Tak kunjung pulang ke Indonesia, mertua Aurel Hermansyah, Anofial Asmid, diduga pernah terlibat organisasi terlarang di Indonesia dan Malaysia.
Suar.ID -Satu demi satu borok mertua Aurel Hermansyah, Halilintar Anofial Asmid, terbongkar ke publik.
Yang paling baru, ayah Atta Halilintar itu diduga pernah terlibat dengan organisasi terlarang di Indonesia dan Malaysia, Darul Arqam.
Eep Saefulloh Fatah, konsultan politik sekaligus sahabat Anofial Asmid, membongkar semua.
Kita tahu, sejak menikah hingga melahirkan, Aurel Hermansyah belum dikunjungi mertuanya di Indonesia.
Keduanya memang sempat bertemu, tapi itu terjadi saat dia liburan ke Turki beberapa saat yang lalu.
Berbagai macam spekulasi muncul terkait penyebab Anofial Asmid urung datang ke Indonesia.
Kalau kata Atta Halilintar, ayahnya sedang berobat di luar negeri, tapi ada juga yang bilang, besan Krisdayanti terlibat banyak kasus di Indonesia.
Yang paling baru, Anofial Asmid diduga pernahbergabung dalam sebuah organisasi terlarang.
Ketika masih mahasiswa di Universitas Indonesia,Anofial memulai bisnis berskala kecil hingga sukses melebarkan sayap ke berbagai negara bersama istrinya.
Sebuah buku berjudul “Pengembaraan Sang Duta: Halilintar Muhammad Jundullah” pun sempat jadi perbincangan.
Buku itu adalah karya Taufik Mustafa.
Dalam buku itu, Eep Saefulloh Fatah, konsultan politik yang juga teman Anofial Asmid menceritakan sosok ayah Atta itu.
"Tahun 1995, ia (Anofial Asmid) adalah seorang yang door to door menjajakan karpet, dibantu istri dan seorang temannya yang mantan pengecer koran. Ketika Oktober 2002, saya bertemu kembali dengannya, ia adalah pemimpin sebuah jaringan usaha berskala global,” tulis Eep di buku tersebut.
Berubahnya pola pikir dan cara berpakaian Anofial terjadi setelah ia berguru pada Syeikh Ashaari Muhammad At Tamimi atau dikenal dengan Abuya Ashaari di Malaysia.
Sejak itu juga Anofial mendapat nama baru menjadi Halilintar Muhammad Jundullah.
“Perubahannya yang penting bagi saya bukanlah perubahan gaya berpakaiannya (memakai gamis, membelitkan sorban di lingkar kepala), melainkan caranya bertutur dan topik-topik yang ia pilih dalam pembicaraan,” tutur Eep.
Syekh Ashaari atau Abuya adalah pendiri dan pemimpin Darul Arqam, sebuah organisasi keagamaan Islam yang berbasis di Malaysia.
Anofial pun sempat menjadi salah satu pengikut organisasi tersebut.
Pengakuannya sebagai tokoh Darul Arqam juga tercantum dalam buku "Jejak Hizbut Tahrir Indonesia" karya Pusat Data dan Analisa TEMPO.
Ia bergabung dengan organisasi tersebut pada tahun 1989 dan menjabat sebagai pimpinan Darul Arqam untuk kawasan Jakarta dan Bogor.
Hal itu membuat organisasi tersebut sempat marak juga di Indonesia.
Berpusat di Malaysia, sejak 1968, Abuya Ashaari menjaring lebih dari 100 ribu orang untuk bergabung dan tersebar di ASEAN, termasuk Indonesia.
Gerakannya berfokus pada banyak sektor, khususnya ekonomi.
Intinya, Darul Arqam menganjurkan jemaahnya untuk berbisnis sesuai syariat demi mensucikan diri kepada Tuhan dengan menyumbangkan harta.
Namun besarnya modal dan banyaknya keanggotaan Darul Arqam membuat pemerintah Malaysia menaruh curiga pada gerakan ini, baik secara akidah maupun kendaraan politik dan kekuasaan.
Mengutip tulisan Abdul Rahman Haji Abdullah dalam "Pemikiran Islam di Malaysia: sejarah dan aliran", sumber pokok penggerak Darul Arqam adalah semangat jihad atau pengorbanan jiwa dan harta di kalangan anggota atau pengikutnya.
Mereka yang memiliki penghasilan tetap harus bersedia dipotong gajinya hingga 10 persen setiap bulan, bahkan terkadang bisa lebih.
Tujuan ajaran ini adalah, melalui proses pendidikan hati atau jiwa sufi, lahir sifat-sifat dermawan di kalangan mereka, sehingga orang-orang kaya menjadi 'bank' bagi mereka yang memerlukan.
Dalam perjalanannya, ajaran Darul Arqam dianggap menyimpang lantaran Abuya Ashaari mengakui dirinya merupakan Bani Tamim atau pendamping Imam Mahdi.