deddy menyentil stasiun TV yang kerap menayangkan acara kurang bermutu seperti "joget-joget".
Dikutip dari unggahan Instagram, Sabtu (2/4/2022), Deddy mulanya memperlihatkan capaian viewers atau penonton di kanal YouTube miliknya yang tembus 3 juta penonton.
Selanjutnya Deddy mengenang masa lalu saat masih malang melintang di TV.
Dikatakan jikaanalisis penonton seperti itu tidak bisa didapatkannya secara langsung karena tugasnya cuma mengisi acara.
"Hal seperti ini dulu kita sebagai talent, tidak bisa mendapatkan nya.... Baru keluar analisis final nya dari youtube.. Peak in 3 millions," ujar Deddy.
Selama terjun ke dunia hiburan, Deddy tak pernah tahu apakah acara TV yang dibawakannya itu laris ditonton publik atau tidak.
Ia hanya bisa mengetahui laku atau tidaknya suatu tontonan hanya berdasarkan rating dan sharing yang didengar dari kru TV.
"Dulu kita tidak pernah tahu apakah acara kita di TV di tonton orang atau tidak... Bagus atau tidak...kalian suka atau tidak.. Kecuali berdasarkan nilai rating dan sharing yang kita juga dengar dari orang orang yang punya data nya," imbuh Deddy.
Bahkan data rating tersebut dikeluarkan oleh suatu lembaga untuk menilai layak atau tidaknya sebuah acara.
Apabila suatu acara tak menarik untuk ditonton, maka bisa saja tayangan itu langsung gulung tikar alias berakhir.
"Dan tahu kah kalian data itu hanya di keluarkan oleh satu lembaga... Jadi kalau mrk bilang jelek.... Ya loe ngangguk ngangguk aja... Kalau rating dan share loe jelek... Ya Bungkus acara Tv loe," tambahnya.
Namun, semua penilaian tersebut beda halnya dengan sekarang di era disrupsi.
Di era disrupsi yang terjadi perubahan dan inovasi secara masif bisa dikendalikan oleh para konten kreator, khususnya para YouTuber.
Jika sebuah tayangan di YouTube jelek, maka para konten kreator masih bisa terus memperbaiki kontennya hingga laris disaksikan penonton.
"Beda kini dgn disrupsi yang ada.. Kita semua.. Kalian... Semua... Bisa berkarya tanpa batas...Jelek? Buat lagi!! Bagus? Bagusin lagi.. Resiko nya hanya asimetris... Waktu.. Sabar... Capek...Modal? Punya Hp punya konten artinya," lanjut Deddy.
Deddy bahkan sudah lelah mendengar bahwa penonton TV hanya suka dengan tayangan yang goyang-goyang saja.
Padahal, tidak semua penonton tertarik dengan acara goyang-goyang atau joget-joget yang tayang di televisi.
"Saya udah capek dengar kata... Penonton nya nggak suka kalau artis nya nggak goyang goyang atau gosip... Tambahin gimmick... Kok kaya mengatakan penonton kita bodoh semua ya," sambungnya.
Meski menyenggol stasiun TV yang kerap menyajikan acara goyang-goyang, Deddy menegaskan bahwa bukan berarti dirinya anti televisi.
Ayah Azka Corbuzier itu masih mau apabila mendapatkan kesempatan untuk tampil lagi di TV, selama acaranya berbobot.
"Saya tidak anti TV... Mau dan masih mau balik ke TV.. Kalau acaranya bisa saya banggakan ke anak cucu saya. Itu aja kunci nya," tutur Deddy.
Maka dari itu, Deddy berharap bahwa semua stasiun TV dan YouTuber dapat membuat acara yang lebih berkualitas untuk disajikan kepada penonton.
"Bayangkan kalau semua TV. Semua channel berlomba membuat acara yg baik... Indonesia berubah," pungkas Deddy.