Suar.ID -Walau telihat sepele terkadang kita sering lupa memanjatkan doa buka puasa Ramadhan.
Berdasarkan keterangan dari buku pedomanTuntutan Ibadah Pada Bulan Ramadhan(2011) yang dikeluarkan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, ada 6 amalan yang dianjurkan selama puasa Ramadhan.
Di antaranya adalah berdoa ketika berbuka puasa Ramadhan.
Tapi jangan sembarangan berdoa, kita harus berdoa dengan doa buka puasa sesuai sunah Nabi Muhammad SAW.
Baca Juga:Catat, Ini Jadwal Lengkap Puasa Ramadan 2019: Jadwal Imsak, Sahur, Berbuka, dan Salat
Berdoa ketika berbuka puasa Ramadhan, tentu dengan doa buka puasa sesuai sunah Nabi, adalah sebuah upaya untuk menunjukkan rasa syukur kita kepada Allah Tuhan Yang Maha Memberi.
Ada dua doa buka puasa yang selama ini dikenal oleh muslim di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Doa buka puasa yang pertama:
“Allahumma laka shumtu wa bika amantu wa ‘ala rizqika afthartu.”
Doa bukan puasa yang kedua:
“Dzahabadl dlama’u wabtalllatil ‘ururqu wa tsabatal ajru, insyaallah.”
Tak jarang dua doa berbuka puasa itu membingungkan kita, mau pilih yang pertama atau pilih yang kedua.
Ada yang bilang bahwa doa “allahumma laka shumtu…” didukung oleh hadis yang sifatnyadhaif—padahal ini adalah doa buka puasa yang paling sering digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Untuk itulah mereka menawarkan alternatif yang mereka sebut didukung hadis sahih yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, yaitu “Dzahabadl dlama’u…”
Pertanyaannya, benarkah doa buka puasa kedua lebih sahih dibanding doa buka puasa pertama yang lebih terkenal di kalangan orang Indonesia?
Lalu mana doa buka puasa yang sesuai sunah Nabi?
Kita tahu, dua doa buka puasa tersebut berasal dari hadis Nabi Muhammad.
Doa buka puasa pertama bersumber dari riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Sementara doa buka puasa kedua bersumber dari riwayat Abu Daud.
Kalau mau dilihat kadar kesahihannya, mengutip Nu.or.id, berdasarkan kesepakatan ulama ahli hadis, menyebut, doa buka puasa yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim jelas lebih sahih dibandingkan doa buka puasa yang diriwayatkan oleh Abu Dawud.
Dari situ jelas bahwa doa buka puasa yang diamalkan oleh masyarakat Indonesia selama ini sudah benar dan didukung oleh hadis sahih dan kuat.
Itu artinya, doa buka puasa susah sesuai dengan sunah Nabi Muhammad.
Sementara doa buka puasa susuai sunah alias hadis yang diriwayatkan Abu Dawud, karena juga mengetahui ada doa dari riwayat perawi lainnya, ulama dari Mazhab Syafi’i menggabungkan doa riwayat Imam Bukhari dan Muslim dengan doa riwayat Abu Dawud.
Demikian disebutkan Sulaiman Bujairimi dalam Hasyiyatul Bujairimi, yaitu:
“Allâhumma laka shumtu wa ‘alâ rizqika afthartu,dianjurkan menambahkan lafal ‘Wa bika âmantu, wa bika wa ‘alaika tawakkaltu. Dzahabadl dlama’u, wabtallatil ‘urûqu, wa tsabatal ajru, insyâ Allah. Yâ wâsi‘al fadhli, ighfir lî. Alhamdulillâhil ladzî hadânî fa shumtu, wa razaqanî fa afthartu.”
Yang artinya: “Tuhanku, hanya untuk-Mu aku berpuasa. Dengan rezeki-Mu aku membatalkannya. Sebab dan kepada-Mu aku berpasrah. Dahaga telah pergi. Urat-urat telah basah. Dan insya Allah pahala sudah tetap. Wahai Zat Yang Luas Karunia, ampuni aku. Segala puji bagi Tuhan yang memberi petunjuk padaku, lalu aku berpuasa. Dan segala puji Tuhan yang memberiku rezeki, lalu aku membatalkannya.”
Lepas dari perselisihan mana doa buka puasa yang sesuai sunah Nabi, kita bisa menyimpulkan bahwa ulama zaman dulu begitu bijak dalam menghadapi perbedaan riwayat.
Mereka menggabungkan dua riwayat yang berbeda tanpa menegasikan, menyalahkan, atau mengecilkan riwayat lain.
Dan gabungan doa buka puasa seusuai sunah Nabi yang berasal dari dua riwayat itu kemudian disuguhkan kepada masyarakat yang kemudian diamalkan turun-temurun oleh mereka hingga kini.
Doa ini dibaca setelah setelah mereka membatalkan puasanya.
Selain memahami dan mengetahui cara doa buka puasa yang sesuai dengan sunah Nabi Muhammad, kita juga dituntut memperbanyak amal saleh selama menajalankan puasa di bulan Ramadhan.