Heboh Video Siswi Berhijab di India Dilarang Masuk Sekolah, Publik Murka: Kami Disuruh Copot Jilbab saat Pelajaran Dimulai

Minggu, 06 Februari 2022 | 13:08
TWITTER/ASHWAN SADIQ

Siswi berhijab di India dilarang masuk sekolah

Suar.ID -Video Siswi Berhijab di India Dilarang Masuk Sekolah, Publik Murka.

Pengadilan tinggi di negara bagian Karnataka di India akan menindaklanjuti dua petisi terkait siswi Muslim menggunakan hijab saat sekolah.

Perkembangan ini terjadi setelah protes berminggu-minggu oleh enam remaja di sekolah menengah atas milik pemerintah.

Para pemrotes dilarang mengikuti aktivitas sekolah oleh pihak manajemen yang menekankan, para siswi itu harus melepas hijab di dalam ruang kelas.

Masalah ini menimbulkan kemarahan dan ketakutan di antara kelompok minoritas Muslim India yang mengatakan, konstitusi negara itu menjamin kebebasan mengenakan apapun yang mereka inginkan.

Isu ini juga menyebar ke sekolah menengah atas lain di negara bagian itu.

Pada Kamis (03/02), video yang menunjukkan gerbang sekolah ditutup bagi perempuan yang memakai jilbab, menimbulkan kemarahan masyarakat.

Peristiwa di video itu terjadi di sekolah menengah atas di Distrik Udupi.

Protes sebelumnya juga terjadi di Udupi, salah satu kawasan di Karnataka dengan komunitas yang cukup sensitif.

Para pengamat sering menggambarkan kawasan pesisir ini sebagai laboratorium bagi politik mayoritas Hindu.

Kawasan ini adalah basis Partai Nasionalis Hindu, Bharatiya Janata (BJP) yang dipimpin Perdana Menteri Narendra Modi.

BJP juga berkuasa di Karnataka.

Perdebatan soal hijab ini telah menimbulkan polemik di India.

Pada awalnya, sebanyak enam pelajar putri Muslim di Karnataka mengaku dilarang masuk kelas selama berminggu-minggukarena berkeras mengenakan hijab.

Pihak sekolah berdalih, para siswi tersebut diperkenankan untuk memakai hijab di lingkungan sekolah, kecuali di dalam kelas.

twitter@Imran Khan
twitter@Imran Khan

Siswi berhijab di India dilarang masuk sekolah

Seperti para pelajar lainnya, mereka memakai seragam.

Tapi para siswi itu menegaskan, seharusnya sekolah mengizinkan mereka untuk menutupi rambut.

"Kami diajar beberapa guru laki-laki, kami harus menutupi rambut kami di depan laki-laki, itulah mengapa kami memakai hijab," kata salah seorang pelajar putri bernama Almas AH, kepada BBC Hindi.

Keberadaan perempuan Muslim yang memakai hijab dan burka di India adalah pemandangan yang jamak.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, penganut agama minoritas seperti Islam dan Kristen merasa semakin tidak nyaman oleh kehidupan beragama yang kian terpolarisasi.

Beragam contoh ujaran kebencian dan aksi main hakim sendiri terhadap umat Muslim di kawasan itu memperdalam kubu-kubu agama, sekaligus memicu pembentukan kelompok-kelompok kaum minoritas yang vokal memperjuangkan hak kebebasan beragama.

Dalam kasus ini, sebagai contoh, pihak sekolah mengatakan, masalah kian ruwet dengan keterlibatan Front Kampus India (CFI), sayap pelajar dari organisasi Islam, Front Popular India.

Satu dari enam siswi berhijab, Almas AH, mengaku dirinya bukan anggota CFI.

Namun, dia menghubungi organisasi tersebut ketika pihak sekolah melarang mereka masuk kelas.

"Saya telah meminta laporan mengenai masalah ini," kata Menteri Pendidikan Negara Bagian Karnataka, BC Nagesh.

"Pada dasarnya ini politik."

"Semuanya ini terjadi karena pemilihan umum bakal berlangsung tahun depan," tambahnya, merujuk upaya sayap politik Front Popular India untuk menggaet simpatisan di kawasan itu.

Kepala Sekolah, Rudre Gowda, menuduh keenam siswi tersebut sengaja menciptakan masalah.

Padahal, klaim Rudre, sekitar 70 pelajar Muslim lainnya tidak keberatan dengan peraturan sekolah.

Menurut Rudre, awalnya sekitar 12 siswi ingin memakai hijab di sekolah.

Namun, jumlah itu berkurang setelah dia berbicara dengan orangtua mereka.

"Yang kami minta adalah ketika pelajaran dimulai, mereka harus mencopot hijab," ujarnya.

Dia menekankan, para guru perlu melihat wajah para pelajar.

Menurutnya, seragam membantu memastikan tidak ada diskriminasi terhadap pelajar.

"Tidak ada aturan di dalam buku atau dokumen yang menyebut bahwa hijab dilarang."

"Kami hanya diberitahu bahwa jika hijab diperbolehkan, lainnya akan meminta memakai syal saffron," kata Masood Manna, pemimpin CFI.

Masood merujuk pada insiden lain di Karnataka.

Pada kasus tersebut, pihak sekolah melarang syal saffron—warna yang dianggap sebagai simbol Hindu—serta hijab di lingkungan sekolah.

Siswi Muslim diperbolehkan menutupi kepala mereka dengan kain.

Tapi, tidak diperkenankan untuk menguncinya dengan jarum.

Sementara itu, Kepala Sekolah, Rudre Gowda, menuduh keenam siswi tersebut menggunakan media sosial untuk memperoleh simpati.

Dia menuding, mereka kerap datang ke sekolah setelah gerbang ditutup dan melakukan swafoto, beberapa di antaranya telah viral.

Satu dari enam siswi berhijab, Almas AH, membantah tudingan sang kepala sekolah.

Menurutnya, foto viral yang memperlihatkan mereka duduk di tangga sekolah diambil untuk menangkis laporan media, mereka diperbolehkan masuk kelas.

"Kami semua pergi ke sekolah setiap hari walaupun tidak diperbolehkan masuk kelas,"

"Sehingga, kami tidak diberitahu belakangan bahwa jumlah kehadiran kami tidak cukup untuk mengikuti ujian," tuturnya.

Baca Juga: Ngebet Minta Bilik Asmara di Penjara Gegara Kangen Berhubungan Badan dengan Suami, Kini Pedangdut Ini Nekat Lepas Hijab dan Hobi Pamer Lekuk Tubuh

Tag

Editor : Ervananto Ekadilla

Sumber BBC Hindi