Suar.ID - Polemik keluarga Halilintar Anofial Asmid atau ayah Atta Halilintar ini sempat mencuat kembali.
Bahkan, kini menyeruak lagi isu kalau Halilintar Anofial Asmid ini tak berani kembali ke Indonesia gegara ada masalah.
Terkait hal ini, Febrian Amanda, paman dari pihak ayah Atta Halilintar pun malah bongkar kelakuan ayah Gen Halilintar.
Hal ini diungkapkannya langsung dalam video yang diunggah di kanal YouTube STARPRO Indonesia pada Rabu (9/3).
Mulanya, ia pun singgung kalau Halilintar Anofial Asmid ini tak anggap keluarganya ada.
"Tidak semuanya bisa kami ceritakan, biarlah waktu yang melihat," kata Febrian Amanda.
Kendati begitu, Febrian Amanda pun berikan peringatan pada Anofial Asmid untuk segera kunjungi ayahnya.
Menurutnya, sudah bertahun-tahun besan Krisdayanti ini tak hubungi ayahnya.
Ia pun berharap, kakaknya ini bisa segera temui ayahnya.
"Abang kami, Abang Halilintar bisa ketemu papah secepatnya," harap Febrian Amanda.
"Karena sudah bertahun-tahun tidak ada komunikasi dan belum berjumpa dengan papah."
Namun, Febrian Amanda pun tetap doakan supaya kakaknya ini selalu diberi kesehatan dan keberkahan.
"Kami doakan, kebaikan, kesehatan untuk abang di Kuala Lumpur atau di mana pun berada," katanya.
"Tidak ada niatan apa pun, semoga diberikan kesehatan dan keberkahan selalu."
Masa lalu ayah Gen Halilintar
Sebuah buku berjudul "Pengembaraan Sang Duta: Halilintar Muhammad Jundullah" ini sempat jadi perbincangan.
Melansir dariTribunnews.com, buku ini adalah karya Taufik Mustafa dan merujuk buku ini, Eep Saefullah Fatah, konsultan politik sahabat Halilintar semasa kuliah ini pun sedikit menceritakan sosok ayah Atta ini.
“Tahun 1995, ia (Anofial Asmid) adalah seorang yang door to door menjajakan karpet, dibantu istri dan seorang temannya yang mantan pengecer koran.
"Ketika Oktober 2002, saya bertemu kembali dengannya, ia adalah pemimpin sebuah jaringan usaha berskala global,” tulis Eep di buku tersebut.
Berubahnya pola pikir dan cara berpakaian Anofial ini terjadi usai ia berguru pada Syeikh Ashaari Muhammad At Tamimi atau yang dikenal dengan Abuya Ashaari di Malaysia.
Sejak saat ini, Anofial pun dapat nama baru jadi Halilintar Muhammad Jundullah.
“Perubahannya yang penting bagi saya bukanlah perubahan gaya berpakaiannya (memakai gamis, membelitkan sorban di lingkar kepala), melainkan caranya bertutur dan topik-topik yang ia pilih dalam pembicaraan,” tutur Eep.
Syekh Ashaari atau Abuya ini sendiri adalah pendiri dan pemimpin Darul Arqam yang merupakan sebuah organisasi keagamaan Islam yang berbasis di Malaysia.
Anofial juga sempat jadi salah satu pengikut organisasi ini.
Dilansir dari berbagai sumber, pengakuannya sebagai tokoh Darul Arqam juga tercantum dalam buku"Jejak Hizbut Tahrir Indonesia" karya Pusat Data dan Analisa TEMPO.
Ia pun bergabung dengan organisasi ini pada tahun 1989 dan jabat sebagai pimpinan Darul Arqam untuk kawasan Jakarta dan Bogor.
Hal ini pun buat organisasi ini sempat marak juga di Indonesia.
Berpusat di Malaysia, sejak 1968, Abuya Ashaari ini pun menjari lebih dari 100 ribu orang untuk bergabung dan tersebar di ASEAN termasuk Indonesia.
Gerakannya berfokus pada banyak sektor, khususnya ekonomi.
Intinya, Darul Arqam anjurkan jamaahnya untuk berbisnis sesuai syariat demi mensucikan diri pada Tuhan dengan menyumbangkan harta.
Namun besarnya modal dan banyaknya keanggotaan Darul Arqam ini buat pemerintan Malaysia taruh curiga pada gerakan ini, baik secara akidah maupun kendaraan politik dan kekuasaan.
Mengutip tulisan Abdul Rahman Haji Abdullah dalam "Pemikiran Islam di Malaysia: sejarah dan aliran", sumber pokok penggerak Darul Arqam ini adalah semangat jihad atau pengorbanan jiwa dan harta di kalangan anggota atau pengikutnya.
Mereka yang punya penghasilan tetap ini pun harus bersedia dipotong gajinya hingga 10 persen tiap bulannya, bahkan terkadang bisa lebih.
Dalam perjalannnya, ajaran Darul Arqam dianggap menyimpang lantaran Abuya Ashaari akui dirinya merupakan Bani Tamim atau pendamping Imam Mahdi.
Beberapa sumber bahkan sebut Abuya ini akui pernah berdialog langsung dengan Nabi Muhammad SAW.
Ia pun yakini gurunya, Syeikh Syuhaimi adalah Imam Mahdi, dan Ashaari adalah penerus Syuhaimi.
Darul Arqam juga dituding siapkan dan melatih 300 pasukan berani mati di Thailand.
Atas dasar ini, organisasi Darul Arqam resmi dilarang oleh Malaysia pada 1994, selain bertentangan dengan akidah ahli sunnah wal jamaah.
Abuya Ashaari ini pun sempat ditahan setahun lalu berganti status jadi tahanan riumah, pindah ke Pulau Labuan hingga akhirnya bebas murni pada 2004.