Amerika Ketar-ketir Lihat China dengan Santainya Turun Tangan Bantu Ekonomi Rusia

Kamis, 17 Maret 2022 | 19:02
BBC

Presiden China Xi Jinping ketika berjabat tangan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Suar.ID - China dikabarkan telah mengirim bantuan ekonomi ke Rusia yang sedang perang dengan Ukraina.

Hingga artikel ini ditulis, China masih mempertimbangkan terkait bantuan militer.Bantuan China kepada Rusia ini ternyata membuat Amerika Serikat (AS) ketar-ketir karena konflik tersebut berpotensi akan semakin membesar.

Baca Juga: Dicecar China dan Rusia Tentang Laboratorium yang Kembangkan Senjata Biologis, Pihak Ukraina dan AS Akhirnya Buka Suara

Melansir dari Tribunnews.com, AS akan merespons jika China berupaya membantu Rusia mengatasi konsekuensi sanksi ekonomi yang telah dijatuhkan AS dan sekutunya atas operasi militer khusus yang dilancarkan ke Ukraina.Pernyataan ini disampaikan Penasehat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan.Dikutip dari laman Sputnik News, Selasa (15/3/2022), ia menjelaskan bahwa pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah berkomunikasi dengan Partai Komunis China (PKC) yang berkuasa di China tentang konsekuensinya, namun menolak untuk menyampaikan rincian lebih lanjut.

Baca Juga: Ukraina di Ambang Kehancuran, Presiden Zelensky Ngebet Ketemu Langsung Putin Buat Hentikan Perang: Cuma Ini Caranya

"Saya tidak akan duduk di sini di depan umum dan menebarkan ancaman."

"Namun apa yang akan saya katakan kepada anda adalah bahwa kami berkomunikasi secara langsung, secara pribadi ke China bahwa pasti akan ada konsekuensi untuk upaya penghindaran sanksi skala besar atau dukungan kepada Rusia," tegas Sullivan.Sullivan memang tidak merinci apakah AS berencana menghukum China atas intelijen yang menyatakan bahwa PKC mengetahui rencana Kremlin untuk memulai operasi militer khusus di Ukraina.Ia juga menghindari pertanyaan langsung tentang apakah Biden menganggap Presiden China Xi Jinping sebagai 'ko-konspirator' Presiden Rusia Vladimir Putin.Namun dirinya mengakui bahwa AS mencurigai PKC mengetahui rencana Kremlin sebelum 24 Februari 2022, saat operasi militer khusus di Ukraina mulai diberlakukan."Kami meyakini bahwa China, pada kenyataannya, menyadari sebelum invasi terjadi bahwa Vladimir Putin sedang merencanakan sesuatu. Mereka mungkin tidak tahu sepenuhnya, karena sangat mungkin bahwa Putin berbohong kepada mereka dengan cara yang sama seperti ia berbohong ke negara Eropa dan lainnya," kata Sullivan.

Baca Juga: Ukraina Makin Pontang-panting, Pesawat Tempur SU-35 Rusia Akhirnya Tiba di Medan Perang hingga Mengangkut Rudal Anti-radiasi di Langit KyivLebih lanjut ia menyatakan bahwa pemerintahan Biden memantau dukungan materi dan ekonomi yang diduga diperluas PKC ke Kremlin dan menegaskan bahwa itu adalah 'keprihatinan' bagi Gedung Putih.AS dan sekutu dekatnya di seluruh dunia pun telah memberlakukan sanksi keras terhadap aset keuangan, penerbangan dan energi Rusia, serta bank sentral negara itu, karena peluncuran operasi militer khusus pada 24 Februari lalu di Ukraina.Sementara Putin mengatakan bahwa dirinya terpaksa memulai serangan di tengah pengeboman yang terus berlanjut terhadap Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Lugansk (LPR), yang diduga dilakukan oleh pasukan Ukraina serta kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk.China pun menolak untuk mengikuti AS dan sekutunya, mengulangi bahwa Rusia tetap menjadi "mitra strategis paling penting" PKC.Xi dikabarkan tidak secara terbuka mengumumkan langkah-langkah khusus untuk membantu ekonomi Rusia yang terkena sanksi secara signifikan.

Baca Juga: Nggak Nyangka! Anak Raul Lemos Ini Minta Perang Rusia dan Ukraina Dihentikan, Krisdayanti Langsung Berikan Respon yang Tak TerdugaSementara itu China telah membantah tuduhan bahwa mereka mengetahui tentang rencana bahwa Putin akan memulai operasi militer khusus di Ukraina, dan menyebut klaim tersebut sebagai "spekulasi".Saat ini, Rusia sangat terdesak membutuhkan bantuan ekonomi dan keuangan dalam menghadapi sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat dan sekutunya.Rusia tidak dapat mengakses hampir semua cadangan emas dan valuta asingnya senilai 640 miliar dolar atau setara Rp 9,1 kuadriliun.Namun, Rusia masih memegang sebagian dari cadangan tersebut dalam mata uang yuan, sehingga China akan dapat turun tangan untuk memberikan bantuan.Amerika Serikat dibuat kebingungan karena tidak bisa mengarahkan China untuk tidak ikut campur dengan Rusia.

Baca Juga: Barat Ogah-ogahan Bantu, Presiden Ukraina Semprot NATO: Karena Kalian, Semua Orang akan Mati!

Tag

Editor : Adrie Saputra

Sumber Tribunnews.com, Sputnik News